SELAMAT MEMBACA!
15. KISS
Merasa bersalah akan tadi sore karena telah menolak pelukan Ghea, sepulang dari latihan Jian memutuskan untuk mengunjungi rumah gadis itu. Tanpa memberi kabar lebih dulu tentunya. Jian ingin memberikan kejutan kecil-kecilan. Tak seberapa namun Ghea-nya pasti suka.
Tungkainya masuk ke dalam pelataran rumah Ghea karena kondisi gerbang yang tidak terkunci. Garasi mobilnya juga masih terbuka lebar, Jian pikir sang penghuni rumah belum semuanya pulang.
Baru saja akan mengetuk, pintu sudah ditarik dari dalam menampilkan sosok Ghea mengenakan piyama satin berwarna merah. Jian sontak tersenyum dengan tangan terbuka lebar, sedangkan Ghea masih mencoba mencerna suasana seperti apa yang sedang ia hadapi. Terkejut akan kehadiran Jian yang tiba-tiba.
"Kok malah diem? Nggak mau peluk?"
Ghea mencebikan bibirnya, tangannya melipat di depan dada. "Nggak mau, udah nggak mood. Aku maunya tadi, bukan sekarang!"
Jian tersenyum menggoda. "Oh jadi sekarang nggak mau? Ya udah kalau gitu aku pulang."
Baru saja berbalik sebuah tangan langsung melingkar apik di perutnya. Ghea memeluknya dari belakang membuat Jian tersenyum mengusap wajahnya. Perutnya merasakan ribuan kupu-kupu beterbangan. Seumur hidup, baru kali ini Jian merasakan sensasi jatuh cinta yang sesungguhnya.
"Jangan pergi, aku sendirian di rumah tau," rengek Ghea.
"Ya udah lepasin, jangan kayak gini peluknya. Aku mau liat muka kamu, mau liat muka pacarku."
Maka Ghea melepaskan pelukannya membuat keduanya kini saling berhadapan dengan kedua tangan Ghea masih setia bertengger di pinggang Jian.
"Aku temenin sampai orang rumah pulang, mau?" tawar Jian.
"Mau! Ayo masuk, duduk di dalam aja ya di luar dingin."
"Di luar aja, Ghe, nggak baik cowok sama cewek berduaan di dalam rumah," ujar Jian lembut.
"Oke kalau gitu duduk di sini, kamu mau minum apa biar aku bikinin?"
"Nggak usah, duduk di sini aja sama aku."
Jian bergerak mengambil duduk di sebelah kiri. Ada dua kursi di sana yang dibatasi oleh sebuah meja kecil. Jian terhenyak, ia terkejut menatap Ghea. Bagaimana tidak, gadis itu kini mengambil duduk di pahanya. Hal yang sama sekali tidak pernah Jian bayangkan sebelumnya. Ditambah kedua lengan gadis itu merangkul lehernya, membuat nafas Jian tercekat untuk beberapa saat.
"G-Ghe?" panggil Jian gugup.
"Apa?" Ghea menjawab dengan polosnya.
"Kedeketan, kenapa nggak duduk di sana aja? Nggak enak diliat orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
3J Universe
Teen FictionSelalu ada tempat di mana jadi rumah terakhir untuk pulang. Jian, Jean, dan Juan: nggak ada jalan yang mulus untuk terus sama-sama. Berantem seringkali jadi bumbu manis di sini. ****** Jian: posisi gue di sini sebagai wasit kalau Jean dan Juan baku...