17 - Perhatiannya

17 2 0
                                    

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. PERHATIANNYA

Berbaring di atas tempat tidur, itu yang dilakukan Ghea sekarang. Dengan mata setengah terpejam lalu kedua tangan memegangi perut bagian bawahnya. Bibirnya sesekali merintih kesakitan. Obat yang tadi diberikan asisten rumah tangganya seakan hanya angin lalu. Tidak ada reaksi sama sekali pada tubuhnya.

"Neng, Teteh harus gimana atuh supaya Neng Ghea teh nggak sakit lagi?" Teh Mia selaku asisten rumah tangga keluarga Ghea bertanya. Ia jadi bingung sendiri pasalnya Ghea terus saja merintih.

Ghea menggeleng, tak kuasa menjawab.

"Apa perlu Teteh telpon mas Haikal, ya? Atau telpon ibu sama bapak?"

"Jangan!" teriak Ghea refleks. "Jangan ganggu mereka, Teh. Ini nggak apa-apa kok. Nanti juga sembuh sendiri."

"Atuh da Teteh teh bingung—"

Ting tong ting tong

"Siapa, Teh?" tanya Ghea.

"Nggak tau atuh nya. Kela sakedap Teteh buka heula, nya."

Teh Mia terburu-buru menuju halaman depan. Membuka gerbang lalu melihat siapa yang tengah berdiri di baliknya. Jian—cowok itu masih lengkap dengan seragam sekolah yang terbalut jaket bomber hitamnya berdiri di sana dengan raut wajah khawatir. Sedikit mengulas senyum saat Teh Mia menatapnya kebingungan.

"Loh, Mas Jian? Ada apa, Mas? Mau ketemu Neng Ghea, ya?"

"Iya, Teh. Ghea ada di rumah?"

"Ada, Mas."

Saat itu juga Jian menghela nafas lega. Ternyata saran Ayra tepat sasaran.

"Hayu atuh masuk, kayaknya Neng Ghea teh butuh Mas Jian."

******

"Ghe? Are you okay? Apa yang sakit?"

Jian duduk di tepi ranjang Ghea, menatap mata gadisnya yang tertutup dengan bibir sesekali mengeluarkan rintihan.

"Hari pertama dapet Mas, suka kayak gitu memang," terang Teh Mia.

Jian mengangguk-angguk. "Teh, bisa minta tolong rebusin air nggak? Terus masukkin ke dalam botol, jangan lupa dilapisin kain luarnya. Minta tolong ya, Teh?"

"Iya Mas bisa, sebentar ya, Mas."

Sepeninggal teh Mia, Jian mencoba untuk membangunkan Ghea. Digenggamnya tengan gadis itu, lalu pipinya diusap halus.

"Ghe, bangun. Ini aku Jian."

Kedua mata itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Ditatapnya Jian yang juga balas menatapnya.

"Jian?" Ghea terkejut. "Kamu ngapain di sini?"

"Maaf, ya? Maafin aku. Kamu mau apa? Bilang aja ke aku, Ghe."

3J Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang