Chapter 34

361 60 57
                                    

Chapter 34

***

“Eh, anjir si Gil jadi error! Hahaha!” Gawain berteriak seraya melihat akun sosial media yang baru beberapa hari dibuat, tapi sudah menjadi trending topic yang menggemparkan.

Apa lagi kalau bukan karena ulah Gilgamesh yang hampir menguras gaji hanya untuk membeli barang-barang tidak masuk akal untuk merayu sang istri memaafkannya? Jika orang lain yang melihat, mungkin semua itu terlihat sangat manis dan romantis. Nyatanya, si pirang tidak tahu kalau reaksi pertama sang istri setelah melihat semua usahanya adalah "ingin mencekik sang suami seketika itu juga".

Sayangnya, kewarasan si pirang yang sudah keluar dari porosnya, tidak pernah ingin mengerti arti dari "memahami sesama". Ia lupa kalau istrinya bukan wanita bermata hijau yang hanya mengincar dompet tebalnya.

Kembali, saat si pirang mendengar komentar Gawain, pria itu lamgsung mendengkus kesal.

“Yang masih lajang pasti nggak tahu rasanya ditinggal istri,” keluh Gilgamesh. “Bukan error lagi, bentar lagi bakal jadi gila kalau istriku nggak balik.”

“Bwahahaha! Ini kalau dijadiin novel bagus tuh, judulnya "Tobatnya si Raja Al Urukh". Dulu aja tiap malem beda cewe, sekarang ditinggal cewe satu udah kayak kebakaran jenggot! Hahaha!” ejek Gawain.

Kesal, si pirang melemparkan bantal sofa ke wajah Gawain. “Aku sumpahin besok kalo nikah ditikung tujuh turunan!”

“Nyebut, Mas! Nyebut! Doain tuh yang baik-baik, kalau doain yang jelek nanti balik ke diri sendiri, kelar hidupmu,” ujar Gawain dengan kekehan.

“Kayak kamu biasa doa baik aja, ibadah aja jarang,” balas Gilgamesh, dengan raut kesal. “Ah, udah sono balik! Di sini cuma bikin ribut, bikin tambah pusing!”

Putra Al Urukh mendorong Gawain menjauh hingga pria itu terjungkal dari sofa. Bukannya tersinggung, salah satu sahabat Arthur itu malah tertawa sebelum bangkit.

“Nggak diusir juga mau balik, kok,” kata Gawain sembari menepuk-nepuk celananya, menghilangkan debu di sana.

Sementara si pirang bgsd yang sudah jengah dengan ocehan Gawain hanya terdiam dan memandang sengit. Berbeda lagi dengan Arthur yang sedari tadi mematung di sofa single ruangan. Tidak mengindahkan dua orang di dekatnya yang beradu pendapat.

“Arthur, aku balik dulu,” pamit Gawain. “Mau dikasih pesangon nggak, nih?”

Gawain mendekat sembari menepuk-nepuk punggung Arthur, tapi pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata. Hal yang menjadi Gawain menyurutkan tawa dan menyejajarkan diri dengan Arthur, menatap manik hijau yang tampak tidak hidup.

“Arthur??” Gawain panik, tangannya mengguncangkan bahu Arthur. Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban.

“Ada apa?” tanya si pirang yang juga memasang raut bingung.

Mengedikkan bahu, Gawain menggeleng tak mengerti. Sementara Gil yang mendekat langsung menepuk bahu Arthur.

“Cerita aja kalau ada masalah,” ujar Gil. “Kalau mematung gini, kita nggak bisa bantu karena nggak tau juga apa masalahnya.”

“Tumben bijak? Kesambet apaan?” bisik Gawain, heran.

“Begini-begini, karyawanku sering curhat padaku,” jawab si pirang.

“Sebuah mukjizat Golden Royale belum runtuh,” balas Gawain dengan raut terkejut, setengah mengejek.

“Lu ngajakin duel?” tanya si pirang dengan wajah kesal. Rasanya ingin menjahit mulut Gawain.

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang