Chapter 37

319 59 48
                                    

Awas typo, Author ga cek ulang, soalnya. ( ╹▽╹ )

***

Chapter 37

***

Layla telah dilarikan ke rumah sakit. Kini, tiga orang yang sebelumnya ada di tempat kejadian perkara, menunggu calon ibu yang berada di ambang bahaya. Dua, dengan raut panik yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Satu lagi, menatap bingung, tidak tahu harus berbuat apa.

Gil, duduk termenung dengan tatapan kosong. Pikirannya kalut. Hatinya remuk. Tangannya bertaut menyangga dagu, berdoa agar apa yang ia takutkan menjadi nyata.

Dalam hati, pria itu membodohkan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia sampai tidak tahu kalau Layla hamil?! Bagaimana bisa ia membuat sang istri dan calon anak mereka berada di ambang maut hanya karena kebodohannya?! Gil, ingin mencekik dirinya sendiri.

“Apa Anda puas?” desis Jeanne, manik gadis itu kini berkaca-kaca.

Menggeleng, Gil menipiskan bibir. “Apa kau pikir wajahku terlihat senang saat melihat Layla menderita?”

Jeanne mengetatkan rahang. Alih-alih menjawab, gadis itu langsung mengalihkan tatapan tajam pada Arthuria. Sang putri Pendragon hanya bisa menatap penuh rasa bersalah.

“Kalian tidak diperlukan di sini,” ujar Jeanne, menahan kekesalan. “Silakan angkat kaki.”

Gil menatap kaget sebelum menggeleng. “Aku suaminya.”

“Anda masih mempunyai muka untuk mengaku sebagai suami Layla?” ujar Jeanne, tajam.

Seketika, Gil bungkam. Pria itu menjatuhkan pandangan dan memilin jari. Sementara Arthuria yang sedari tadi terdiam, mulai mengeluarkan suara.

“Apa pun yang kau pikirkan tentang kami, semua itu tidak benar,” ujar Arthuria. “Kami hanya teman.”

Menghela napas Jeanne berusaha untuk tidak meledakkan emosinya. Mana ada wanita yang memberikan bunga dan hadiah pada teman lelakinya hanya berstatus sebagai "teman"?! Jeanne masih mempunyai kewarasan untuk mencerna apa yang baru saja terjadi di antara Gil dan Arthuria.!

“Simpan penjelasanmu untuk Layla,” desis Jeanne.

Semua orang terdiam, hingga suara beberapa langkah kaki membuat ketiganya langsung mengalihkan perhatian mereka. Seketika, Gil melebarkan mata saat melihat wajah garang Mama Ninsuna yang menghampirinya.

”Mamah....”

Berdiri, Gil berusaha untuk menjelaskan semuanya pada sang ibunda. Namun, tangan Mama Ninsuna terlebih dahulu menghantam pipi Gilgamesh. Alih-alih marah, pria pirang itu hanya menipiskan bibir. Sadar kalau ia memang panta menerima semua amarah dari orang-oramg yang menyayangi istrinya.

”Kamu masih menganggap dirimu anak Mamah? Apa Mamah pernah mengajarimu untuk menjadi b*ngsd?!” teriak Mamah Ninsuna, membuat semua orang yang lewat menoleh, menonton drama keluarga Al-Urukh.

“Gil salah, Mah,” lirih Gil.

”Ya, iyalah! Kalau bukan kamu yang salah, siapa lagi?!” sahut Mama Ninsuna, frustrasi. “Ya g*blk kalau kamu nyadarnya sekarang!”

Papah Lugalbanda dan Enkidu yang menyadari lebih banyak mata kini terarah pada mereka, lngsung tanggap dan berusaha menenangkan Nyonya Besar Al Urukh.

”Mah, udah. Ngamuknya nanti kalau udah di rumah. Nggak enak sama pasien lain,” ujar Papa Lugal.

Alih-alih meredakan emosi, Mamah Ninsuna malah menatap tajam suaminya. Membuat Papah Lugal terdiam seribu bahasa.

“Uang bejibun di rekening cuma pajangan? Bayar orang-orang yang bikin berita nggak bakal bikin kita bangkrut!” balas Mamah Ninsuna. ”Mamah udah nggak tahan pengen hajar anak satu yang bejadnya kebangetan! Kalau dibiar-biarin, bisa hancur keliarga kita!”

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang