Chapter 28

434 82 68
                                    

“Mas, masa aku kudu ngalah terus?! Aku hampir dilecehkan, loh! Ini masalah serius!”

Kingu, masih ngotot untuk meminta pertanggungjawaban Gilgamesh setelah insiden yang terjadi padanya di kantor pusat Golden Royale. Tentu saja, Enkidu yang masih terbaring lemah di ranjang. Menahan pening karena ocehan unfaedah Kingu yang lebih panjang dari pidato calon bupati.

“Dek, yang penting kan kamu nggak kenapa-kenapa,” balas Enkidu seraya menoleh dan menatap lemah.

Jika saudaranya dibiarkan berada di sisinya, bukannya sembuh, Enkidu mungkin akan menderita tekanan darah tinggi yang akan memicu komplikasi. Mulut saudaranya itu, walau tipis tapi sangat lihai jika mengoceh. Seolah tidak menenal tanda baca titik.

“Gimana aku jelasin sama istri aku kalau aku nikah besok, Mas?!” teriak Kingu. “Kesucianku hampir direnggut!”

'Ealamak, ngegas terus, Ya Gustii. Lama-lama budeg kuping saya, Ya Allah!' batin Enkidu menjerit.

“Dek—”

“Apa, Mas?!” salak Kingu, memotong nasihat Enkidu. “Dibelain sama Mas its my dream, Mas! Not his dream!”

Kuatkan hati ini untuk tidak menggampar bocil di depan saya dengan guci, batin Enkidu meraung.

“Dek—”

“Padahal Adek tuh sayang banget sama, Mas! Tapi kenapa, Mas? Kenapa Mas malah milih cowo lain dari pada Adekk?!”

“DIEM DULU NAPA, DEK?! MAS MAU NGOMONG INI!” salak Enkidu dengan semua tenaga dan kesabaran yang masih tersisa.

Setelah Kingu mengunci mulutnya dengan wajah memelas, Enkidu pun menghela napas dan berdeham pelan. Mencoba untuk tetap tenang agar tubuhnya tidak lagi membutuhkan racun yang menyamar sebagai obat milik Asclepius. Sungguh, cobaan terberatnya adalah bertemu dokter gila yang mungkin hanya membeli ijazah. Buktinya, semua obat yang dokter itu berikan bukanlah zat penuh khasiat, melainkan zat korosif yang bisa membakar tenggorokan dan paru-paru hingga tak tersisa.

Yang membuat Enkidu lebih kesal adalah Mamah Ninsuna yang kini seolah menjadi sahabat karib sang dokter gila. Ah, hanya saja semua itu berawal dari idenya untuk menjahili Gilgamesh. Bisa dikatakan bahwa semua kegilaan yang menimpa dirinya adalah karma.

Menurut cerita Kingu, tentu saja Enkidu bisa menebak bahwa Asclepius kembali memberikan ramuan cinta dosis tinggi pada Gilgamesh. Hingga pria yang mengedepankan logika semacam si pirang bahkan langsung kehilangan akal. Ia hanya bisa menipiskan bibir, berharap Layla tidak menderita banyak kerugian kelak.

“Sekarang, kamu dah jenguk Mas dan Mas udah baik-baik saja,” ujar Enkidu. “Kamu bisa langsung balik.”

Penngusiran secara halus. Tentu saja karena Enkidu tidak tega mengatakan hal "Silakan angkat kaki" atau "pintunya ada di sebelah kiri".

“Tapi, Mas—”

“Enkidu," suara familiar memanggil.

Saat kedua saudara menoleh, yang mereka dapati adalah Layla yang kini menatap dengan tatapan aneh. Enkidu langsung menatap Kingu, mengisyaratkan sang bocah untuk sejenak angkat kaki dari kamar yang ia tempati.

Sayangnya, bocah bermanik ungu itu sama sekali tidak peka. Hingga, Enkidu pun langsung mencubit lengan sang adik.

”Aww!” pekik Kingu, kesakitan.

Seketika, Enkidu berbisik, “Keluar bentar, Dek. Mas ada urusan penting.”

Menoleh, Kingu menatap memelas. “Lebih penting dari aku?”

Kamu tuh sama sekali ngga penting, Dek,* balas Enkidu dalam hati.

Namun, alih-alih mengrluarkan unek-unek di dalam hati. Enkidu malah tersenyum manis. Hanya tersenyum selama beberapa detik, hingga Kingu akhirnya mengerti bahwa kehadirannya memang sedikit menganggu. Bocah itu pun menghela napas sebelum bangkit. Namun, layaknya sang bocah masih enggan untuk hengkang.

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang