Chapter 20

1.8K 166 142
                                    

Chapter 20

***

Biasanya, kediaman Al Urukh terlihat begitu bersemangat untuk mengawali hari. Jika dilihat, memang tidak ada yang salah dengan nuansa pagi hari di kediaman megah itu. Hanya sedikit yang tahu bahwa salah satu penghuninya kini dilanda gundah-gulana.

Enkidu, kini duduk termenung di bangku taman. Sesekali, pria itu menggigit bibir bawah dan terlihat begitu cemas. Manik indahnya pun melirik takut pada belasan ikan koi yang mengambang di kolam taman. Tentu saja, semua itu bukan tanpa alasan. Sejatinya, sang putra angkat Al Urukh kini dibebani dengan rasa bersalah yang begitu besar.

Semua itu berawal saat Asclepius menginjakkan kaki di Kediaman Al Urukh. Memang mendatangkan dokter adalah rencananya. Semua itu ia lakukan untuk saudaranya yang sampai sekarang belum juga dikaruniai calon penerus Al Urukh. Masalahnya, dokter yang ia maksud malah salah sasaran. Bukannya Dokter Roman yang datang, tapi malah Asclepius. Reaksi Mamah Ninsuna pun tak kalah menjengkelkan.

“Bukankah Asclepius juga dokter? Sama saja dengan Dokter Roman, bukan?”

Tentu saja beda! jerit Enkidu, dalam hati.

Ingin rasanya Enkidu berteriak frustrasi. Walau keduanya sama-sama mempunyai profesi sebagai seorang dokter, tingkat kewarasan keduanya berbanding terbalik layaknya langit dan bumi.

Mamah Ninsuna bahkan menuruti keinginan Asclepius untuk menyulap salah satu kamar tamu menjadi laboratorium dadakan. Nyonya Al Urukh tidak tahu betapa berbahayanya Asclepius. Enkidu bahkan sampai tidak bisa tidur karena memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi saat ia berada dalam satu atap dengan sang dokter. Itu cukup membuatnya kehilangan separuh kewarasan hingga akhirnya ia melakukan hal tercela; mencuri.

Singkatnya, Enkidu berhasil mencuri satu botol kecil cairan berwarna kehijauan dari laboratorium Asclepius. Penasaran, ia pun menuangkan cairan itu ke kolam ikan di taman. Hasilnya? Tolong jangan ditanyakan. Belum sampai satu menit, ikan-ikan koi itu tewas mengenaskan. Sampai sekarang pun Enkidu masih menatap ngeri pada onggokan mayat ikan yang terapung di kolam taman. Fakta bahwa ikan-ikan koi itu adalah peliharaan kesayangan Mamah Ninsuna pun membuatnya bertambah ngeri.

Baik, Enkidu akan mengesampingkan mapo tofu buatan Mamah Ninsuna yang akan membuat cacing di ususnya menggeliat kepanasan. Pikirannya kembali ke awal, pada cairan kehijauan yang menjadi salah satu karya Asclepius. Menelan ludah, Enkidu tak bisa membayangkan jika Gilgamesh atau Layla yang meminum cairan terkutuk itu. Ia sungguh takut untuk membayangkannya. Jika semua itu terjadi, maka ia pun akan dibayangi perasaan bersalah seumur hidup.

Tidak! Ia tidak akan membiarkan semua kegilaan Asclepius berlanjut!

Bangkit, Enkidu pun berjalan cepat untuk menemui Mamah Ninsuna. Baru saja ia menginjakkan kaki di ruang tamu, sosok Nyonya Al Urukh sudah menyapa dengan senyuman lebar. Wanita paruh baya itu sedang menikmati waktu minum teh. Dengan balutan dress bermodel sabrina yang berwarna merah delima. Enkidu akui, pesona Mamah Ninsuna bahkan melebihi gadis perawan. Walau begitu, tak ada pria selain Papah Lugal yang berani mendekatinya. Hanya Tuhan yang tahu betapa ganas Mamah Ninsuna saat wanita itu terusik.

Ara, Enkidu tidak ke kantor?”

Tersenyum lemah, Enkidu pun berjalan gontai dan duduk di depan Mamah Ninsuna.

“Enkidu sedikit nggak enak badan, Mah,” jawab Enkidu.

“Astaga, kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Sebentar, Mamah akan meminta Dokter Asclepius untuk—”

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang