Chapter 23

1.6K 149 51
                                    

Chapter 23

Chapter 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Urung. Waktu makan siangnya dengan Layla diinterupsi oleh panggilan darurat dari ayahanda. Mood putra sulung Pendragon langsung anjlok. Beruntung, Layla juga memiliki acara mendadak hingga gadis itu tidak mempermasalahkan kepergiannya. Sialnya lagi, setelah ia menghadap ayahanda tercinta, ia langsung mendapat ceramah panjang sebelum ditimbun dengan bergunung-gunung tumpukan dokumen kantor.

Sang ayah bahkan mengungkit-ungkit keputusan Arthur yang lebih memilih untuk menjadi dosen di universitas dari pada menjadi penerus takhta Azure Knight. Menghabiskan waktu untuk bermain-main di kampus adalah hal yang tidak berguna, kurang lebih begitulah apa yang dikatakan oleh Tuan Besar Pendragon.

Sayangnya, sejak dulu Arthur memang bermimpi menjadi seorang guru atau dosen. Jalan pikiran seorang pebisnis seperti sang ayah memang tak akan mengerti. Sebenarnya Arthur tidak terlalu menggubris apa yang sedang orangtuanya rencanakan. Walau begitu, ia tidak akan segan bertindak jika keputusan orangtuanya memang merugikan atau bertentangan dengan jalan pikirannya.

Entah sudah berapa kali ia menghela napas. Tangannya masih menyapukan pena di lembaran dokumen. Kepalanya mengenyahkan semua pikiran yang mengganggu kedamaian. Beralih, Arthur baru sadar bahwa ia mempunyai satu tema penting yang harus dipikirkan. Sebuah rencana kencan berkedok bimbingan belajar.

Menautkan jemari, pria bermanik hijau itu termenung. Apa yang harus ia lakukan agar Layla menyadari perasaannya yang tertimbun? Rasanya sangat biasa saja saat ia hanya mengajak Layla bertemu di kafe dan membahas soal materi pelajaran. Namun, jika ia melakukan lebih, ia takut Layla pun akan terkena dampak yang lebih buruk. Misal, bisa jadi fangirl-nya menculik Layla dan memanggang gadis itu hidup-hidup, atau bisa jadi Layla malah dijadikan topping mapo tofu.

Meringis, Arthur tidak mau membayangkan semua hal yang bisa membuat kewarasannya anjlok. Melihat Layla lelah saja ia tak tega, bagaimana bisa ia membayangkan hal sesadis itu? Menggeleng pelan, pikiran sang pria tampan kini kembali terfokus. Apa yang harus ia lakukan agar Layla mengerti perasaannya?

Belum sempat Arthur berpikir lebih jauh, suara pintu ruang kerjanya dibuka paksa. Bocah berambut pirang masuk dengan riangnya.

"Bang Arthur! Mabar, yok!"

Mordred, masuk dengan kepala yang berisi walkthrough game yang kini sedang naik daun. Tanpa dipersilakan, bocah itu langsung mendaratkan pantatnya di depan meja kerja sang kakak. Lebih dari cukup untuk membuat Arthur menggeleng pelan. Heran, mengapa sang ayah sangat memanjakan Mordred hingga bocah tanpa tata krama itu bebas berkeliaran layaknya nyamuk di kediaman Pendragon. Berbeda dengan dirinya dan Arthuria yang selalu terkurung dalam sangkar dan menikmati indahnya berpacaran dengan buku pengetahuan.

"Abang lagi kerja, Dek. Main sendiri aja," ujar Arthur.

"Jangan kerja terus dong, Bang! Sekali-kali refreshing!"

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang