Chapter 17

2K 215 245
                                    

Chapter 17

***

Menekuk wajah, kini Layla hanya bisa terdiam dengan bibir mengerucut saat sang suami tercinta menyeretnya ke toko pakaian. Istriku tidak boleh berpenampilan seperti gembel, kata-kata suaminya sukses membuat ubun-ubun memanas.

Layla sadar siapa dirinya dan kapasitas dompetnya. Jangankan memakai baju mahal, makan selain nasi kecap dan mie instant saja sudah mewah. Baginya, pakaian tidak perlu terlalu mahal asal bisa menutupi tubuh.

Sayangnya, sang suami tidak sepaham dengannya. Putra tunggal Al Urukh yang tajir tingkat dewa tidak akan mungkin mau memakai baju seharga pizza restoran fast food di dekat rumah mereka. Bahkan Layla hampir pingsan saat bertanya harga satu setel jas yang biasa sang suami pakai. Tolong jangan tanya berapa harganya, Layla bahkan tak bisa membayangkan berapa jumlah nol yang terucap dari bibir tipis sang suami. Saat mendengar semua fakta itu, entah mengapa jiwa misqueen Layla bergejolak.

Beralih ke realitas, pria pirang itu kini menyeretnya ke depan deretan baju wanita yang memanjakan mata. Sayangnya, saat Layla melihat label harga, pipinya seolah ditampar dengan dompet misqueen-nya. Harganya setara dengan setengah tahun gajinya saat paruh waktu. Lebih kesalnya lagi, sang suami tercinta bahkan bisa memilih baju yang mahalnya tak manusiawi itu dengan sangat tenang. Ah, Layla lupa. Jangankan membeli satu baju, pria itu bahkan mampu membeli tokonya sekalian.

Suasana canggung pecah saat penjual toko datang dan tersenyum dengan ramah.

“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”

Si pirang langsung menatap istri mungilnya dan menimbang-nimbang sejenak. “Aku perlu baju ... ah, tidak, dress yang terlihat feminim untuk istriku yang sedang hamil muda.”

Seketika, Layla tersentak. Gadis itu mengalihkan pandangan dan menatap tajam sang suami yang masa bodoh dengan apa pun yang terlontar dari bibir tipisnya. Astaga! Bisakah Layla menamparnya sekarang? Ia tidak tahan jika harus mendengar ocehan tak manusiawi dari suaminya tercinta.

“Baik, Pak. Mohon tunggu sebentar,” ujar sang pelayan toko.

Gilgamesh hanya mengangguk pelan sebelum kembali memusatkan perhatian pada sang istri. Namun, dahi pria itu langsung mengernyit saat melihat raut Layla yang serupa dengan barongsai.

“Ada apa denganmu?” tanyanya, tak peka.

Seketika, Layla langsung mendengkus pelan. “Kenapa kau bilang aku hamil muda?”

Pria itu terdiam, hingga akhirnya menjatuhkan pandangan pada perut Layla. “Lalu bagaimana aku menjelaskan kondisi perutmu? Kalau tidak hamil, kau bisa dikira busung lapar. Kalau menjelaskan karena kelebihan makan, bukankah terdengar tidak elegan?”

Seketika, manik Layla membulat. Bukannya membuatnya lebih baik, Gil malah membuat kekesalannya semakin memuncak. Mendengkus pelan, gadis itu langsung membuang muka dengan raut muram.

“Hmph! Maaf saja, istrimu ini memang sangat tidak elegan,” gerutu Layla. “Kalau kurang puas, cari saja wanita lain.”

Kekehan pelan pun terdengar. Setelah itu Layla merasakan tangannya ditarik paksa hingga tubuh mungilnya duduk di bangku sebelah suaminya tercinta. Pria itu lalu tersenyum tipis padanya.

“Apa?” salak Layla.

Alih-alih marah, pria itu malah merangkul Layla dan membisikkan sesuatu ke telinga istrinya. “Sebenarnya, aku lebih suka kalau perutmu membuncit seperti itu.”

Layla mengernyit tak mengerti.

“Apa lagi kalau di dalamnya ada calon anakku,” lanjut Gilgamesh, sukses membuat Layla membatu.

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang