Chapter 41

512 53 12
                                    

Chapter 41

***

Beberapa detik terasa mencekik. Hanya Layla dan juga Mamah Ninsuna. Keduanya masih membisu. Layla menunduk, tak bisa menatap wajah sang mertua. Sementara Mamah Ninsuna pun tidak tahu pasti dari mana ia harus menjelaskan semua permasalahan yang kini Layla alami.

Mamah Ninsuna tahu bahwa Layla tidak akan membuka pembicaraan. Helaan napasnya terdengar. Wanita paruh baya itu menaruh sebuah totebag ke meja sebelah ranjang.

“Mamah di sini mewakili Gil untuk meminta maaf,” ujar Nyonya Al Urukh, membuka pembicaraan. “Mamah tahu memaafkan itu tidak mudah. Tapi ... hanya ini yang bisa Mamah lalukan.”

Air mata Layla tanpa sadar menetes. Tangan yang sebelumnya terjalin rapi di pangkuan, beralih untuk menyeka air mata. Serasa air matanya hampir kering karena beberapa hari meratapi nasib dan menumpahkan air mata tanpa henti. Sekarang pun tidak ada bedanya dengan hari-hari yang lalu.

Apa dia akan tetap diam? Apa dia akan terus meratap? Sampai kapan ia harus menangisi hal tidak jelas? Layla lelah. Ia ingin menuntaskan semua segera.

Menoleh, Layla menatap lelah pada ibu mertuanya. Bibirnya menipis, ingin melontarkan pertanyaan yang menghantui kepalanya.

“Layla ... ingin kejujuran,” ujar Lalyla, suaranya bergetar. “Layla tahu, Gil menikahi Layla ... bukan karena ingin bertanggung jawab, melainkan ada motif lain.”

Ya, tentu saja. Seseorang macam si pirang bgsd tidak akan mungkin mau dinikahkan dengan gadis kumal yang tak memiliki sepeser pun koin di dompetnya. Banyak wanita yang jauh lebih baik dari Layla mengantre hanya untuk diseret ke ranjang pria gila itu. Tapi mengapa pilihan Keluarga Al Urukh jatuh padanya? Sangat tidak masuk akal jika tidak disertai alasan khusus.

Sementara itu, Mamah Ninsuna yang mendengar dugaan menantunya hanya bisa menghela napas. Ia tidak bisa memungkiri bahwa apa yang Layla katakan memang sebuah kebenaran, walau bukan hal yang mutlak benar.

“Awalnya, memang seperti itu,” jawab Mamah Ninsuna, tanpa ragu. “Tapi setelah kami tahu kepribadianmu, dan menyadari adanya perubahan di diri Gilgamesh setelah kalian bertemu ... semua tujuan itu tidak lagi penting.”

Tangan Mamah Ninsuna menyentuh lembut tangan Layla. Maniknya menatap pasti pada mata yang kini terlihat sembab.

“Mamah sudah menganggapmu sebagai anak Mamah,” lanjut Mamah Ninsuna. “Sudah lama sekali Mamah ingin anak perempuan. Dan kamu sudah mengabulkan doa Mamah. Bahkan Mamah sekarag diberi bonus cucu. Keluarga Al Urukh benar-benar bersyukur.”

Bibir Layla kembali menipis. Ia tidak bisa mengatakan bahwa semua yang dikatakan Mamah Ninsuna adalah bualan. Karena kasih sayang seorang ibu, terpancar dari manik merah Nyonya Al Urukh.

“Tapi Gil nggak cinta Layla,” isakan pelan kembali terdengar. “Gimana Layla bisa kembali ke kediaman Al Urukh kalau yang diinginkan Gil bukan Layla?”

“Kalau yang kamu tanyakan adalah hubungan Gil dan Arthuria, Mamah bisa pastikan kalau mereka tidak mempunyai perasaan satu sama lain,” jelas Mamah Ninsuna.

“Tapi Layla lihat sendiri, Gil sama Arthuria bercanda sambil—”

“Layla,” potong Mamah Ninsuna. “Mamah bisa pastikan kalau Arthuria tidak akan merebut Gil darimu.”

Menggeleng, Layla menyangkal. Namun, Mamah Ninsuna tak mau kalah. Wanita paruh baya itu menggenggam erat tangan Layla.

“Arthuria tidak akan diterima di Al Urukh, walau dunia ini runtuh sekalipun,” ujar Mamah Ninsuna. “Mamah tidak akan menerima wanita yang tinggal seatap dengan pria lain, menjadi menantu Al Urukh.”

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang