Chapter 33

310 57 41
                                    

Chapter 33

***

“Nah, yang titik itu adalah calon janin,” jelas dokter saat Layla menjalani USG. “Karena sudah dipastikan positif hamil, nanti akan diberikan jadwal untuk kontrol. Pastikan Nyonya tidak melewatkan satu pun jadwal kontrol.”

Layla hanya mengangguk. Sejujurnya, ia merasa bahagia. Namun, entah mengapa ada beban berat di dada. Anaknya tercipta di saat paling genting dalam pernikahannya. Entah bagaimana masa depannya dan juga si jabang bayi nanti.

Jika saja berita ini sampai di telinganya beberapa hari yang lalu, ia akan langsung menangis haru dan memeluk sang suami. Namun, semua angan itu tak lagi terbayang di kepala Layla. Ia cukup sadar bahwa posisinya di hati Gilgamesh mungkin hanyalah sebagai subtitusi.

Tidak ingin terlalu berharap, karena selama ini ia telah berkali-kali jatuh. Dan itu sangat menyakitkan.

Berbeda lagi dengan Arthur yang juga ada di sana. Pria itu terlihat canggung, pipinya pun memerah. Pandangan sama sekali tidak bisa menatap langsung pada gadis yang ia cinta. Masalahnya, karena usia kandungan Layla yang masih dalam hitungan minggu, dokter menyarankan USG transvaginal.

Sementara Arthur yang terlanjur mengaku sebagai suami Layla hanya bisa pasrah saat dokter mempersilakannya untuk ikut ke ruang USG. Sepanjang pemeriksaan, Arthur hanya bisa mematung. Ia tidak nyaman melihat posisi Layla.

“Saran untuk bapak suami, tolong istrinya benar-benat diawasi,” ujar sang dokter. “Untuk awal kehamilan, tidak disarankan untuk melakukan hubungan intim. Anda harus berpuasa.”

Seketika, pipi Arthur memerah. Pria itu hanya bisa mengangguk canggung. Jika ia benar-benar suami Layla, mungkin ia akan menjawab dengan antusias. Sayangnya, bukan namanya yang tercantum di buku pernikahan Layla. Bukan dirinya pula yang menanamkan benih dalam rahim gadis itu.

Sementara itu, Layla yang merasa tidak enak hati hanya bisa menatap penuh sesal. Bagaimana bisa pria yang menemaninya saat memeriksakan kandungan anak pertamanya bukanlah sang suami? Jika si pirang bgsd yang ada di posisi Arthur bagaimana reaksi pria itu?

Tidak. Lebih tepatnya, bagaimana perasaan si pirang bgsd saat tahu Layla mengandung anak mereka?

Menghela napas, Layla hanya bisa menatap langit-langit ruangan. Pikirannya tidak bisa fokus, hatinya sama sekali tidak tenang.

“Bapak, setelah Nyonya kembali, saya ingin meminta waktu untuk menjelaskan detailnya pada Anda,” ujar sang dokter.

Mengangguk, Arthur yang lelah fisik dan batin tak mampu lagi berkata. Layla pun tidak mengucap sepatah pun kata. Keduanya terhanyut dalam pikiran masing-masing. Namun, satu permintaan dari Arthur benar-benar membuat Layla tercengang.

“Layla,” bisik Arthur.

Menoleh, Layla yang baru saja berberes, kini duduk di ranjang. Manik bulatnya langsung menatap Arthur. Meminta penjelasan karena sang dosen memanggil namanya.

Menunduk. Layla merasa bersalah. “Maaf, saya benar-benar merepotkan Anda.”

Berlutut, Arthur menggenggam erat tangan pujaan hatinya. Pria itu tersenyum. Hatinya memang hancur. Namun, ia yakin gadis yang ada di depannya lebih remuk.

“Kau sama sekali tidak merepotkan,” bisiknya. “Layla, aku ingin menyampaikan sesuatu.”

Mengernyit, Layla menatap bingung. Hingga akhirmya, Arthur menggenggam eat tangannya dan melemparkan tatapan tulus yang membuat Layla tak tega untuk mengelak.

“Jika kau memutuskan untuk putus dengan suamimu ... ijinkan aku untuk meminangmu,” bisik Arthur, tak mau menyerah. “Ijinkan aku menjadi ayah dari anakmu.”

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang