Chapter 14

1.7K 202 152
                                    

Chapter 14

***

Saat Gil masuk ke kamar, Layla sudah menggulung tubuhnya dengan selimut. Melangkah pelan, Gil meletakkan makanan di meja lalu duduk di tepi ranjang. Tatapannya kini terfokus pada puncak kepala Layla yang tak tertutup selimut.

Little Zashuu, makan dulu,” ujar Gil. “Maafin aku. Aku nggak bakal nanya masalah itu lagi sebelum kamu siap sukarela.”

Tidak ada respon dari Layla. Mungkin gadis itu masih kesal padanya? Atau mungkin ... Layla benar-benar marah hingga gadis itu tidak sudi berbicara padanya lagi? Entah mengapa, memikirkan hal itu saja membuat Gil merasakan nyeri di dada.

Menyerah, Gil memutuskan untuk beranjak. Namun baru beberapa langkah dari ranjang, pria itu mendengar rintihan pelan. Menoleh, sang putra tunggal Al Urukh mengernyit.

Little Zashuu?”

Tangannya terulur, membuka selimut yang menutupi wajah Layla. Saat selimut itu tersibak, wajah Layla terlihat begitu pucat. Mencuramkan alis, si pirang menyentuh kening Layla. Walau tanpa thermometer, ia yakin bahwa suhu tubuh Layla kini lebih dari normal. Tidak salah lagi, Layla demam.

Mengeluarkan ponsel, Gil pun mengubungi seseorang. Beberapa kali ia mendengar suara rintihan Layla. Wajah istri mungilnya itu menjadi semakin memucat, keringat dingin pun mengucur deras di tubuhnya. Perlahan, Gil menyapukan tangannya ke pipi Layla. Mengusir helaian rambut yang mengganggu pemandangan.

“Dokter Roman, cepat kemari. Aku butuh bantuanmu secepatnya,” ujar Gil seraya membelai rambut Layla. “Istriku sakit. Aku nggak mau dengar alasan lain dari mulutmu, kau harus kemari secepatnya.”

Ia tidak menerima penolakan. Tanpa menunggu jawaban dari Dokter Roman, Gil langsung memutuskan panggilan. Dilihatnya lagi Layla yang semakin pucat, bibir pria itu langsung menipis. Bagaimana jadinya kalau Gil tidak menemukan istrinya? Layla pasti akan sangat menderita di rumah temannya.

“Permisi, Tuan Muda.”

Suara Siduri menembus pintu kamar mereka sebelum wanita itu membuka pintu dan menatap pada sang tuan muda yang kini memasang raut khawatir.

“Tuan Muda, Nyonya ingin menemui—”

“Itu nanti saja,” potong Gilgamesh. “Ambilin sebaskom air dan handuk kecil dulu.”

Mendengar perintah tuan muda Al Urukh, Siduri hanya bisa mengangguk pelan dengan raut penuh tanya. Walau begitu, ia memilih untuk menyampaikan pertanyaannya di waktu yang tepat. Segera, ia mengambilkan apa yang Gilgamesh minta.

Saat ia datang dengan sebaskom air dan sebuah handuk pun, Gilgamesh tak mengatakan apapun. Pria itu langsung mengambil benda yang ia minta dari tangan Siduri dan mengompres Layla. Hal yang tak pernah Siduri duga sebelumnya. Bahkan raut sang putra tunggal Al Urukh, kini terlihat begitu cemas.

“Apa ... Tuan Muda benar-benar jatuh cinta pada Nona Layla?” tanya Siduri.

Siduri sudah lama menjadi kepala pelayan di kediaman Al Urukh, tapi baru kali ini ia melihat Gilgamesh memperlakukan seorang gadis dengan penuh kasih sayang. Walau Gilgamesh sendiri tidak menyadarinya, tapi hanya dari tatapannya pun Siduri sudah bisa melihat bahwa sebenarnya Gil memang sangat menyayangi Layla.

Di sisi lain, Gil yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa terdiam. Helaan napas pun mengikuti.

“Entah,” ujarnya. “Aku kesel waktu dia menolak semua perhatianku. Aku kesel waktu dia meninggikan suaranya padaku. Aku sakit hati waktu dia melihatku dengan penuh kebencian. Dan waktu dia sakit pun ... aku nggak bisa tenang.”

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang