Chapter 26

1.1K 136 90
                                    

Chapter 26

***

Waktu bergulir, hingga petang pun menyapa. Manik hijau melirik jam tangan, melihat jarum jam yang kini menunjuk ke arah angka lima. Pembicaraan bisnis antara Golden Royale dan Azure Knight pun telah mencapai kata sepakat. Walau begitu, benak putra sulung Pendragon masih tak bisa beralih pada satu gadis yang membuatnya selalu bertanya-tanya. Layla, gadis yang membuat kerinduan membuncah di dada. Arthur yakin, ia melihat Layla sebelum ia masuk ke gedung utama Golden Royale. Bagaimana bisa ia kehilangan jejak sang gadis dan bahkan belum bisa menemukannya sampai sekarang?

Baik, Arthur tidak memungkiri bahwa kini hatinya benar-benar gundah. Faktanya, Golden Royale bukanlah tempat yang bagus untuk gadis polos macam Layla. Ia berani bertaruh, bukan hanya sang CEO yang mempunyai kebejadan level dewa, tapi juga karyawan lainnya. Membayangkan Layla berada di tengah para serigala, tentu bukanlah imajinasi yang bagus untuk kesehatan mentalnya. Tidak bisa dipungkiri, ia bisa gila jika melihat Layla bersanding dengan pria selain dirinya.

"Terima kasih atas kerja sama Azure Knight," ujar Lugalbanda, memecah renungan Arthur. "Kami akan memberi kabar lebih lanjut setelah melakukan survei lokasi yang disepakati."

Senyuman Arthur pun merekah. "Tentu, kami akan menunggu-"

Suara pintu yang dibuka, menginterupsi. Baik Arthur dan Lugalbanda mengalihkan perhatian pada pintu ruangan yang terbuka lebar. Sosok bersurai pirang berdiri di sana, dengan tatanan rambut yang masih berantakan. Melihat sepak-terjang putranya, Lugalbanda langsung menepuk jidat. Akan lebih baik jika Gilgamesh menghabiskan waktunya bersama Layla sampai pagi menyapa. Di sisi lain, Arthur yang melihat semua itu hanya bisa mengernyit heran.

"Apa aku terlambat?" tanya si pirang, dengan raut tak berdosa.

Helaan napas pun terdengar sebelum Lugalbanda melangkah menyerahkan beberapa lembar dokumen. "Tanyakan detailnya pada Arthur."

Manik semerah darah hanya bisa menatap punggung sang ayah yang semakin menjauh. Hingga akhirnya, pria itu mengalihkan perhatian pada sang pangeran Pendragon. Seringai pun terlihat jelas. Melangkah, pria itu menjatuhkan badannya di kursi empuk di samping Arthur. Jam kerja telah usai, ia tidak perlu lagi berlagak layaknya CEO Golden Royale.

"Dari tampangmu, sepertinya kau absen meeting bukan karena mengurus pekerjaan penting lain," ujar Arthur.

Kekehan Gilgamesh pun terdengar. "Untuk ukuran pria jones macam dirimu, ternyata kau peka juga. Jangan iri, ya."

Arthur tersenyum tipis. "Lain kali, jangan lupa mengecek resleting celanamu."

Seketika, sang putra tunggal Al Urukh langsung menatap ke bawah. Benar saja apa yang Arthur katakan. Namun, bukannya malu, pria itu malah lebih terkekeh geli. Mengingat kembali aktivitas panasnya bersama sang istri.

"Aku terlalu bersemangat sampai lupa menutup kandang naga-ku," ujar si pirang. "Maaf karena aku menodai matamu yang masih suci."

"Tolong jangan mengatakan hal yang membuat orang lain salah paham," tegur Arthur, tak tahan dengan kepala putra Al Urukh yang perlu direparasi.

Tawa sang pria bermanik merah menggelegar. Menggoda Arthur adalah hobi lainnya yang sangat menghibur. Perbedaan pemahamannya dengan sang pria yang polos memang sangat menggelikan. Sayangnya, Arthur sama sekali tidak berpikir demikian. Gilgamesh tak mengerti bahwa selama ini si sulung Pendragon selalu ingin menyucikan mulut si pirang yang terlampau tidak mempunyai akhlak. Sayang, cita-cita mulia Arthur belum bisa terlaksana.

"Ah, kau ingin berkenalan dengan istriku, bukan?" tanya Gilgamesh sembari mengeluarkan ponsel dari saku.

Mengernyit, entah mengapa Arthur mempunyai firasat buruk yang tiba-tiba bergentayangan di benaknya. "Biarkan istrimu beristirahat. Kau bisa mengenalkannya padaku lain waktu."

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang