Chapter 21

1.6K 175 137
                                    


Chapter 21

***

Arthur menatap Layla yang berjalan kembali ke arahnya. Entah mengapa, raut gadis itu terlihat sedikit muram. Sang pria bermanik zamrud pun hanya bisa melayangkan sebuah senyuman, menahan diri untuk tidak mengulik lebih dalam tentang hal yang menganggu Layla. Raut gadis itu sudah berawan, Arthur tidak akan berani menanyakan hal yang akan memperburuk suasana.

Di sisi lain, Layla hanya bisa menipiskan bibir seraya memikirkan bagaimana caranya ia bisa lolos dari Arthur dan suaminya tercinta. Hal terbaik hanyalah lari saat itu juga, sebelum si pirang datang dan memperburuk suasana.

“Apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Arthur, lembut.

Gadis itu tersenyum kecut sebelum menggeleng pelan. “A-Ah, sebenarnya ... perut saya sedikit sakit.”

Arthur langsung menatap iba. “Kau ingin ke dokter? Atau—”

“Maaf, Pak. Sepertinya saya harus ke toilet dulu,” potong Layla, sebelum berjalan cepat ke toilet.

Tuan Muda Pendragon hanya bisa menatap bingung, tapi tak mempunyai niatan untuk menghentikan Layla. Di sisi lain, Layla melakukan semua itu bukan tanpa alasan. Ia panik karena ponselnya berdering, tentu saja itu si pirang bgsd. Sesampainya di toilet wanita, gadis itu cepat-cepat mengambil ponselnya dan mengangkat telepom dari si pirang sinting.

“ Little Zashuu, aku sudah di depan,” ujar Gil, tanpa basa-basi. “Di mana kau?”

Mampus! batin Layla menjerit.

Menelan ludah, pikiran Layla semakin kalut. Apa yang harus ia lakukan? Kalau pun kabur, harus lewat pintu depan. Sialnya, baik Arthur dan Gil ada di sana. Ia tak mungkin berjalan tak acuh melewati kedua pria pirang tanpa ketahuan, bukan? Buntu. Ia benar-benar terjebak kali ini.

“Aku ... aku di toilet,” cicit Layla.

“Cepatlah kemari, aku tidak suka membuang waktu.”

Panggilan diakhiri, meninggalkan Layla dengan benak berkecamuk. Gadis mungil itu masih membeku di depan wastafel, menatap pantulan rautnya yang begitu memprihatinkan. Seketika, ia menangkup wajah.

Layaknya, kesialan Chu kini menular padanya.

***

Menatap sekitar, sang putra tunggal Al Urukh mencari tempat yang bagus untuk menghabiskan makan siang bersama istri mungilnya. Tersenyum miring, tak sia-sia ia menyuruh Enkidu untuk memasang pelacak di ponsel Layla. Dengan begini, ia tak perlu repot dan khawatir di mana keberadaan cintanya.

Semenjak mereka menikah, keduanya tak pernah sekali pun menghabiskan makan siang bersama. Maklum, sebelum mereka berdamai, Layla seperti macan betina yang mengamuk saat Gil mendekat. Dengan keadaan seperti itu, apa pun yang Gil lakukan tak akan berguna. Jangankan makan siang, saat manik mereka bersitatap saja, petir seolah menyambar dari kepala mereka.

Ah, mengingat semua itu membuat si pirang terkekeh geli. Bisa-bisanya selama ini ia menoleransi kelakuan Layla. Cinta memang benar-benar sudah mencuci akalnya. Bahkan sosok mungil bak orang-orangan sawah seperti Layla pun menjadi gadis paling elok di dunia. Dilihat dari mana pun, gadis itu tetap masuk golongan standar. Tidak terlalu cantik, tidak terlalu memesona, bahkan depan belakang rata. Anehnya, Gilgamesh menyukai semua kekurangan Layla yang malah membuat gadis itu bertambah imut di matanya.

Si pirang tahu bukan hanya itu yang membuat istrinya memiliki pesona yang tak terelakkan. Gadis lain mampu menikamnya dari belakang, tapi Layla tidak. Istrinya tidak akan melakukan hal laknat karena kesetiaan dan harga diri adalah segalanya bagi Layla. Kabar baiknya, sang gadis mungil pun kini sudah menerimanya.

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang