Ekstra Chapter 1

141 19 9
                                    


Hampir satu bulan, ia tidak melihat batang hidung wanita yang ia cinta. Arthur menyadari bahwa ia memang harus merelakan cintanya, walau begitu Arthur ingin sekali lagi ... hanya sekali saja berbicara dengan Layla. Pria itu ingin melepaskan semua sesak yang ada di dada.

Menghela napas, Arthur menatap langit yang tak mengerti kegundahan hatinya. Pria itu membiarkan dedaunan jatuh dan bertengger di rambut emasnya. Entah sudah berapa lama ia duduk dan melamun di sana.

Semenjak berselisih pendapat dengan sang ayah, Arthur belum kembali ke kediaman Pendragon. Lebih tepatnya, pria itu tidak mau repot pulang hanya untuk mendapatkan ceramah panjang Uther Pendragon.

Alhasil, kini ia menyewa satu unit apartemen sederhana dengan gajinya sebagai dosen. Ia juga mengundurkan diri dari Azure Knight, karena sejak awal memang tidak mempunyai niat untuk menjadi penerus perusahaan keluarga.

Hanya saja, kini ia mendapatkan satu masalah yang terbilang cukup rumit. Helaan napas kembali terdengar, Arthur kembali ke realitas sebelum bangkit dan melangkah pergi.

"Pak Arthur!"

Suara familiar terdengar. Arthur menghentikan langkah dan menoleh, mendapati salah satu mahasiswa berlari mendekat.

"Chu? Ada apa?"

Surai biru Chu Chulainn terlihat berantakan dengan wajah lelah dilengkapi kantung mata yang hitam. Tidak salah lagi, tidur siang yang dinantikan Chu diinterupsi dengan keperluan mendadak pada Arthur. Layaknya kesadaran Chu juga belum pulih seutuhnya.

"Ah ... anu ...err," Chu memikirkan bagaimana cara menyampaikan kata-kata sembari menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

"Tenang. Katakan pelan-pelan. Jangan lupa bernapas," ujar Arthur seraya menepuk punggung Chu.

Setelah beberapa saat, akhirnya Chu mampu menyampaikan titipan pesan untuk Arthur.

"Pak, boleh minta nomor ponsel??"

Mengernyit, Arthur seakan keberatan. "Untuk?"

"Ah, bukan saya," jawab Chu. "Layla meminta tolong pada saya, karena dia ingin mengatakan beberapa hal pada Pak Arthur tapi tidak bisa secara langsung."

Manik hijau putra sulung Pendragon membulat. Tentu, ia sangat senang karena hal yang tidak pernah terpikirkan kini menjadi nyata. Selama ini Arthur menahan diri untuk tidak menghubungi Layla terlebih dahulu.

Mungkin Tuhan mengetahui kegundahan hatinya, hingga Layla pun memutuskan untuk memulai komunikasi.

Tanpa pikir panjang, Arthur mengambil ponselnya. "Berikan aku nomor Layla, aku akan menghubunginya sekarang."

Chu hanya mengangguk dan memberikan ponselnya. Arthur sudah menduga bahwa Layla mengganti nomor ponsel. Sebuah mukjizat jika si pirang bgsd tidak mengantisipasi kejadian sang istri mempunyai kontak pria lain.

"Terima kasih, Chu," ujar Arthur seraya tersenyum tulus.

"Sama-sama, Pak," jawab si mahasiswa sembari berbalik dan melangkah pergi.

Masih berdiri di sana, Arthur menatap ponsel sembari menarik napas. Jemarinya bergerak, mengetuk pada ikon telepon berwarna hijau. Sembari menunggu, Arthur mempersiapkan diri untuk apa pun yang akan terjadi padanya dan juga Layla.

Tak lama, hingga dering diponselnya berhenti. Berganti dengan suara seorang wanita yang ada di seberang sana. Suara yang sangat-amat sangat dirindukan oleh Arthur.

"Halo, selamat siang." suara yang begitu manis, membangunkan Arthur untuk menerima kenyataan.

Berdeham pelan, si sulung Pendragon pun menanggapi, "Layla, ini aku ... Arthur."

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang