Chapter 31
***
Tempat Jeanne sudah tidak lagi aman. Layla yakin si pirang akan menemukannya dengan mudah. Ponselnya pun sudah diberi pelacak, maka dari itu ia harus mematikan ponsel lamanya dan meminjam ponsel milik Jeanne. Beruntung, Jeanne mempunyai ide cemerlang. Sang sahabat meminta Chu untuk bertukar tempat kost.
“Tolongin dong, temen kita lagi kena masalah nih,” ujar Jeanne setelah masuk ke kamar kost Chu. “Lagian waktumu kan habis buat mancing di empang, kamarnya juga nggak kamu urus. Mending tuker tempat aja sementara.”
Sang pria berambut biru menghela napas pelan. Tidurnya diinterupsi oleh dua wanita yang memaksa masuk walau ia sudah berpura-pura tidak mendengar.
“Emang kalian punya masalah apa? Tampang kalian udah kayak dikejar setan aja,” ujar Chu seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Layla yang sedari tadi diam hanya bisa menipiskan bibir. Sejatinya, apa yang Chu katakan memang sebuah kenyataan. Suaminya memang seperti jelmaan setan.
“Kalau dah beres nanti kita jelasin,” jawab Jeanne. “Udah, buruan kasih kunci kamar!”
Si pria berambut biru menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dengan wajah mengantuk ia pun memberikan kunci kamarnya pada dua orang perempuan di depannya.
“Bulan ini bayarin kost nya sekalian, ya?” ujar Chu sambil melangkah keluar.
“Iya udah nanti dibayar, kayak kita orang miskin aja,” gerutu Jeanne.
Sahabat prianya itu menoleh dan memincingkan mata. “Lo kan emang miskin. Sadar diri dong.”
Alih-alih menanggapi, sang gadis berambut pirang malah menghela napas lelah dan menutup pintu tanpa basa-basi. Hingga hampir saja, pintu itu mengecup hidung Chu. Terdengar sumpah-serapah si pecinta tante bohai di luar kamar, tapi Jeanne sama sekali tidak mengindahkan.
Merapikan tempat tidur, si gadis pirang pun menepuk kasur di sebelahnya. Tanpa basa-basi, Layla langsung duduk dan memeluk erat sahabatnya. Tangisannya pun pecah.
“Jeanneeee, huhuhu....”
Menepuk-nepuk punggung sahabatnya, Jeanne belum bisa berkomentar lebih atas apa yang terjadi pada Layla. Ia ingin sahabatnya menumpahkan semua kesedihan sebelum membicarakan masalah yang Layla hadapi.
“Nangis aja La, nggak papa. Unek-unek lo, semua keluarin aja. Aku di sini buat dengerin kamu....”
***
Pagi hari menyapa, Gil masih menumpang di rumah Bedi dan kini pria itu pun turun dari tangga untuk sarapan. Sang tuan rumah sudah menyiapkan beberapa makanan yang menjadi menu sarapan. Bahkan Arthur pun sudah duduk di salah satu kursi makan.
Menoleh, pria bermanik hijau itu melihat sosok Gilgamesh yang beda dari biasanya. Si pirang bgsd terlihat lebih layu dengan kantung mata yang terlihat jelas menghiasi bawah matanya.
“Nggak bisa tidur?” tanya Arthur sembari mengoleskan mentega di atas roti.
“Gimana bisa tidur kalau nomor istriku aja nggak bisa dihubungi?” ujar si pirang bgsd. “Bahkan makan aja nggak selera.”
Manik merah menatap sayu pada beberapa makanan yang ada di depannya. Walau begitu, Gil masih menjejalkan potongan roti ke mulutnya. Mengunyahnya dengan malas.
“Teh atau kopi?” tanya Bedi.
“Apa pun yang bisa membuat kegilaanku luntur,” ujar Gil.
Terlihat ekspresi frustrasi yang begitu dalam. Sementara Arthur yang ikut prihatin dengan apa yang Gil alami, hanya bisa menepuk-nepuk punggung temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )
FanficKarena suatu kesalahpahaman, Layla dihadapkan kenyataan bahwa ia harus menikahi pria yang tidak ia kenal. Sialnya lagi, pria itu adalah orang yang paling berpengaruh di negaranya: tuan muda dari keluarga millyuner yang terkenal dengan kebangsatannya...