Chapter 30

425 58 37
                                    

Chapter 30

***

“Katanya ngerjain kerjaan kantor. Faktanya malah ngopi bareng sambil ngobrol,” cibir Gilgamesh seraya mengambil tempat duduk.

Balkon ruang santai rumah Bedivere tidak terlalu besar, tapi lebih dari cukup untuk menghilangkan penat. Berbeda dengan Kediaman Al-Urukh. Rumah bedivere cenderung lebih bergaya kuno dengan beberapa barang antik yang masih terawat. Rumah itu jarang dihuni karena Bedivere menghabiskan waktu sehari-harinya di kantor Azure Knight dan Kediaman Pendragon.

Berita bagusnya, rumah itu bebas makhluk astral. Kecuali sosok macam incubus mesum yang sering berkunjung untuk menyesatkan Bedivere. Beruntung, iman sang pria yang sangat mencintai Tuhan tidak mudah goyah hanya karena bujukan duniawi dan bibir manis bertabur sianida. Salah-salah, ia bisa dipecat Arthur dan berakhir dengan masa depan yang mengenaskan.

Selain berkelakuan baik, pria berambut pirang platinum itu sangat rajin ke gereja. Entah untuk kebaktian atau sekadar curhat pada Tuhan-nya agar teman-temannya diberikan sedikit kewarasan. Semoga saja, doa dan niat baiknya segera terkabulkan.

“Udah selesai,” jawab Arthur seraya tersenyum.

“Bilang aja mau nongki-nongki sama Bedi di sini,” timpal si pirang, masih dengan muka masam.

Kekehan Arthur pun terdengar. “Kalau kesal pada diri sendiri, emosinya jangan diluapkan ke orang lain dong. Aku kan nggak salah apa-apa.”

Mendengar sindiran halus Arthur, tentu saja Gilgamesh malah lebih memasamkan mukanya. Sejujurnya, pria itu memang kesal pada dirinya sendiri karena ia bahkan tidak tahu bagaimana cara membujuk Little Zashuu-nya tercinta untuk kembali dalam pelukannya.

Tak lama, hingga sang tuan rumah datang sembari membawa beberapa cangkir kopi dan camilan. Menghidangkannya di depan dua pria pirang yang berakhlak layaknya bumi dan langit.

“Apa ada yang bisa kami bantu agar istrimu tidak lagi marah padamu?” tanya Bedi seraya duduk di samping Arthur.

Memang, Gil dan Arthur adalah saingan bisnis abadi. Namun, jika untuk teman nongkrong atau perbincangan di luar zona pekerjaan, mereka sangat terbuka satu sama lain. Tentu, keduanya pun tidak ingin menjadikan hubungan pertemanan dan apa yang mereka ketahui dalam privasi masing-masing sebagai senjata untuk saling melumpuhkan dalam dunia pekerjaan.

Kembali, si pirang bgsd yang mendengar pertanyaan Bedi, langsung merasa terharu. Beruntung Arthur mempunyai asisten yang sangat peka dan pengertian. Bedi benar-benar membawa aura positif untuk sekitarnya.

“Sebentar, mending digali dulu masalahnya ada di mana,” ujar Arthur. “Abis itu sebagai laki-laki, kamu juga harus introspeksi diri. Ngalah aja, Gil. Kalau sama perempuan, kudu bisa ngalah. Ego-nya dikecilin.”

Menghela napas, Gil terdiam sejenak. “Masalahnya ... bukan karena ego. Jadi, ceritanya istriku tahu kalau aku sama Arthuria sebelumnya udah tunangan. Aku sama adik kamu kan udah ga ada apa-apa ya, walau belum putusin pertunangan secara formal. Tapi istriku tuh nggak percaya. Ngamuk deh dia....”

Mengerutkan alis, pria bermanik hijau pun diam sejenak. Sementara Bedi yang tadi menawarkan bantuan pun duduk manis sembari mengaduk kopi yang telah ditambah beberapa balok gula. Mengerti bahwa semua itu bukan ranah yang bisa ia jangkau.

“Nah, bingung juga, 'kan?” lanjut Gil. “Masalahnya buapakmu itu kepala batu.”

Menghela napas, Arthur pun menggeleng pelan. “Sebenernya kalau kamu jelasin ke istrimu dari awal juga nggak bakal ada insiden kek begini. Lagian, dulu yang ngejar-ngejar Arthuria juga kamu. Kenapa nyalahin ayah orang lain?”

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang