Chapter 40

280 41 17
                                    

Chapter 40

***

*Arthur Jahanam!*, batinnya berteriak, merutuki kesialannya.

Kini si pirang Al Urukh hanya bisa terkapar di ranjang. Tubuhnya terasa ngilu karena penuh dengan luka memar.

Bagaimana bisa dunia ini begitu sempit? Jika ia tahu gadis yang selama ini Arthur ceritakan padanya adalah istrinya sendiri, ia pasti sudah mencekik pria pirang itu dan mengunci Layla di Kediaman Al Urukh agar sang istri tidak lagi bertemu dengan Arthur!

Layla bahkan tidak mengatakan satu kata pun yang menunjukkan kalau ia mengenali Arthur. Apa istrinya sengaja? Apa mungkin yang berlaku serong bukan dirinya tapi sang istri??

Menepis pikiran itu, Gilgamesh menghela napas berat. Gila. Ia benar-benar bisa gila jika masalah ini sampai berlarut-larut! Bukan hanya Layla, bahkan kedua orangtuanya sampai mengutuk sampai kupingnya terasa keram! Sekarang, Arthur yang biasanya menjadi tempat curhat, malah jadi musuh bebuyutannya. Dalam sehari, hidupnya seolah runtuh!

“Gil....”

Sekian lama merutuk, Gil tak menyadari bahwa sudah beberapa detik Enkidu ada di depan pintu, menunggu untuk dipersilakan masuk. Menoleh, lehernya terasa sangat ngilu. Jika bukan karena si sulung Pendragon sialan, ia tidak akan semenderita ini! Arthur memang setan!

“Masuklah,” ujar si pirang Al Urukh.

Melangkah masuk, wajah Enkidu terasa sangat kusut. Seolah, ia adalah dalang di balik semua kesialan saudaranya.

“Layla memblokir namamu dalam daftar kunjungan,” ujar Enkidu.

Gil menahan napas, hingga akhirnya ia menarik napas dan membuangnya kasar. Sudah ia duga....

“Jika dibiarkan, mungkin kau akan kehilangan anak dan istrimu,” jelas Enkidu. “Jadi ... bolehkah aku yang menjadi jembatan komunikasi untuk kalian?”

Enkidu ingin membalas kesalahannya di masa lalu. Jika bukan karena dia, mungkin Gil dan Layla tidak akan melalui semua cobaan.

Di sisi lain, rasa frustrasi kembali menyeruak di benak si pirang. Ia tahu bagaimana keras kepalanya seorang Layla. Little Zashuu kesayangannya, tidak akan mungkin menyerah dengan satu atau dua patah kata.

“Tidak,” tolak Gil. ”Aku sendiri yang akan menemuinya dan menyeretnya kembali ke Kediaman Al Urukh.”

Menoleh, pria pirang itu menatap manik Enkidu yang menyiratkan kekhawatiran. Ia mungkin bisa menyerahkan semua masalahnya pada Enkidu, tapi semua ini adalah masalah pribadinya. Sebagai seorang suami, ia harus bertanggung jawab dan menuntaskan segala masalah dengan tangannya sendiri.

“Kau hanya perlu memastikan, Si jahanam Arthur tidak lagi bertatap muka dengan Little Zashuu-ku.”

***

“Pak Arthur....”

Bisikan Layla terdengar miris. Saat melihat wajah Arthur yang penuh lebam, hatinya terasa nyeri. Ia pikir ungkapan cinta Arthur hanya setengah hati untuknya. Ia pikir ... semua yang Arthur katakan hanya akan menjadi perasaan sesaat yang menggebu. Tapi apa yang ia lihat tidaklah sama dengan apa yang ia pikirkan.

Raut Arthur sekarang, lebih dari cukup untuk membuatnya menyadari bahwa pria itu sepenuhnya tulus.

Bibir Layla menipis. Rasa bersalah yang teramat besar memenuhi rongga dada. Karena kebohongannya, ia hampir menghancurkan kehidupan pria yang sudah begitu baik padanya.

Pria itu duduk di samping ranjang. Namun, maniknya masih ragu untuk menatap Layla.

”Apakah aku egois jika aku masih menginginkanmu?”

Jemari sang wanita meremas kuat selimut yang menutupi tubuhnya. Ia tidak bisa menjawab. Ia tidak berhak untuk menjawab.

“Jika saat itu ... aku menahanmu untuk pergi dari sisiku ... mungkin ... takdir kita akan berbeda.....”

Betapa sakit. Arthur merasakan dadanya seolah hancur berkeping-keping. Jika saja dulu ia mempunyai sedikit keberanian, mungkin saja takdir mereka bisa berubah. Faktanya, ia pun bersalah.

“Pak Arthur,” Layla menipiskan bibir. “Maafkan saya karena telah berbohong.”

Arthur menggeleng. “Bukan salahmu. Aku yang bodoh.”

Pria itu mendongak, menatap wajah yang selama ini selalu hadir dalam mimpinya. Seseorang yang selalu ia khayalkan akan menjadi pendamping hidupnya. Sayang, semua itu tinggal angan belaka.

”Jika aku tahu kau tumbuh menjadi gadis yang hebat, aku tidak akan membiarkanmu pergi saat itu....”

Tangan pria itu menyelipkan rambut Layla di belakang telinga, menatap sendu ekspresi Layla yang kebingungan. Sang pujaan hati tidak mengingatnya.

”Apa kau masih suka mencuri mangga?” tanya Arthur, mencoba mengembalikan ingatan masa lampau yang mungkin masih tersisa. Satu-satunya harapan yang ia punya.

Seketika itu, Layla membeku. Ingatan yang terkubur, kini muncul kembali. Ingatan masa lalunya tentang seorang tuan muda yang bersedia menjadi teman baiknya. Mata Layla berkaca-kaca. Ah ... mengapa baru sekarang ia mengingatnya?

Sembari mengusap air mata, Layla menggeleng. Arthur pun ikut meneteskan air mata. Tangannya menggenggam erat tangan Layla.

“Kali ini kau tidak perlu mencuri mangga lagi,” ujar Arthur. ”Aku akan memanjatnya dan membawakannya untukmu.”

Perlahan, senyuman Layla merekah. Wanita itu terkekeh miris sembari menyeka air mata. ”Aku bahkan lebih handal memanjat mangga darimu.”

Arthur tersenyum lemah. ”Semenjak kau pergi, aku selalu memanjat mangga sendirian. Berharap kau kembali agar aku bisa memamerkan keahlian baruku padamu.”

Manik hijau itu menerawang jauh ke masa lampau. Senyumnya langsung surut. Hatinya pun tiba-tiba merasa perih.

”Tapi kau tidak pernah kembali.”

Bibir Layla menipis. Ia pikir teman satu-satunya di masa lampau telah melupakan semua hari-hari mereka. Ia pikir ... kepergiannya tidak berarti apa pun untuk Arthur. Tapi nyatanya, keduanya masih mengharapkan pertemuan kembali.

”Walau begitu ... aku masih menunggumu.”

Tangan Arthur membawa punggung tangan Layla ke bibirnya, mengecupnya perlahan.

”Sampai sekarang pun aku masih menunggu.”

Layla tidak ingin menarik tangannya dari genggaman Arthur. Rasanya begitu nyaman, hingga ia tidak bisa lagi menyangkal bahwa ia pun merindukan kasih sayang yang begitu lembut. Kasih sayang yang sangat berbeda dengan apa yang putra Al Urukh berikan padanya.

Benaknya telah merangkai kata. Ingin rasanya ia mencurahkan semua kerinduan dan kekhawatiran yang ada. Namun, semua niat Layla urung karena seseorang yang baru saja masuk ke kamarnya. Tatapan nyalang pun dilayangkan pada sosok pria yang kini memegang mesra tangan Layla.

Layla yang menyadari semua itu, langsung menarik tangannya dan menatap cemas pada sosok yang kian mendekat. Arthur pun menoleh dan langsung mendapat tatapan tajam dari manik wanita berambut pirang.

“Layaknya kau dan adikmu bersekongkol untuk menghancurkan rumah tangga anakku,” desis Mamah Ninsuna, geram.

Arthur menyeka air mata. Ia pun bangkit dan menatap datar pada orangtua rivalnya. “Sebelum Tante mengomentari saya, lebih baik Tante koreksi anak Tante terlebih dahulu. Layla tidak akan mungkin menderita jika dia memperlakukan Layla dengan baik.”

“Berani-beraninya kau?!”

Ninsuna tahu bahwa anaknya sangat bejad. Namun, mendengar semua itu dari mulut anak rivalnya benar-benar sangat membuatnya geram!

“Kalau anak Tante berani macam-macam lagi, saya tidak akan segan untuk mencuri Layla dari Al Urukh.”

Manik Mamah Ninsuna membulat, tangannya mengepal erat. Ia tahu semua itu adalah tantangan perang.

“Bocah, akan kami buktikan bahwa kau memilih lawan yang salah!”

***

Kalian team mana guys?

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang