Chapter 7

2K 235 145
                                    

Chapter 7

***

“Aku tidak mau!”

Layla menggebrak meja. Menatap nanar pada suaminya tercinta. Emosinya meluap setelah Gilgamesh memintanya untuk berlaku layaknya seorang istri yang dimabuk asmara di depan semua orang.

Tentu saja, Layla tidak bisa menerima semua itu! Jangankan berlaku layaknya istri sungguhan, membayangkan bahwa ia sudah menandatangani surat pernikahan saja rasanya ingin memotong tangannya sendiri!

“Ini untuk kebaikan kita,” paksa Gilgamesh. “Kalau Mama Ninsuna tahu kita seperti anjing dan kucing, kita berdua yang akan terkena getahnya. Kau mau mendapat hukuman dari Mama Ninsuna?”

Gadis itu membuang muka sembari mendengus kesal. Memang, berurusan dengan para sultan itu merepotkan. Layla juga sadar, Mama Ninsuna akan membantainya habis-habisan jika Layla ketahuan tidak akur dengan putra tercinta Al Urukh. Dan Layla juga sadar seberani apapun dirinya, jika lawannya adalah Al Urukh, tak ada lagi harapan untuk menang dan mendapat keadilan.

“Makanya, mulai sekarang kau harus terbiasa bersamaku,” lanjut Gilgamesh seraya membuka beberapa lembar kertas. “Kau hanya perlu berlaku manis di depan banyak orang. Jika kita sedang sendirian, kau boleh melakukan apapun sesuka hatimu.”

Gadis itu masih terdiam. Ia bisa berlaku manis di depan banyak orang. Tapi jika yang ada di sampingnya adalah makhluk laknat yang mengaku sebagai suaminya, entah mengapa emosi Layla tak akan bisa terkendali. Oh, di benaknya selalu ada pikiran untuk meninju, menampar, atau bahkan membenturkan si kepala emas ke tembok terdekat.

“Aku bilang aku tidak bisa,” tolak Layla. “Aku tidak mau.”

Untuk kesekian kalinya, Gilgamesh mendapat penolakan telak. Tentu, pria itu tidak akan menyerah begitu saja. Mengambil ponsel, sang pria berambut pirang pun memperlihatkan sesuatu pada Layla.

“Mereka sudah ada di tangan Al Uruk,” ujar Gil. “Keselamatan mereka ada di tanganmu.”

Manik Layla melebar saat ia melihat dua adik kesayangannya berfoto bersama Mama Ninsuna. Tangannya langsung mengepal erat. Ia tidak menyangka, bahkan sultan pun bisa melakukan hal selicik itu.

“Kalau kau setuju, aku akan menjamin masa depan dan keselamatan mereka,” lanjut Gilgamesh. “Kalau tidak....”

Manik semerah darah menatap tajam pada Layla. Saat itu juga sang gadis membisu, terdiam seribu bahasa. Hingga akhirnya, Layla pun menarik napas dan mengendalikan emosinya. Sekali ia terjebak dalam kandang singa ... ia tidak akan keluar dengan selamat.

“Oke,” bisik Layla. “Aku akan menurutimu. Sebagai gantinya, jangan pernah sakiti Mashu dan Gudako!”

Senyum penuh kemenangan merekah. Puas dengan pencapaiannya, Gilgamesh pun mengangguk pasti.

“Selama kau menuruti apa yang aku katakan, kedua adikmu akan aman,” timpal Gilgamesh. “Sekarang kemarilah....”

Layla mencoba untuk tetap bersabar. Walau ia merasakan sebuah kejanggalan dan firasat buruk, demi keselamatan kedua adiknya ia rela melakukan apapun.

Berjalan perlahan, Layla kini tepat berada di depan sang putra tunggal Al Urukh. Membuang pandangan, Layla tak sudi menatap manik merah yang seolah mencemoohnya.

Sebelum Layla menyadarinya, tangan Gilgamesh telah menarik dan membawanya dalam pangkuan. Layla tak sempat berpikir. Yang ia rasakan selanjutnya hanya kelembutan yang menyapu bibirnya.

Ingin ia memberontak, namun Gilgamesh mencengkeran erat tangannya. Ia tidak bisa berkutik. Tapi Layla tidak akan menyerah. Ia menggigit bibir Gilgamesh dan membuat pria itu tersentak dan melepaskan ciumannya.

✔️ Golden CEO : Hunting for Legal Wife ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang