Ella yang pada dasarnya sudah membenci saya, mulai menunjukkan sikap memberontaknya secara terang-terangan.
Gadis itu tidak lagi memakan masakan yang sudah saya buat. Ketika sarapan dan makan malam, Ella hanya akan mengambil dua lembar roti tawar yang ada di meja, mengolesinya dengan mentega dan selai stroberi, lalu segera naik kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua. Tanpa ada niat untuk duduk di meja makan, berbincang dan makan bersama dengan saya dan kedua putri saya sebagai anggota keluarganya yang tersisa.
Dia juga tidak pernah mengizinkan saya untuk masuk ke dalam kamarnya. Setelah Ella berangkat sekolah, kamar itu akan terkunci dengan gembok kecil. Jendelanya pun akan terkunci dari dalam, tertutup gorden. Seperti kotak pandora yang tidak boleh dibuka oleh siapa pun.
Saya ingat, pernah suatu hari gadis itu lupa, tidak mengunci pintu kamar. Siang hari ketika dia masih di sekolah, saya nekat masuk ke sana. Gelap. Bau debu dan baju kotor seketika menyerang indra penciuman saya. Dengan dada yang terasa sesak, saya tekan tombol lampu yang ada di balik pintu, membiarkan cahaya putih itu menerangi entah ruangan seperti apa jadinya ini.
Saya sama sekali tidak bermaksud jahat, Inspektur. Saya masuk ke kamar itu murni karena rasa penasaran dan rasa peduli saya pada Ella. Saya sama sekali tidak berniat untuk mencuri atau merusak barang-barang yang ada di sana.
Kamar itu penuh dengan barang-barang lama. Tempat tidur tua, dengan seprai dan bantal yang warnanya sudah memudar karena usia. Boneka yang terlihat kempes, mainan-mainan lama yang dikumpulkan di dalam kotak kardus. Buku dongeng bergambar yang tersusun rapi di atas meja belajar. Beberapa pigura. Ella kecil yang berada di pelukan seorang wanita muda. Ella yang penuh senyum meniup kue ulang tahun bersama wanita itu. Ella dengan kostum peri berdiri di samping wanita yang berkostum penyihir di malam Halloween. Wanita itu, saya yakin, ibu kandungnya Ella. Wanita yang pernah menjadi sosok ibu di rumah ini.
Saya tidak punya maksud apa-apa. Saya hanya ingin sedikit membersihkan tempat itu, mumpung Ella sedang tidak ada, dan kamarnya tidak terkunci. Saya mengerti, kamar ini adalah istana kecil Ella. Tempat yang penuh dengan kenangan berharga antara dia dan ibunya. Wajar kalau dia tidak membiarkan saya atau siapa pun masuk ke dalamnya. Akan tetapi, tetap saja, saya tidak mau anak itu hidup di dalam ruangan yang penuh debu.
Yang saya lakukan hanya menyapu. Mengepel. Membersihkan debu yang ada di jendela, membersihkan sarang laba-laba yang ada di sudut langit-langit. Merapikan sedikit ini-itu. Sebagai seorang ibu---walaupun ibu tiri---saya ingin Ella tinggal di kamar yang bersih, tidur di kasur yang empuk tanpa remah-remah biskuit atau roti.
Saya peduli padanya, Inspektur. Sangat. Saya bahkan sudah menganggap Ella sebagai anak darah daging saya sendiri. Namun, apa yang Ella berikan kepada saya?
Sepulang sekolah, gadis itu menghampiri saya yang sedang memotong sayuran di dapur. Dia mengernyit, mata bulatnya memancarkan emosi yang berapi-api. Emosi yang tertahan di dalam kepalan tangannya yang dia remas kuat-kuat.
“Jangan pernah masuk kamarku!” serunya. “Jangan. Sekali pun jangan pernah.”
Saya ingin menjelaskan dengan baik-baik. Namun, Ella sama sekali tidak mendengarkan saya. Anak itu sudah dikuasai oleh rasa benci dan kemarahan. Dia bilang kalau saya seharusnya tidak berada di sini, saya seharusnya tidak merebut posisi ibu di rumah ini. Tidak seharusnya saya menikah dengan ayahnya. Cinta ayah seharusnya hanya untuk ibu, bukan untuk saya. Lalu Ella juga menyalahkan saya atas kematian ayahnya itu. Dia bilang saya pembawa sial. Pencuri. Bahkan anak itu juga menuduh kalau saya menikahi ayahnya itu cuma untuk mengambil hartanya saja.
Saya tidak mengerti apa yang ada di pikiran gadis itu.
Di dalam hati, saya bertanya kepada diri saya sendiri. Apa yang Ella rasakan ketika melihat keberadaan kami di rumah ini? Apa saya gagal menjadi sosok ibu yang baik untuk gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella in Wonderland [END]
Mystery / ThrillerCinderella si pembohong itu, memang pantas untuk mati. *** Seorang gadis remaja bernama Ella Tremaine ditemukan tidak bernyawa di area lobi belakang sekolah. Ada luka lebam yang membiru di lengan dan kakinya. Gaun yang dia pakai kotor terkena noda k...