Drizella 4

138 42 6
                                    

Benar, Inspektur. Di malam pesta dansa itu, akulah yang sudah membunuh Ella.

Mungkin kau bisa menganggap itu sebagai kasus pembunuhan yang bersifat impulsif. Aku melakukannya tanpa ada persiapan apa-apa. Nggak ada trik atau rencana yang matang. Malah, kau mungkin bisa menganggapnya sebagai tindakan yang nggak disengaja. Kami hanya... bertengkar, beradu mulut sedikit, lalu hal itu terjadi.

Dengan kedua tanganku sendiri, aku....

“Meracuni Ella,” katamu?

Eh? Nggak, Inspektur. Apa yang kau bicarakan? Aku nggak membunuh Ella dengan racun. Kenapa kau menyimpulkan seperti itu?

 Kondisi TKP?

Maaf, aku nggak terlalu ingat. Karena aku panik, aku meninggalkan tempat itu secepat yang kubisa. Aku berlari tanpa menoleh ke belakang. Aku nggak berani mendekati tubuh cewek itu. Nggak ada waktu untuk memastikan apa dia benar-benar mati atau nggak. Yang ada di dalam kepalaku saat itu cuma dunia luar. Angin segar, langit malam, pemandangan kota yang penuh kehidupan. Aku hanya ingin pergi, jauh dari tubuh Ella yang perlahan kehilangan cahayanya.

Bagaimana kondisi Ella saat terakhir kali aku melihatnya?

Kalau nggak salah, Ella tergeletak di bawah tangga. Dalam balutan gaun bagus yang pernah ingin kupakai itu, dia nggak bergerak. Nggak bersuara. Rambutnya yang terurai menutupi wajah. Untuk sesaat, Ella terlihat sangat rapuh. Benar-benar seperti orang yang sudah kehilangan nyawanya.

Hanya itu yang bisa kuingat.

“Pot bunga yang jatuh,” kau bilang?

Aku nggak mengerti, Inspektur. Pot apa yang kau bicarakan?

Eh? Jadi di TKP ditemukan pot yang pecah dekat tangga? Tanah dan bunga itu... aku nggak tahu. Aku memang nggak terlalu memerhatikan bunga dan tanaman, tapi kupikir seharusnya nggak ada pot yang jatuh di tempat itu, Inspektur. Lantai tempat Ella tergeletak itu bersih, mengkilap, tampak seperti lantai yang baru dipel beberapa jam yang lalu. Aku ingat dan yakin tentang detail itu.

Memangnya, bagaimana kondisi TKP yang sudah kau dan tim forensikmu itu periksa?

“Ella tergeletak di bawah tangga, bibirnya membiru. Ada bekas cekikan yang memudar di lehernya. Mata yang melotot seperti ingin keluar?” Apa kau serius mengatakan hal itu, Inspektur? Semuanya terasa berbeda dari yang kuingat. Ditambah dengan pot pecah itu....

Kau membuatku semakin pusing, Inspektur.

“Kemungkinan besar, kematian Ella disebabkan oleh keracunan,” katamu?

Aku... nggak tahu harus bereaksi seperti apa. Aku bingung, merasa aneh, sulit percaya. Tapi aku juga merasa senang.

Kalau Ella benar-benar terbunuh karena racun, apa itu berarti aku bisa bebas dari daftar tersangka? Apa aku bisa menyingkirkan perasaan bersalahku dan kembali ke kehidupanku yang sebelumnya, bersama Mama?

Ya, memang sih aku tadi sempat mengaku telah membunuh Ella, tapi kan... bukan aku yang meracuni cewek itu. Lagi pula....

“Apa ada sesuatu yang mencurigakan di pesta itu?” tanyamu?

Aku nggak terlalu yakin. Kau tahu? Aku, Anastasia dan Mama datang terlambat ke pesta itu. Kami melewatkan pidato kepala sekolah dan upacara pembukaannya. Namun, kupikir acara itu berjalan lancar pada awalnya. Sama seperti prom night sekolah biasa, nggak ada yang aneh. Ada beberapa orang yang berbincang di lobi depan, semuanya memakai gaun dan jas yang kelihatan mahal. Mereka tersenyum sinis ke arah kami, tapi itu juga termasuk hal yang biasa.

Di aula utama, lebih banyak orang yang berkumpul. Sebagian besar masih berdansa dengan pasangannya masing-masing, sisanya lebih memilih untuk beristirahat di pinggir, menyantap kue dan camilan yang disediakan. Ngomong-ngomong, Anastasia sempat melihat Pangeran kesayangannya berdansa dengan Ella. Lalu saudaraku itu segera pergi sambil menangis. Selebihnya, benar-benar nggak ada yang aneh.

“Apa ada murid lain yang membenci Ella?” tanyamu?

Selain aku dan Anastasia? Mungkin nggak ada. Di mata teman-teman sekelas, Ella itu dianggap sebagai cewek yang baik dan patut untuk dikasihani. Kebohongan konyol yang dia buat bisa dibilang cukup berhasil untuk mendapatkan banyak simpati. Dan ya... itu menjengkelkan.

Tukang gosip sialan. Mereka pikir mereka tahu segalanya.

Melempari kami dengan bola kertas, menyisipkan sampah ke dalam loker kami. Lalu tertawa seolah-olah itu adalah hal terlucu yang pernah mereka lihat. Benar-benar selera humor yang buruk. Apa mereka juga bercanda dengan Mama mereka dengan cara seperti itu?

Aku nggak terlalu peduli dengan tingkah jahil mereka, Inspektur. Sumpah, walaupun kadang aku juga nggak tega melihat Anastasia menangis sendirian di toilet, tapi untuk diriku sendiri, aku lebih memilih untuk mengabaikan orang-orang iseng itu. Percuma meladeni mereka. Hanya buang-buang waktu.

“Apa ada murid lain yang ikut dijahili karena Ella?” tanyamu?

Kurasa nggak ada. Ella sama kroco-kroco idiotnya itu hanya mengganggu aku dan Anastasia saja. Nggak lebih.

Apa kau benar-benar berpikir kalau ada orang lain yang membenci Ella selain kami?

Kalau memang benar ada, aku ingin bertemu dengannya, Inspektur. Aku ingin berterima kasih atas keberanian dan tekad orang yang sudah meracun Ella itu. Dia benar-benar... penyelamat. Karena perbuatannya, Mama bisa hidup dengan nyaman lagi, tanpa perlu memedulikan cewek bodoh itu.

Eh? Kenapa kau menatapku seperti itu, Inspektur?

Kau nggak setuju dengan yang kukatakan, ya? Mau bagaimana lagi, di mata seorang inspektur kepolisian yang menjunjung tinggi keadilan sepertimu, tindak pembunuhan itu termasuk kejahatan serius. Pelakunya harus menerima konsekuensi. Aku mengerti.

Lalu, apa ada yang ingin kau tanyakan lagi, Inspektur?

“Sebelum Ella pergi ke pesta dansa, apa ada yang aneh?” tanyamu?

Kurasa, Ella masih bersikap biasa. Dia nggak banyak bicara sewaktu di rumah, wajahnya juga walaupun terus menunduk, tapi masih kelihatan cerah. Nggak pucat sama sekali, apalagi dengan lipstik merah muda transparan yang membuat bibirnya tampak segar. Benar-benar seperti cewek yang sehat. Siapa yang menyangka malam itu akan menjadi malam terakhir Ella.

“Apa Pangeran menjemputnya?”

Kurasa... nggak. Aku nggak tahu.

Ella pergi ke rumah temannya terlebih dahulu. Aku nggak sengaja mendengar Ella menelepon, mereka membuat janji akan pergi ke acara pesta dansa itu bersama-sama.

Ella berjanji akan pergi ke rumah Alice.

Cinderella in Wonderland [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang