Ella 2 (END)

393 50 25
                                    

Ada murid laki-laki, namanya Pangeran. Dia datang ke kelasku sambil marah-marah. Dia bilang kalau Anastasia akhir-akhir ini sering nangis, lalu nuduh Alice sama Fairy sebagai pelaku perundungan yang selalu menjahili Anastasia.

Memang nggak salah, sih. Melempar bola kertas, mencorat-coret meja, memasukkan kotoran ke dalam loker. Faktanya, Alice sama Fairy memang sering melakukan hal-hal jahil itu. Tapi....

“Aku ngelakuin itu buat membela Ella, Pangeran.”

“Ella itu sering disiksa sama saudara tirinya waktu di rumah, jadi nggak salah dong, kalau kami membalas perbuatannya.”

Mereka berbohong.

“Benar kan, Ella?”

Nggak. Itu nggak benar. Aku nggak disiksa. Ibu tiriku nggak pernah memaksaku tidur di gudang. Begitu juga dengan Anastasia dan Drizella, mereka berdua nggak pernah memukul, menendang, atau merebut jatah makan malamku. Nggak. Itu bohong.

Alice sama Fairy berbohong agar Pangeran tidak memarahi mereka.

Apa yang harus aku lakukan, Ma?

Aku nggak tahu. Apa aku harus ikut masuk ke dalam kebohongan yang mereka buat? Atau berkata jujur dan mengkhianati kedua teman dekatku?

 Nggak, Ma. Aku takut. Aku nggak mau kehilangan Alice sama Fairy. Nggak ada pilihan lain, aku juga harus berbohong demi mereka.

“Benar kan, Ella?”

Aku menoleh menatap Alice dan Fairy secara bergantian untuk meyakinkan diri. “Iya,” jawabku, berharap Pangeran akan percaya. “Anastasia dan Drizella itu sudah melakukan hal yang buruk padaku.”

Lalu begitu saja, semua ini terjadi

Kebohongan kecil yang kubuat, berakhir menjadi gosip besar yang nggak pernah aku bayangkan sebelumnya.

***

“Aduh, gimana nih?” Di meja kantin yang biasa kami tempati, aku bertanya pada Alice dan Fairy. “Gimana kalau kita ketahuan? Gimana kalau mereka tahu itu cuma berita bohong?”

Nggak seperti aku yang mulai panik, kedua temanku itu terlihat santai, seolah nggak terjadi apa-apa,

“Tenang saja, Ella,” ujar Alice. Gadis itu tertawa sambil mengaduk minumannya. “Nggak bakal ketahuan, kok.”

Fairy mengangguk. “Kemarin aku lihat Drizella teriak-teriak, ngomong kalau gosip itu bohong. Untungnya sih, nggak ada yang percaya, hahaha!”

“Orang-orang lebih percaya gosip itu. Jadi nggak usah khawatir.”

“Berani taruhan, kedua saudara bodohmu itu juga nggak bakal berani lapor ke guru.”

“Iya, iya. Anastasia kan cengeng.”

“Drizella juga. Nggak bakal ada yang percaya kalau dia masih bersikap kasar kayak gitu.”

“Tapi kan....” Aku ragu. Aku rasa ini bukan hal yang bagus. Walaupun Anastasia dan Drizella itu sekarang jadi sasaran kebencian seperti yang kuinginkan, tapi aku merasa ini hal yang salah. Nggak seharusnya terjadi seperti ini.

Lalu, ketika aku masih berkutat dalam pikiranku, Alice tiba-tiba berkata dengan nada bercanda yang nggak bisa kuterima.

“Ya, kalau nanti ketahuan sih, pasti kau yang bakal disalahin, Ella.”

“Lho, kok aku sih. Kan yang pertama kali bohong itu kalian.” Aku menggeleng. Tentu, aku nggak mau hal itu terjadi,

“Soalnya ini gosip tentangmu. Tentang Ella dan keluarga tirinya yang jahat.” Alice tersenyum ketika menjelaskan. “Bukan tentang Aku. Bukan tentang Fairy. Jadi kalau ketahuan, sudah pasti kau yang lebih banyak disalahkan.”

Cinderella in Wonderland [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang