Drizella 1

165 47 10
                                    

Sejak pertama kali bertemu, aku sudah benci dengan dia.

Ella itu cewek yang manja banget. Kau tahu, seperti anak orang kaya yang akan menangis dan cemberut seharian jika permintaannya nggak terpenuh, cerewet, pilih-pilih makanan, banyak mengeluh kalau disuruh melakukan sesuatu. Pemalas. Tipe anak yang akan berlari dan mengadu ke pelukan orang tuanya jika menemui kesulitan. Hampir sama seperti Anastasia. Tapi menurutku, sifat manja dan egoisnya Ella itu lebih parah.

Tunggu... apa yang kau tanyakan tadi, Inspektur?

Apa aku membenci Anastasia juga?

.... Aku nggak tahu kenapa kau bertanya seperti itu, tapi mungkin... iy-tidak. Tidak. Maksudku, kami ini saudara. Kami tumbuh bersama sejak kecil. Aku yang paling mengerti sifat dan kebiasaan-kebiasaan cewek itu. Dan ya, kuakui aku memang kadang agak sebal sama sifat cengeng Anastasia, tapi aku nggak benci dia. Aku sayang Anastasia sebagai saudara dan keluargaku sendiri.

Kenapa kau menatapku seperti itu, Inspektur? Apa kau menganggap aku berbohong?

Aku... baiklah, Inspektur. Kau membuatku nggak punya pilihan.

Kadang, aku memang benci dengan Anastasia. Aku iri kepadanya.

Anastasia itu anak kesayangan Mama. Dibanding aku yang selalu mendapat nilai pas-pasan di sekolah, tentu saja Mama lebih mengedepankan si juara kelas itu.

"Wah, Anastasia dapat nilai seratus lagi!" Di depanku, Mama selalu memeluk Anastasia. Matanya berbinar ketika melihat lembaran-lembaran bernilai sempurna itu. "Sebagai hadiahnya, malam ini Mama bakal masak makanan kesukaan kamu, deh."

Selalu Anastasia.

"Drizella, Anastasia mau nonton film kartun kesukaannya, tuh. Kamu gantian, ya. Kamu kan sudah nonton acara olahraga itu sejak tadi."

Selalu aku yang mengalah.

"Drizella, itu Anastasia mau ke toko buku. Kamu temani, ya. Mama lagi repot, nih."

Aku selalu menuruti permintaannya.

Kupikir, cuma itu satu-satunya cara agar Mama mau sedikit memperhatikanku. Aku selalu berbuat baik di depannya. Selalu mengerjakan apa yang Mama suruh. Jemariku terluka beberapa kali sewaktu aku membantu Mama memotong sayuran di dapur. Aku bangun pagi setiap hari untuk menyirami tanaman. Aku juga yang menyapu dan mengepel rumah. Di saat Anastasia masih mendengkur dalam selimutnya, aku sudah berkeringat karena membantu Mama.

"Drizella memang bisa diandalkan." Aku suka ketika Mama akhirnya memujiku seperti itu. Aku suka susu cokelat hangat yang dia buat untukku setelah aku selesai bersih-bersih.

Drizella yang kuat. Drizella yang suka membantu. Drizella yang mandiri. Kupikir itu sebutan yang cocok untukku. Aku suka.

Aku suka Mama yang menyayangi dan memperhatikanku seperti itu. Cukup.

Walaupun menurutku Mama masih tetap mengutamakan Anastasia daripada aku, aku nggak terlalu keberatan. Aku tahu, Mama sudah berusaha bersikap adil. Mama sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa.

Aku nggak benci sama Anastasia, Inspektur.

Satu-satunya yang aku benci adalah Ella.

Ella yang nggak peduli sama Mama. Ella yang selalu mengabaikan Mama. Ella yang nggak pernah memuji makanan enak yang sudah susah-susah dibuat oleh Mama. Dia nggak pernah menghargai itu semua. Parah. Yang bisa Ella lakukan cuma mengurung diri di kamar dan membuat Mama khawatir

Bodoh. Benar-benar anak manja yang menyebalkan.

Padahal Mama sudah berusaha untuk menyenangkan hati Ella. Memasak makanan kesukaan anak itu, mempercantik kebun bunga peninggalan ibu kandungnya, membelikannya barang-barang bagus. Saat makan malam, Mama selalu berusaha untuk mengajaknya mengobrol, menanyakan bagaimana hari-harinya di sekolah. Tapi, si bodoh itu selalu diam, nggak menjawab, bahkan nggak menoleh sama sekali. Mama jadi seperti orang yang terabaikan.

Kasihan Mama. Aku nggak tega melihat Mama diperlakukan seperti itu.

Ella itu benar-benar nggak pernah berpikir tentang perasaan Mama, ya?

Sumpah, kalau bisa aku ingin memukulnya. Melihat kelakuan Ella yang seperti itu benar-benar membuat hatiku sakit.

Padahal, Ella sudah mendapat perhatian Mama. Tanpa kerja keras. Tanpa melakukan apa-apa. Dia bisa dapat semua kasih sayang Mama dengan mudah.

"Mama sudah menganggap Ella seperti putri kandung Mama sendiri." Saat aku sedang membantunya mengupas wortel dan kentang, Mama pernah berkata seperti padaku. "itu berarti, kamu juga harus menganggap Ella seperti saudaramu sendiri, Drizella."

Bodoh. Aku nggak bisa menerimanya, Inspektur. Apa kau tahu apa artinya itu bagiku?

Artinya, kasih sayang Mama akan terbagi lagi.

Aku sudah cukup terbiasa melihat Mama yang lebih sayang Anastasia daripada aku. Namun, kalau ditambah dengan Ella... rasanya jatah kasih sayang yang Mama berikan padaku jadi semakin sedikit.

Mama jauh lebih memperhatikan Ella.

Anastasia jadi lebih sering terabaikan walaupun sudah mendapat nilai sempurna.

Lalu aku?

Apa Mama masih sayang padaku? Apa Mama masih peduli padaku? Apa karena aku dianggap anak yang sudah mandiri, jadi Mama sudah nggak terlalu memperhatikan aku lagi?

Sekarang, hanya ada Ella di pikiran Mama.

Aku nggak mau, Inspektur.

Karena itu... aku membunuhnya

***

Cinderella in Wonderland [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang