Lady Tremaine 6

274 69 15
                                    

Beberapa hari sebelum pesta dansa, kondisi Anastasia bisa dibilang cukup membaik. Walaupun kadang masih terlihat sedih dan murung, tapi gadis itu sudah bisa tersenyum ketika mendengar beberapa lelucon masa kecil yang saya ceritakan. Bekas sayatan yang terlihat di pergelangan tangannya pun juga sudah tertutupi dengan perban.

Selama di rumah sakit, tidak banyak yang mengunjungi putri saya itu. Hanya beberapa perwakilan guru yang tidak terlalu menampilkan wajah simpati, memberikan parsel berisi buah-buahan dan ucapan semoga lekas sembuh. Teman sekelas? Hanya ada seorang anak laki-laki.

Kalau tidak salah, namanya Pangeran. Dia mengaku sebagai teman putri saya. Remaja laki-laki yang tingginya melebihi saya itu juga membawa parsel buah. Saya ingat, dia duduk di sebelah ranjang, tempat Anastasia berbaring. “Get well,” katanya, memegang tangan putri saya. “Can't wait to see you smile again.

Pangeran itu laki-laki yang baik, pikir saya. Entah hubungan seperti apa yang mereka miliki, tapi dari perlakuan manis yang saya lihat, Anastasia dan Pangeran sepertinya punya hubungan yang lebih dari sekadar teman biasa. Seperti yang sering ada di film-film, saya bisa membayangkan Anastasia yang dirundung satu kelas, lalu dibela dan dilindungi oleh Pangeran, satu-satunya orang yang bisa melihat kebenaran.

Beruntung, setelah ini, tidak akan ada lagi yang menjahili Anastasia atau Drizella. Semua kebohongan Ella akan diluruskan, sesuai dengan janjinya kepada saya.

Saya ingat, Ella juga pernah mengunjungi Anastasia di rumah sakit. Gadis itu meminta maaf kepada Anastasia. Dia mengakui kalau dia sudah salah, sudah bersikap jahat dengan menyebarkan gosip-gosip bohong itu. “Aku nggak akan ngelakuin itu lagi,” janjinya, menangis, memeluk Anastasia yang tidak sanggup berkata apa-apa. “Kau saudaraku yang paling baik. Tolong, maafin aku ya, Anastasia.”

Melihat ekspresi menyesal Ella hari itu, saya pikir Ella benar-benar sudah berubah. Saya pikir dia sudah sadar dan mulai bisa melihat kami sebagai keluarga barunya. Ditambah, Drizella juga mengatakan kalau tidak ada lagi yang mengganggunya di kelas. Ketika ada segerombolan anak perempuan yang mengganggu Drizella di kafetaria, Ella dengan tegas menentang perundungan terhadap saudaranya itu.

“Aneh, sih,” komentar Drizella saat dia menceritakannya kepada saya. “Ella memang belum membongkar kebohongan yang dia buat, tapi kayaknya....” Putri saya itu menggeleng, tidak percaya. “Rasanya seperti ada keajaiban.”

Saya hanya bisa tersenyum mendengarnya.

Siapa yang menyangka hukuman yang saya berikan pada Ella itu akan berefek secepat dan sebesar ini. Ella benar-benar menuruti saya. Hanya dengan menyita foto dia bersama dengan ibu kandungnya, Ella dengan mudahnya berada di genggaman tangan saya. Saya ibunya untuk saat ini. Saya pikir, sayalah yang bertanggung jawab untuk hidup Ella ke depannya.

Sesuai dengan janjinya, Ella juga memakai gaun dan sepatu kaca itu untuk datang ke acara pesta dansa. Dan apa Anda tahu, Inspektur? Gaun dan sepatu itu benar-benar cocok dengan Ella. Ukurannya pas. Warna birunya juga cocok dengan kulit Ella yang putih bersih. Apalagi dengan rambut panjangnya yang dimodel high bun, putri saya itu jadi terlihat jauh lebih cantik dari biasanya.

Ella sudah siap menjadi ratu pesta. Namun di lain sisi, Anastasia dan Drizella punya satu masalah besar.

Kedua putri saya itu belum punya pasangan.

Karena sebelumnya Anastasia harus dirawat di rumah sakit. Juga karena tidak ada laki-laki yang mau mengajak Drizella jadi pasangannya. Saya turut prihatin mendengarnya. Secara tidak langsung, itu juga karena kebohongan yang dibuat Ella dulu. Anastasia dan Drizella dijauhi. Namun, tentu saja saya tidak bisa menyalahkan Ella. Ella sudah berubah, pikir saya. Tidak seharusnya saya mengungkit-ungkit kesalahannya lagi. Lagi pula, Ella sudah pergi lebih dulu bersama dengan pasangannya yang menunggu di mobil.

Cinderella in Wonderland [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang