Penasaran

761 23 0
                                    


Pandangan mata Gi fokus lurus ke depan, melihat ke arah lapangan futsal. Pertandingan persahabatan antar kelas sebelas masih berlangsung.

Lalu, Gi tiba-tiba penasaran, "Le, lo kenal semua temen-temen Abbas nggak sih?"

Elea yang duduk di sebelah Gi pun menoleh memandanginya setelah mendengar pertanyaan yang Kakaknya lontarkan itu. "Nggak semua, tapi ada yang kenal beberapa," jawab Elea.

Gi manggut-manggut.

Sejak Gi duduk dan bergabung dengan barisan para penonton, menemani Elea yang sedang menonton pertandingan pacarnya dengan maksud terselubung pada awalnya, tiba-tiba ada seorang cowok berambut hitam lurus yang berhasil mencuri perhatian Gi. Rambutnya terlihat sangat halus dan sehat. Dengan gaya poni belah tengah ala-ala idol kpop, satu kebiasaan yang Gi temukan dari cowok itu hari ini, dia sering menyibakkan rambutnya ke arah belakang, walaupun pada akhirnya akan kembali lagi ke depan.

Berulang-ulang, begitu terus. Sudah beberapa kali Gi menangkapnya.

Dia juga sering melemparkan senyum, mengembang di wajah, memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang rapi dan membuat matanya menyipit.

Dua kata dari Gi yang terlintas di kepala, cute dan ganteng.

Kalau dilihat-lihat, dia juga tidak bisa diam. Tidak hanya di lapangan saja, tapi dia juga terus berlari-larian di dalam kepala Gi.

"Kalau yang itu..., kenal nggak?" tanya Gi, membuat pandangan mata Elea berusaha mengikuti arah pandangan mata Gi. Sayangnya fokus mereka masih berbeda.

"Yang mana Gi?" Elea bertanya balik.

Sudah terlalu dekat, Elea memang biasa memanggil Gi tanpa embel-embel 'Kak' dan sejenisnya meskipun Gi satu tahun lebih tua dari dia.

"Itu... Yang pakai jersey bola warna putih."

"Hah? Semua pakai jersey bola dan warnanya putih Gi."

Seketika Gi pun tertawa kecil saat menyadari apa yang Elea katakan itu benar. Ya..., tim Abbas memang memakai jersey bola dengan warna sama, putih semua, tapi nggak tau kenapa, cowok yang satu itu membuat Gi tak melihat siapa-siapa. Padahal dari tadi kalau mau nge-gol-in hampir gagal terus. Kurang jago, kebanyakan gaya, pikir Gi.

"Yang mana? Yang jelas ngasih taunya."

"Di antara temen-temen Abbas yang ada di lapangan itu deh, siapa aja yang lo kenal?"

"Itu kan ada lima orang ya, ada Abbas, ada Kak Putra, Kak Kin, Kak Ghaly, sama... aduh satu lagi itu lupa namanya."

"Lo kenal mereka semua?"

"Lebih tepatnya bukan kenal sih, tapi tau-tau aja."

"Eh itu tuh, yang barusan ke luar, yang digantiin sama mantan gue."

"Oh... itu namanya Kak Ghaly."

Oh...

Ternyata namanya Ghaly—cowok yang sudah berhasil memikat hati Gi sejak pandangan pertama. Dari sekadar mendengar namanya saja juga sudah terasa seperti ada getaran-getaran yang menggelitik dada.

"Eh... Emang lo udah putus sama Kak Nathan?"

"Udah."

"Kapan? Gue kira lo mau ikut nonton futsal karena mau lihat Kak Nathan."

"Tadinya...."

"Tadinya? Lah... Sekarang apa emang alasannya?"

"Ya masih sama alasannya."

Tapi, gara-gara gue ke sini, gue malah melihat hilal jodoh gue yang asli kayaknya, batin Gi.

Siapa itu Nathan?

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang