OTW

138 12 0
                                    


Ghaly sedang berpusing ria mencari nomor telepon dan alamat rumah Gi, tapi Ginela malah sedang santai-santai saja menikmati minumannya di sebuah cafe bersama dengan Joy sedari tadi.

"Udah sore. Pulang yuk?" ajak Joy.

"Ya udah ayo."

Joy dan Ginela pun mulai bergegas meninggalkan cafe saat jam sudah mulai menunjukkan pukul setengah enam sore.

"Tangan lo itu kayaknya perlu diobatin deh Gi."

"Iya nanti gue obatin pas udah sampai di rumah."

Setelah tadi bebas dari Nathan dan Gi berhasil masuk ke dalam mobil Joy, Joy langsung meminta Gi untuk mematikan Hp-nya.

"Habis ini pasti Nathan hubungin lo terus. Jadi mending lo matiin dulu," kata Joy tadi.

Ginela patuh saja dan sampai sekarang HP Gi masih mati. Gi belum tau kalau video pertengkarannya sudah tersebar. Padahal Joy sudah mengetahuinya, tapi Joy bingung mengatakannya kepada Gi.

Sepanjang perjalanan dari cafe sampai pulang ke rumah Gi, tidak ada pembicaraan yang berarti di antara Joy dan Gi.

"Gimana keadaan lo sekarang? Udah baikan kan?" tanya Joy, saat dia sudah menghentikan mobilnya di depan rumah Gi.

Ginela manggut-manggut.

"Habis ini, kalau lo buka HP lo, jangan kaget ya?"

"Maksudnya?"

"Nanti lo juga tau. Kalau lo butuh apa-apa, lo langsung hubungi gue aja."

"Ada apa sih?"

Joy diam saja, menggigit bibir bawahnya, memandangi Gi dengan tatapan cemas.

"Ada apa Joy?"

Joy geleng-geleng kepala. "Gue harus segera pulang Gi. Bentar lagi tambah gelap nih."

"Ya udah."

Ginela turun dari mobil Joy, tapi juga buru-buru menyalakan teleponnya yang sudah dia matikan sedari tadi.

Tepat saat mobil Joy pergi, HP Ginela baru bisa menyala sempurna. Seketika HP Gi pun langsung bergetar tak berhenti-berhenti.

"Buset, ada apaan sih ini?" Ginela bertanya-tanya, sembari berjalan memasuki rumahnya.

"Hah?" Ginela berhenti di depan pintu. Mulut Ginela menganga kecil. Akhirnya Gi tau kalau video pertengkaran dengan Nathan sudah tersebar.

"Mampus gue. Ghaly pasti marah sama gue gara-gara hubungan kita kebongkar kayak gini. Aduh..."

Ada beberapa pesan masuk dari Abbas dan Elea. Notifikasi panggilan tak terjawab juga muncul banyak sekali. Lalu deretan notifikasi mention dari twitter dan DM Instagram pun tidak berhenti-berhenti.

Namun, dari banyaknya notifikasi itu, kemudian ada satu nama akun instagram yang menarik perhatian Gi.

@ghalyarion7

"Ghaly?"

'Tolong telepon gue kalau lo udah baca ini.' –Pesan dm itu dikirimkan beberapa menit yang lalu.

Awalnya Ginela ragu, apakah benar itu akun Ghaly atau bukan, tapi ketika dicek ke profilnya, ya memang itu akun Ghaly.

Agak deg-deg an, tapi Ginela buru-buru menuruti permintaan Ghaly. Sebelumnya Ginela langsung berlari menuju ke kamarnya.

"Aduh, Ghaly pasti marah sama gue," ucap Gi saat dia mau menghubungi Ghaly.

Takut, tapi Ginela tetap harus menghubungi Ghaly untuk klarifikasi.

Ginela pun mencoba telepon Ghaly, tapi beberapa kali panggilan dari Gi malah Ghaly tolak.

"Lah... Gimana sih?"

Ginela pun berinisiatif mengirimkan pesan terlebih dahulu.

Ginela: Angkat teleponnya. Ini gue, Ginela.

Sesaat setelahnya, Ginela melihat pesan yang dia kirim sudah dibaca. Ginela langsung mau menelepon Ghaly lagi, tapi malah Ghaly sudah lebih dulu menghubunginya.

Sebelum mengangkat telepon dari Ghaly, Ginela menarik napas terlebih dahulu dalam-dalam, dan mengembuskannya perlahan.

"Ehm... Ehmmm." Gi juga sedikit berdeham untuk mengatur suaranya agar terdengar bagus.

"Hallo," jawab Gi, dengan suara lembut.

"Kirim alamat rumah lo sekarang. Gue mau ketemu," ungkap Ghaly, to the point sekali.

"Nggak bisa," jawab Gi spontan.

Gi belum siap bertemu Ghaly dalam keadaan seperti ini. Ghaly pasti mau marah-marah dan menyudahi hubungan mereka. Gi sudah bisa menebaknya. Ghaly akan menggunakan kesempatan ini untuk putus dengan Gi. Apalagi gara-gara Gi, hubungan mereka jadi terbongkar ke publik.

"Kenapa nggak bisa?" tanya Ghaly dari seberang telepon.

"Udah malem. Gue nggak bisa biarin ada temen cowok yang datang ke rumah gue malem-malem."

"Ya udah, bisa ketemuan di mana?"

"Nggak bisa juga."

"Kenapa lagi?"

"Gue nggak boleh keluar malem-malem. Apalagi buat ketemu cowok."

"Ayolah Gi... Lo pasti udah liat video yang kesebar kan? Nggak cuma lo yang keseret, tapi nama gue ada di sana. Gue mau nyelesain masalah itu sekarang juga."

"Besok aja lah."

"Nggak bisa. Gue mau sekarang."

"Gue nggak bisa."

"Kenapa?"

"Udah malem."

"Gue tau kalau lo cuma cari alasan doang Gi. Jangan kabur dari masalah lah. Ini yang lo bawa itu nama gue!"

Dari suara Ghaly yang Gi dengar, Ghaly tampaknya benar-benar geram.

"Oke. Gue mau ketemu, tapi janji dulu," tawar Gi kemudian.

"Janji apaan?"

"Gue belum mau putus." Ginela pun tidak mau basa-basi juga. To the point seperti yang Ghaly lakukan.

Ghaly diam saja selama beberapa saat.

"Gimana?" tanya Gi.

"Ya."

"Oke. Gue kirimin alamat rumah gue habis ini, lo bisa ke sini."

Tut.

Ghaly langsung mematikan telepon tanpa aba-aba terlebih dahulu.

"Dia galak juga ya," desis Gi, menggerutu, sembari mengirimkan pesan alamat rumahnya kepada Ghaly.

Tidak perlu menunggu waktu yang lama, beberapa detik setelah pesan yang isinya alamat rumah Gi sudah terbaca oleh Ghaly, Ghaly langsung mengirimkan pesan balasan untuk Ginela.

G : Otw.

Satu kata yang sangat tegas dan jelas.

***

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang