Give Me a Chance

187 17 0
                                    


Tok! Tok! Tok!

Tok! Tok! Tok!

Ghaly berhasil menemukan alamat rumah Ginela. Setelah menempuh perjalanan panjang dari ujung kota ke ujung lainnya, akhirnya Ghaly sampai juga di depan rumah Gi. Sekeliling halaman sudah gelap, hanya diterangi lampu taman remang-remang. Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam, tapi sudah tidak terlalu terlihat ada lalu lalang orang lagi di jalanan.

Klek.

Setelah mengetuk pintu, menunggu beberapa saat, akhirnya ada yang membukakannya juga.

Elea.

Dari raut wajah Elea, Ghaly bisa membaca kalau Elea sedikit terkejut. Ia pun tidak mengatakan apa-apa. Mematung. Ghaly juga sama diam saja. Ditengah-tengah keheningan, mereka saling memandang satu sama lain selama beberapa menit. Sampai kemudian Ginela muncul dari belakang Elea.

"Siapa yang datang--"

Ginela sudah menebak sebelumnya, dan ternyata tebakannya benar. Karena memang Ghaly sudah mengatakannya kepada Gi.

Mengetahui ada Ginela, Elea pun membalikkan badan. Elea berganti bertukar tatap dengan Ginela setelah sebelumnya dengan Ghaly. Mendadak Elea jadi merasa canggung. Ia tidak mau terlalu berlama-lama di dekat Ghaly dan langsung beranjak masuk, dengan tetap tidak mengatakan apa-apa.

Ghaly masih memandangi Elea sampai ia tidak terlihat lagi.

"Itu adik aku," terang Ginela kemudian, membuat fokus Ghaly kembali ke Ginela.

"Oh... Kalian Kakak-Adik."

"Iya. Ayo ikut aku."

Ginela meraih tangan Ghaly tanpa permisi. Saat tangan Ginela menarik Ghaly ke luar, Ghaly melihat pergelangan tangan Ginela mulai tampak merah-merah biru, membengkak. Tentu saja Ghaly sudah tau penyebabnya, tapi Ghaly belum mengatakan apa-apa.

Ghaly mengikuti Ginela berjalan memasuki sebuah lorong yang ada di sebelah rumah Gi, sampai di sebuah taman kecil yang bersamping-sampingan dengan sebuah ruangan berpintu kaca besar, tapi tertutup oleh korden dari dalam. Sementara dari tempat bangku yang Ghaly duduki, secara samar-samar ia bisa mendengar suara televisi yang sepertinya ada di dalam ruangan sebelahnya itu.

"Jadi... Gimana?" tanya Ginela membuka percakapan.

Namun perhatian Ghaly tiba-tiba terfokus ke hal lain. Korden di sudut pintu terbuka sedikit, Ghaly menangkap wajah Elea yang berusaha mengintip. Elea pun langsung menutup kembali kordennya dengan cepat saat menyadari kalau matanya bertemu dengan mata Ghaly.

"Ghaly?" panggil Ginela.

"Iya?"

"Jauh-jauh ke sini, cuma mau melamun?"

"Enggak."

"Hmm. Aku minta maaf."

"By the way, bisa lo-gue aja nggak? Soalnya gue jadi merasa agak aneh pas denger lo ngomong pakai aku-kamu."

"Ya kamu ngomong pakai lo gue nggak apa-apa. Aku mau pakai aku-kamu."

"Lo nggak bisa diajak kompromi ya? Emang selalu suka maksa?"

Ginela memutar bola matanya. "Oke... Lo-gue."

"Langsung aja, masalah video. Kenapa lo nyebar video kayak gitu?"

"Gue? Nyebar video? Ya kali. Gue aja juga baru tau sore tadi. Gue nggak tau siapa yang udah nyebarin."

"Terus gimana pertanggung jawaban lo?"

"Gue minta maaf."

"Setelah gue maafin lo?"

"Gue yakin, itu paling juga bakalan rame sehari-dua hari aja. Habis itu pasti juga bakalan tenggelem sama gosip lain. Jadi, nggak usah terlalu dipikirin ya?"

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang