Kalah

143 16 1
                                    


"Ya udah, aku pulang dulu ya."
Gi tersenyum seraya mengangguk-nganggukkan kepala.
"Habis ini... Langsung mandi aja. Terus langsung istirahat."
"Iya... Kamu... Hati-hati di jalan ya. Jangan lupa kabarin aku kalau udah sampai rumah."
"Aku pasti kabarin, tapi kamu langsung tidur aja. Jangan nungguin chat aku. Kamu baca besok pagi aja."
"Enggak mau."
"Rumah aku jauh, nanti kemaleman kamu tidurnya."
"Enggak apa-apa. Aku mau nunggu kamu sampai kamu kasih kabar ke aku. Aku mau tidur setelah memastikan kalau kamu udah sampai di rumah dengan baik-baik aja."
"Ya udah," jawab Ghaly mengalah. Dia tersenyum dan perlahan berjalan mundur, berangsur-angsur menjauh dari Gi.
"Hati-hati ya! Sampai ketemu besok!"
"Iya besok aku jemput ya."
"Heem." Gi manggut-manggut.

Tadi malam, Ginela jadi tidak bisa tidur. Ia terus terbayang-bayang dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Ginela membayangkan semuanya berulang-ulang. Dari pertemuan pertama, sampai akhirnya Gi berhasil meyakinkan  Ghaly dan Ghaly berhasil meyakinkan Gi.

Bahkan sampai pagi ini, seharusnya Ghaly datang setengah jam lagi, tapi Gi sudah duduk di teras rumahnya, menunggu sambil senyum-senyum sendiri mengingat kejadian semalam.

Tidak berbeda dengan Ghaly juga. Setiap dalam perjalanannya, Ghaly jadi teringat dengan Gi. Ghaly juga mengingat hal-hal yang tidak pernah ia duga akan terjadi dalam hidupnya.

Sejak putus dari Iris, lalu mengetahui Iris berpacaran dengan laki-laki lain, Ghaly benar-benar merasa terpukul. Hatinya langsung mati. Banyak perempuan yang mendekatinya, tapi Ghaly tidak pernah tertarik sama sekali.

Pernah Ghaly menyukai Aulia secara singkat, tapi takdir membuatnya berpacaran dengan Kalista tanpa perasaan apa-apa. Akhirnya perasaan Ghaly semakin tidak terawat. Ghaly jadi tidak tau lagi bagaimana caranya menyayangi seorang perempuan dengan tulus.

Kalista menjadi korban dari perasaan Ghaly yang masih labil itu.

Ghaly sempat merasa bersalah dan memutuskan untuk tidak berhubungan dengan perempuan manapun lagi.

Apalagi setelah itu Ghaly mendengar kabar kalau Iris sudah putus dengan Gema. Ghaly menjadi tidak bisa lepas dari Iris lagi. Meskipun mereka jarang berbicara, canggung satu sama lain, tapi teman-teman dekat mereka tau kalau keduanya masih saling menyayangi. Terlihat dari tindakan-tindakan kecil yang terjadi.

Namun, tiba-tiba perempuan bernama Ginela ini muncul. Ghaly berpikir kalau akhirnya tidak akan jadi baik. Sayangnya Ghaly tidak berhasil mengubah keputusan Gi dan malah membuatnya terseret ke dalam keinginan Gi.

Hati Ghaly benar-benar sudah mati, kala itu. Tidak yakin bisa menyayangi orang lain lagi, tapi memang terkadang, perasaan yang sudah mati itu hanya butuh didatangi oleh perasaan lain yang masih polos. Dipaksa untuk jatuh cinta lagi.

Ternyata itu berhasil.

Ghaly tidak tau kenapa hubungannya dengan Kalista gagal meskipun Kalista juga sudah berusaha keras. Sedangkan ketika Gi yang memaksakan kehendaknya, Ghaly mengikuti alurnya dengan begitu saja.

Tidak pernah sebelumnya ada perempuan seperti Gi yang senang membela Ghaly. Bahkan ketika dengan Iris, Ghaly yang lebih banyak melindungi.
Ginela cerewet, sangat pemberani, tidak pantang menyerah, ambisius. Dekat dengan Gi ternyata tidak buruk.

Ada banyak hal-hal baru yang selama ini belum pernah Ghaly dapatkan dari perempuan mana pun.
Biasanya Ghaly yang posesif, tapi Ginela lebih posesif.
Ghaly jadi merasa sangat-sangat disayangi karena ia sangat tau, ketika dia posesif, karena dia menyayangi perempuan itu.

Tidak bisa begini.
Setiap Ghaly merasakan kasih sayang itu, Ghaly jadi ingin memberikan lebih.
Ia tidak mau kalah begitu saja.

Mobil Ghaly sudah terlihat. Ginela pun langsung bangun dan berjalan menghampiri mobil Ghaly yang sudah berhenti.

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang