Jadi Bahan Omongan

110 13 2
                                    

"Lo dihukum sampai jam berapa?"
"Sampai jam istirahat. Lo?"
"Sama," jawab Ghaly cepat.

Dan satu jam berlalu dengan cukup cepat. Ghaly masih tampak kuat, dengan beberapa keringat yang mulai meramaikan wajahnya.

Sementara Gi juga masih berdiri dengan tegap, keringat yang bermunculan pun tidak dapat dihindari. Apalagi Gi menggerai rambutnya.

Hari ini matahari bersinar terik. Menusuk kulit. Beberapa bagian wajah Ginela yang putih pun mulai memerah.

Ghaly!"
Ruri datang menghampiri Ghaly ke tengah lapangan.
"Ngapain masih di sini? Hukuman lo kan cuma sampai jam 9. Disuruh masuk sama Bu Tasya."

Ghaly memandangi Gi, Gi juga memandangi Ghaly.

"Sana masuk!" suruh Gi.
"Lo sampai jam berapa Gi?" tanya Ruri.
"Masih satu jam lagi. Sampai jam istirahat soalnya."
"Aduh, guru lo siapa emang? Masih kuat?"
Ginela manggut-manggut. "Tenang aja! Kayak gini doang mah."

"Ya udah, ayo Ghal! Bu Tasya masih di kelas."
Ghaly mulai melangkah.

"Ginela baik-baik ya? Atau mau gue beliin minum dulu?" tawar Ruri.
"Enggak usah!"

Langkah Ghaly semakin berat. Bibir Gi tampak mulai memucat.

"Ayo Ghal!" Ruri terus menarik-narik lengan seragam Ghaly, tapi dia juga tidak tega membiarkan Ginela sendiri. "Kalau nggak kuat, istirahat aja Gi!"

Ruri tidak bisa berbuat banyak. Dia datang karena diminta Bu Tasya memanggil Ghaly, mereka pun harus kembali ke kelas secepatnya. Ghaly dan Ruri mulai beranjak pergi, tapi belum selesai keluar dari lapangan, tiba-tiba terdengar suara.

Bruk!

"Gi!" teriak Ruri saat dia dan Ghaly sama-sama menoleh ke asal suara.

Ruri dan Ghaly pun berlari Menghampiri Gi yang sudah ambruk. Tergeletak di lapangan. Beberapa murid yang menyadari kalau Gi pingsan, ada yang berlarian ke luar kelas, menggerombol di ambang pintu, atau sekadar melihat dari balik jendela.

Semua mata murid-murid itu tertuju ke lapangan upacara.

"Gi bangun Gi!"
Seorang guru laki-laki berlari menghampiri juga.
"Ada apa ini?"
"Ginela pingsan Pak! Tadi dihukum karena terlambat."
Sementara Ghaly sedang berusaha membawa Gi dalam gendongannya.
"Bisa nggak? Tolong langsung bawa ke UKS ya!"

Ghaly berlari seraya menggendong Gi. Ruri ikut berlari di belakang Ghaly. Mereka menuju ke ruang UKS dengan tergesa-gesa.

"Aduh... Gi!" Ruri tampak lebih panik dibandingkan Ghaly.

Untungnya ruang UKS tidak terlalu jauh dari lapangan upacara.
***

Memasuki jam istirahat, akhirnya Gi pun siuman. Ketika Gi membuka matanya, sudah ada Joy, Abbas, dan Elea yang mengelilingi tempat tidurnya.

"Gi, akhirnya lo sadar juga."

Aroma minyak kayu putih tersebar di mana-mana. Gi merasakan kalau ikat pinggangnya sudah dilepas.

"Gue di mana?"
"Lo di UKS. Kok lo bisa terlambat sih? Jadi dihukum kan lo? Pakai pingsan lagi." Abbas mengomel tanpa henti.
"Kata Ghaly, lo belum makan dari pagi. Gimana sih lo?" Joy menimpali.
"Ghaly di mana?"
"Ada di luar. Tadi dia yang gendong lo ke sini, dia juga yang jagain lo pas masih jam pelajaran sebelum kita datang."
"Dia nggak masuk kelas?"
"Kayaknya sih enggak. Lo makan dulu gih? Bisa bangun nggak?"

Gi mencoba berusaha untuk duduk, dibantu Joy dan Abbas. Elea sedari tadi masih diam saja dan hanya memperhatikan Gi.

"Boleh tolong panggilin Ghaly nggak?"
"Hm... Tapi habis itu lo makan ya?"
Gi manggut-manggut.
"Ya udah deh, ayo keluar-keluar!"

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang