Perlu Ngobrol Berdua

103 9 0
                                    

Ghaly membalas story Ginela.

Ghaly: Kamu ikut Ruri sama Joy ke Bandung ternyata?
Ghaly: Kenapa nggak pamit dulu sih? Nggak ngomong-ngomong juga... Main pergi gitu aja...
Ghaly: Terus HP kamu kenapa nggak bisa dihubungi? Dichat nggak bisa, checklist satu terus dari tadi. Bikin aku khawatir tau nggak...

Awalnya Ginela tidak mau membacanya sama sekali, tapi dia tidak tahan dan membukanya. Alhasil Ginela sempat mendiamkannya saja setelah membaca. Sampai beberapa menit hingga Ghaly kembali mengirimkan pesan melalui instagram.

Ghaly: Kamu masih online, kenapa nggak bales?
Ghaly: Ya udah kalau kamu nggak mau aku ganggu... Have fun! Jaga diri baik-baik. Seenggaknya aku tau kamu di mana dan sama siapa itu udah cukup.

Tetesan air mata terus saja membasahi wajah Ginela. Ada banyak hal yang merasuki kepala. Ginela bingung dan semakin tidak mau memikirkan banyak hal. Kekecewaan Ginela sudah memenuhi seluruh tubuh dari kaki hingga kepalanya. Akhirnya dengan tanpa pikir panjang, Ginela membalas pesan Ghaly dengan tiga kata saja.

Ginela: Aku mau putus.

Setelah itu Ghaly tidak memberikan balasan apa-apa padahal sudah membaca pesannya. Lalu Ruri dan Joy datang. Ruri dan Joy sudah membaca semua pesannya. Ruri dan Joy masih tidak mengerti apa yang terjadi sampai Ginela meminta untuk mengakhiri hubungannya dengan Ghaly.

"Gi lo makan dulu deh."

Suasana di kereta sangat tidak mendukung. Sudah sangat larut malam, jadi tidak enak kalau Joy banyak bertanya-tanya. Joy menyerahkan pop mienya ke Gi dengan sedikit paksaan.

Ginela pun akhirnya mau memakan pop mie itu sedikit demi sedikit. Suasana jadi canggung. Ruri dan Joy juga tidak bisa mengobrol dengan bebas.
***

Sampai kembali di Jakarta pukul 4 pagi. Mereka harus segera pulang karena masih harus ke sekolah pagi ini.

"Gi ini kita pulang ke rumah masing-masing, karena kita juga harus buru-buru pulang buat persiapan ke sekolah. Nanti kita cerita-cerita di sekolah aja ya?"
Ginela yang sudah berhenti menangis dan meninggalkan wajah kusut dengan mata sayu itu manggut-manggut menyetujui usul Joy.

Baik Joy, Ruri, dan Ginela, pulang dengan taksi masing-masing.

Ginela sampai di rumahnya pukul setengah 6 pagi. Matahari sudah mulai muncul. Langit yang gelap perlahan sudah mulai tampak terang.

Rumah yang semalaman dikunci pun sudah bisa Ginela buka tanpa harus mengetuk pintu. Mamanya sudah pasti sudah bangun. Ginela tidak berpapasan dengan siapapun dan langsung masuk ke kamarnya.

Dia masih lemas karena tenaga, hati, dan pikirannya benar-benar terkuras. Seketika dia langsung menjatuhkan badannya di atas kasur saat melihat kotak empuk tersebut.

"Hah...."

Alih-alih bergegas untuk bersiap ke sekolah, Ginela malah memejamkan matanya dan tidur.
***

"Gi...."

Kemarin Ghaly sama sekali tidak memberikan balasan untuk pesan yang Ginela kirimkan terkait permintaan putusnya.

Hari ini Ghaly langsung menemui Gi di rumahnya. Ketika Gi ke luar, Ghaly sudah menunggu di dekat mobil yang terparkir di halaman rumah Gi.

Gi membuang muka, Ghaly berjalan menghampiri.

"Gi... Maksud omongan kamu semalam itu apa sih?"
"Ya aku mau putus."
"..."
Ginela menoleh ke Ghaly, memandanginya dan semakin mempertegas, "Aku mau putus."
"Ya udah."
"Hah?"
"Kalau kamu emang mau putus, ya udah putus aja."
"Kok gitu? Kamu nggak ada nahan-nahannya gitu? Kamu emang nungguin saat-saat ini ya?"
"Apa sih Gi... Aku cuma ngikutin kemauan kamu."
"Tapi ini emang yang kamu mau kan? Supaya kamu bisa sama Iris lagi?"

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang