Pembelaan

98 12 1
                                    

Ruri sudah mau menerkam teman sekelasnya yang melemparkan tuduhan kepadanya itu, tapi Ghaly menarik tangan Ruri sangat kencang hingga ia duduk lagi. Ghaly yang beralih bangkit dan berjalan menghampiri Tania.

"Ikut gue ke luar!" Ghaly menarik tangan Tania, tapi Tania tetap duduk.
"Nggak mau!"
"Ikut gue!"
"Nggak mau! Mau apa sih lo!"
"Ada yang mau gue omongin sama lo."
"Ya udah ngomong di sini aja biar semua juga tau!"

Tania ini!

"Lo sahabat Iris kan?"
"Pertanyaan macam apa itu?"
"Lo sahabat Iris kan?" Ghaly mengulangi pertanyaannya dengan kalimat yang sama persis, hanya saja ia lebih meninggikan suaranya.
"Ya!" jawab Tania ikut galak.

"Terus kenapa lo tega mempermalukan dia kayak gini?"
"Mempermalukan? Mempermalukan dari mana? Yang ada, gue itu malah bantu Iris... Dan lo!" Tania mempertegas penyebutan dua kata terakhir. "Supaya jujur sama perasaan kalian masing-masing. Udah deh! Gue juga berteman baik sama Ginela. Gue nggak mau kalau sampai ada yang tersakiti di antara Iris atau Gi, dan itu gara-gara lo. Sekarang mending lo jujur aja. Lo masih suka kan sama Iris? Kenapa lo macarin Gi? Iris juga masih suka sama lo. Sebelum kesalahpahaman ini berlanjut semakin jauh, mendingan kalian jujur sama perasaan kalian masing-masing."

Ghaly berpindah memandangi Iris.
"Emang iya Ris? Lo masih suka sama gue setelah putus dari Gema?"
Pertanyaan Ghaly benar-benar to the point.

Seketika Iris pun tidak tau harus menjawab apa. Ia diam saja.

"Jawab aja! Bilang nggak, kalau emang lo udah nggak suka sama gue. Biar sahabat lo ini nggak terus-terusan nyebarin hoax."
"Jujur aja Ris!"

Tania berdiri, berhadapan dengan Ghaly. Ia menatap Ghaly tanpa gentar sedikit pun, padahal Tania sedang berbicara dengan Iris.

"Meskipun pertanyaan dia ke lo itu menunjukkan betapa nggak gentlenya dia, tapi gue mau lo jadi cewek yang jujur dan berani. Gue tau ini orang juga masih suka sama lo, tapi dia nggak punya nyali buat ngakuin duluan atau takut dicap buruk sama yang lain karena udah macarin Ginela padahal nggak punya perasaan apa-apa ke Gi, makanya dia nanya dulu perasaan lo ke dia gimana." Tania tertawa menyeringai.

"Apa yang gue lakuin ini juga berguna kan buat lo Ghal?"
"Kalau lo terus-terusan diem, sama aja lo ngebiarin sahabat lo ini buat nyebarin berita buruk tentang lo!"
"Gimana dengan lo?" sahut Tania. "Lo masih suka sama Iris?"
"..."
"Jawab Ghal! Jangan jadi cowok cupu!"
"Nggak!" sahut Iris kemudian. "Cukup, Tan."

Ghaly dan Iris saling memandang.

"See?" Ghaly mengalihkan pandangannya dari Iris. Melihat ke semua orang di kelas yang ada di hadapannya. "Kalian denger sendiri kan? Apa yang Tania omongin ini cuma nambah-nambahin masalah aja. Padahal hubungan gue sama Iris udah lama selesai. Se-le-sai. Lagi pula sejak gue dan Iris putus, Iris udah punya pacar lagi, meskipun sekarang udah putus juga. Kalaupun Iris belum move on, seharusnya dari Gema, bukan dari gue. Jadi gue harap kalian nggak ada yang nyangkut pautin hubungan gue sama Gi dengan Iris lagi."

Ghaly sudah mau kembali ke tempat duduknya, lantas ia melihat Ruri.

"Satu lagi. Ruri bukan penyebab putusnya gue sama Iris! Jangan asal nuduh kalau kalian nggak tau yang sebenarnya! Sekali lagi gue lihat salah satu dari kalian nyenggol temen atau cewek gue, jangan harap gue bakalan diem aja."

Seketika semua murid menjadi diam. Ghaly tidak pernah mau berbicara soal masalahnya sebelumnya. Ghaly bukanlah orang yang mau mengurusi rumor. Ghaly tidak akan mau berinteraksi dengan orang-orang yang membicarakannya karena menurut dia, apa yang terjadi padanya tidak perlu dijelaskan kepada orang-orang yang tidak akan pernah mengerti kondisinya.

Namun hari ini berbeda. Ghaly terlihat sangat marah. Tidak ada yang berani melihat ke arahnya lagi selain Ruri.

Ruri pun menepuk-nepuk bahu Ghaly lirih. Dia sudah melakukan yang terbaik.

Tidak hanya diri Ghaly sendiri yang sedang ia bela, tapi Ghaly sudah menyelamatkan Ruri, Gi, juga Iris dari semua rumor yang tiba-tiba muncul dalam sesaat.
***

Ginela tidak bisa berkata-kata saat melihat ada video baru tersebar di twitter. Tentang pertengkaran yang terjadi di kelas sebelas A3.

Ia masih di UKS. Video itu terupload lima belas menit yang lalu dan sekarang sudah ada puluhan balasan membicarakannya.

Apa yang harus gue lakuin? tanya Gi di dalam hati.

Seraya menggigiti bibir bawahnya, Ginela berpikir keras.

Untungnya komentar-komentar yang ada bukanlah komentar yang memperparah keadaan. Malah rata-rata memuji tindakan Ghaly yang sangat memesona.

Ya, meskipun Ginela juga melihat ada beberapa komentar yang memihak pada Tania. Bahkan ada yang masih membawa-bawa Nathan.

Lantas setelah berpikir panjang, Ginela pun memutuskan untuk ikut memberikan komentar.

'Hubungan gue sama Nathan juga udah selesai. SELESAI. Jangan sangkut pautin hubungan gue sama Ghaly dengan Nathan lagi. Nggak ada yang selingkuh. Nggak ada yang belum move on. Nggak ada pelampiasan. Stop urusin urusan gue sama Ghaly lagi!'

Setelah itu Ginela mengupload foto di akun instagramnya. Foto Gi bersama dengan Mamanya Ghaly.

'Terima kasih sudah melahirkan Ghaly, Tante. Selamat ulang tahun. #latepost'

***

"Ghaly ada latihan futsal. Dia nggak mungkin bisa nganterin lo pulang. Udah, mending pulang bareng gue sama Elea aja."
"Kalau Ghaly latihan, kenapa lo ada di sini?"
"Gue udah ijin."
"Lo aja bisa ijin, kenapa Ghaly nggak?"
"Karena Ghaly pemain inti, sementara gue masih bisa gantian sama cadangan yang lain."

Ginela menghela napas kesal dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.

Setelah banyak hal yang terjadi hari ini, Ginela ingin berbicara dengan Ghaly.

"Gue sama Elea tunggu di luar. Lo siap-siap aja dulu."

Abbas keluar ruangan, Elea ikut juga.

Namun beberapa saat setelah itu, ada yang masuk ke ruang UKS lagi. Sayangnya tidak seperti yang Gi harapkan, yang masuk adalah orang yang tidak terduga.

Bukan Ghaly, malah Liam.

"Liam? Ngapain lo ke sini?"

Belum jadi menjawab dan menjelaskan, pintu UKS terbuka lagi. Kali ini Ghaly.

Ghaly datang menghampiri Gi.

"Ghaly?" Mata Gi berbinar-binar. Perhatian Gi pun teralihkan ke Ghaly, tapi Liam tidak tinggal diam.
"Woy, ini tugas matematika lo yang kemarin. Ada yang disuruh revisi, tapi udah gue revisi terus udah gue kumpulin lagi bareng anak-anak yang lain, soalnya deadlinenya hari ini."

Liam meninggalkan lembar jawaban tugasnya di atas tempat tidur yang tersisa.

"Eh? Seriusan? Lo revisiin tugas gue?"
"Ya! Tanya aja sama Joy kalau nggak percaya! Sahabat lo itu nggak bisa lo andelin!"
"Tumben lo baik sama gue?"
Liam tidak menjawab dan memilih bergegas pergi.
"Jangan-jangan lo masih suka ya sama gue?" teriak Gi, dibalas bantingan pintu.

Gi pun terkekeh. Berhasil menggoda Liam di depan Ghaly.

Baru kemudian Gi menoleh ke Ghaly.
"Liam itu ketua kelas gue."
"Lo mau pulang bareng Abbas atau--"
"Gue pulang bareng lo!" potong Gi.
***

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang