Semua Karena Diri Sendiri

165 12 5
                                    

Ghaly membawa Gi ke tempat yang lebih sepi dan tidak sering dijangkau oleh murid lain.

"Ish!" gerutu Gi seraya menarik tangannya kencang sehingga bisa lepas dari genggaman Ghaly.
"Kamu buang bunga dan coklat yang udah aku kasih ke kamu?"
"..."
"Kamu nggak ngehargain usaha aku ya?"
"Aku alergi coklat! Aku juga nggak pernah suka sama bunga! Kamu masih mikir kalau pacarmu ini Iris ya?!"

Gi hanya asal menjawab, tapi jawaban Gi berhasil membuat Ghaly terdiam. Lantas Gi dan Ghaly hanya saling memandang sejenak sebelum kemudian Gi pergi.

Ghaly mengacak-acak rambutnya kesal.

Seharusnya gue mikir, Iris sama Gi itu jelas-jelas beda, batin Ghaly.
***

"Gi?"
Ginela disambut Ruri dan Kin yang masih berada di depan kelasnya, tapi Gi tidak terlalu memedulikan.
Dari ambang pintu, Ginela berteriak memanggil Joy.
Dengan ragu-ragu Joy menghampirinya.
"Ayo ke kantin!"

"Gi? Ghaly mana? Kalian udah baikan?" sahut Ruri.

Gi masih tidak menanggapi dan langsung pergi begitu saja bersama Joy.

"Gi! Yang kemarin itu salah paham woy!" teriak Ruri.
Kin menyenggol tangan Ruri.
"Kenapa?"
"Kalau lo teriak-teriak kayak gitu, semua orang bisa denger."
Ruri mendengus kesal. Tidak tau harus berbuat apa. Ghaly juga malah menghilang.
***

Gi dan Joy pergi ke kantin. Sesekali Joy masih menengok ke belakang, mencari tau apakah Kin mengikutinya atau tidak, tapi sepertinya tidak.

Lalu ketika beralih melihat Gi, Joy baru menyadari kalau sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Lo lagi berantem sama Ghaly?" tanya Joy.
"Nggak usah bahas soal itu. Pokoknya lo harus bantu gue supaya gue bisa balik ke posisi center. Gue nggak terima kalau usaha gue buat dapetin posisi itu tiba-tiba jadi sia-sia dan posisi itu malah jadi berpindah ke Kalista yang jelas-jelas dulu dia enggak ikut seleksi buat posisi center."
"Ya makanya lo fokus dulu buat latihan. Jangan mikirin Ghaly terus."
"Enggak! Siapa juga yang mikirin Ghaly."
"Nah bagus! Gue tau lo emang orang paling bucin, tapi jangan jadi bego. Oke?"

Ginela mengambil tempat duduk dengan begitu agresif. Semangat yang bercampur amarah itu begitu jelas dan terlihat menggebu-gebu.

"Lo mau makan apa? Gue pesenin."
Ginela memutar kepala, berniat melihat menu pada banner yang ada di atas etalase kantin. Namun mata Gi malah terganggu oleh pemandangan lain.

Dari tempat ia duduk, Ginela melihat Iris sedang memakan sebuah coklat sembari melamun sendirian. Coklat yang tidak asing bagi Ginela karena ia baru mendapatkannya tadi.

"Hah?"
"Apa?"

Ginela bangkit dari tempat duduknya, bergegas pergi menghampiri Iris.

"Gi?" panggil Joy.
Joy bingung, tapi akhirnya dia berpikir kalau Gi akan memesan makanan sendiri, tapi saat Joy baru mau bangkit, Ginela berhenti di sebelah Iris.

Tiba-tiba Ginela mengambil coklat yang Iris pegang, lalu melemparnya ke tempat sampah.
Sontak Iris pun terkejut dan berdiri menghadap Gi.
"Kok kamu buang coklat aku sih?"
"Coklat kamu? Bukannya itu coklat aku ya?"
Kening Iris mengerut bingung. "Hah?"

"Ghaly ngasih coklat itu ke aku dulu. Terus udah aku buang. Kamu masih mau menerima coklat yang udah masuk ke tempat sampah hanya karena dikasih sama Ghaly?"

Mulut Iris menganga lebar, lalu tertawa miris. Kemudian tanpa menanggapi apa-apa, Iris pergi meninggalkan Gi. Terlihat kalau Iris sedang berusaha menghindari perdebatan dengan pacar mantannya itu.

Alih-alih merasa puas, Ginela malah merasa ada yang mengganjal. Ginela langsung berlari meninggalkan kantin, kembali menuju ke kelasnya.

"Gi?" teriak Joy, diabaikan saja oleh Gi.

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang