Yes or No?

193 15 0
                                    



Arion Ghaly membukakan pintu mobil untuk Ginela.

"Terima kasih," balas cewek itu, berusaha terlihat biasa-biasa saja, padahal di dalam hatinya merasa sangat tersanjung.

"Sama-sama," jawab Ghaly seraya melemparkan senyuman ramah dalam beberapa detik sembari membantu menutup pintunya lagi dan hal sederhana itu berhasil membuat pipi Gi memerah.

Sial.

Gi menggerutu di dalam hati, lalu Gi melihat Ghaly lewat di depan mobil, dan lagi-lagi Gi tidak bisa tidak memuji Ghaly. Dari semua aspek yang ada di dalam diri Ghaly, semuanya terlihat ganteng dan cool. Ya. Jalan biasa aja juga ganteng.

Itu Ghaly.

Sekarang, Ghaly dan Gi sudah duduk bersebelahan. Gi pikir, Ghaly akan segera menyalakan mesin mobilnya, menyetir tanpa mengatakan apa-apa, dan Gi akan sampai di rumahnya dengan begitu saja, tapi ternyata tidak.

Tidak.

Kata Ghaly, "Sebelum gue antar lo pulang, ada yang mau gue obrolin bentar."

"Soal kemarin?"

Ghaly mengangguk-nganggukkan kepala.

"Udah gue bilang, lo itu cuma salah paham. Jangan dengerin omongan Abbas."

"Salah paham gimana?"

"Abbas itu cuma iseng. Karena katanya lo lagi jomblo, terus gue juga habis putus sama pacar gue, ya... udah. Dia ngide aja sok bilang ke lo kalau gue mau kenalan dan minta nomor telepon lo. Padahal enggak gitu. Gue sama sekali nggak berminat."

"Oh ya?"

"Heem." Gi mengangguk-nganggukkan kepala.

"Lo itu mantan pacar Nathan?"

"Kok lo tau?"

"Masih gamon?"

"Apaan sih?"

"Kemarin gue lihat lo, masih nonton Nathan main futsal?"

"Lo lihat gue?"

"Tapi beberapa kali gue merasa kalau lo lihatin gue terus sih."

"..."

Sial.

"Dan... sebenarnya tadi Abbas datangin gue. Ngomong sesuatu. Nyuruh gue buat nyamperin lo juga."

"Hah? Dia udah ngomong apa aja ke lo?"

***

Well.

Tadi Abbas memang datang ke Ghaly dan udah ngomong sesuatu yang seharusnya tidak Ghaly beritahukan kepada Ginela. Tapi... inilah yang terjadi sekarang.

"Lo mau ngomong apa Bas?" tanya Ghaly.

"Jadi, soal temen gue yang kemarin itu...."

"Iya kenapa?"

"Sekarang dia lagi marah sama gue. Soalnya, gue asal ngomong aja ke lo, kalau dia pengen kenalan sama lo. Nah, mungkin itu, dia kayak malu gitu karena gue ngomong ke lo dia pengen kenalan. Lo... bisa bantu gue nggak?"

"Gue bisa bantu apa?"

"Lo samperin dia buat kenalan duluan gitu. Supaya dia juga nggak ngerasa malu. Soalnya kan dia cewek, jadi... pasti dia malu lah kalau ketahuan suka duluan sama lo dan pengen kenalan gitu."

"Dia suka sama gue?"

"Eh... Em..." Abbas keceplosan.

Abbas pun langsung menggaruk-garuk kepalanya yang padahal tidak gatal sama sekali.

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang