Hilang Fokus

122 12 6
                                    

"Ghaly ke mana sih?" gumam Gi.
Joy mendengarnya dan merasa heran. "Lo kenapa sih Gi? Latihan kayak nggak fokus gitu."

Joy sudah lama mengenal Gi. Sebucin apapun dia, Ginela selalu bisa mengatur waktu dan pikirannya, tidak seperti sekarang ini. Bahkan sekarang Ginela tidak mendengarkan Joy sama sekali. Ia fokus mengatur kalimat untuk mengirim pesan kepada Ghaly sehingga mengabaikan pertanyaan dari Joy. Joy jadi kesal dibuatnya. Sontak Joy reflek merampas HP Gi begitu saja.

"Joy?" seru Gi, sangat kencang hingga bisa didengar oleh semua orang yang ada di ruangan.
Mereka pun menoleh, termasuk Kalista dan Tania.
"Lo pasti nggak fokus gara-gara Ghaly kan?"
"Sini HP gue."
"Nggak. Gue bakalan kasih HP lo setelah selesai latihan. Fokus dulu Gi. Fokus."
"Please Joy, balikin HP gue. Gue mau chat Ghaly dulu sebelum mulai latihan lagi."

Joy sama sekali tidak peduli. Ia tetap menyimpannya dan beranjak pergi menghampiri gerombolan Tania dan Kalista.

Belum sempat Ginela sampai menghampiri mereka, mereka sudah lebih dulu berdiri.
"Oke. Kita mulai latihan lagi ya."
"Joy mana HP gue?"
"Apa sih Gi, orang udah mulai latihan lagi. Fokus dulu lah."
"Ayo guys! Atur posisi."

Ginela tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Mau tidak mau, ia harus lanjut latihan dulu.

"Gi, jangan sampai salah lagi. Dari tadi ngulang itu cuma gara-gara lo."

Ginela tidak menjawab, memilih langsung mengambil posisi dengan wajah cemberutnya. Baru kali ini Ginela merasa kesal gara-gara Joy.

Selama latihan lanjutan, pikiran Ginela malah semakin tidak karuan. Setelah istirahat, bukannya menjadi fokus, Gibela malah jadi gelisah sendiri dan lupa dengan semua gerakannya.

Mendadak blank.

"Ck." Sejujurnya Gi juga kesal dengan diri dia sendiri.

"Hah.... Sorry, sorry. Kayaknya gue nggak bisa lanjut latihan lagi untuk hari ini. Gue ijin balik duluan ya? Gue lanjut latihan besok lagi. Gue bener-bener lagi nggak fokus. Daripada gue di sini dan malah bikin kalian capek, mending gue ikut latihan besok lagi aja."
"Gi?" Joy menatap Gi dengan kesal.
"Oke," jawab Tania dengan santai, berbeda jauh dengan respon dari Joy.

Joy pun tidak menyangka kalau Tania akan mengijinkan Ginela pulang begitu saja.

"Makasih ya Tan."
"Heem... Lo boleh pulang setelah latihan 1 kali lagi. Gimana?"
"Oke deh. Nggak apa-apa. Gue ikut latihan sekali lagi."
"Tapi, sebelum kita latihan 1 kali lagi, gue mau nyampein pengumuman dulu."

Semua anggota dance inti, ada Kalista, Tania, Joy, Ginela, Lily, Cindy, dan Aurel. Semua sudah berkumpul di tengah dan siap mendengarkan pengumuman dari Tania.

"Tadi gue udah sempet ngobrol sama Kalista dan anak-anak yang lain. Kita udah memutuskan, karena lo masih nggak fokus juga, sebaiknya lo memberikan posisi center lo ke Kalista aja, nanti posisi Kalista bakalan di isi Cindy, dan lo gantiin posisi Cindy. Kita perlu latihan sekali lagi sebelum lo pergi supaya lo tau gambarannya."

"Mana bisa kayak gitu?" sahut Joy. "Lo nggak inget, kenapa dulu kita milih Gi jadi posisi center?"
"Gue rasa, Kalista juga bakalan bisa jadi center kok. Cara dia ngedance nggak kalah keren dari Gi."
"Tapi gue nggak mau," ucap Gi. "Gue bakalan tetep jadi centernya. Masa cuma gara-gara gue nggak fokus hari ini doang terus lo main ganti-ganti gitu aja. Gue masih bisa bertanggungjawab sama posisi gue."

"Hello? Gi? Masalahnya lo juga udah beberapa kali bolos latihan. Mana demi hal yang nggak penting lagi. Terus sekalinya lo latihan, lo malah mengacaukan semuanya."
"Oke. Kita latihan sekali lagi dan gue bakalan buktiin kalau gue masih mampu."

"Siapa yang setuju kalau posisi Ginela digantiin sama Kalista?"
Mengabaikan omongan Gi, Tania langsung mencari suara begitu saja. Tania juga mengangkat tangannya yang menandakan kalau dia setuju. Lalu Kalista ikut mengangkat tangan. Dan pada akhirnya semua setuju kecuali Gi dan Joy.

Sialan.

"Sumpah sih ini nggak adil!" Joy yang paling tidak terima.
"Sorry ya Gi. Lima lawan dua. Menang lima. Jadi keputusan akhirnya, lo akan menggantikan posisi Cindy dan Cindy akan menggantikan posisi Kalista. Sementara Kalista yang bakalan jadi centernya. Paling enggak Kalista juga masih bisa mengimbangi tempo gue sama Joy yang ada di sebelahnya, dibandingkan lo tadi yang salah dan ketinggalan mulu."

"Tadi gue cuma nggak fokus! Tapi kemarin-kemarin--"
"Udah Gi. Keputusannya udah bulat. Nggak bisa diganggu gugat lagi. Mending langsung latihan aja yuk."

"Oke, ambil posisi guys!" seru Kalista.

Ginela tidak peduli dengan apa yang Kalista katakan, dia memilih pergi begitu saja meninggalkan ruang latihan.

"Woy! Ginela! Latihannya belum selesai!" teriak Kalista.
Ginela sama sekali tidak menghiraukannya. Ia tidak setuju dan tidak mau mengikutinya.
***

Ginela menggendong tasnya dengan sebelah tangan, seraya meremas seragam sekolahnya yang tidak ia pakai itu. Ketika Gi mau menghubungi Ghaly, ia baru ingat kalau HP-nya masih dibawa oleh Joy. HP-nya tidak ada. Sementara Gi sudah terlanjur ke luar gerbang. Akhirnya Gi memilih untuk mengabaikan soal HP. Lagi pula Gi juga malas balik ke ruang latihan.

Gi melanjutkan melangkah semakin menjauh dari gedung sekolah. Terus saja ia mempercepat langkahnya. Tujuan dia adalah cafe tempat Ghaly belajar kelompok.

Sebenarnya apa sih yang Ghaly lakukan? Kenapa pesan dari Gi tidak dibalas?

Semua hal yang membuat Gi marah sudah menumpuk menjadi satu. Jangan sampai semuanya meledak ketika melihat Ghaly. Ginela masih terus berusaha berpikir positif meskipun hatinya sudah tidak karuan.

Dan...

Shit!

Dari ambang pintu cafe itu, Ginela berdiri seraya menatap lurus ke arah sebuah meja. Ada dua orang saja di sana. Duduk bersebelahan menghadap ke laptop yang ada di depannya dan salah satu orangnya adalah Ghaly.

Ghaly masih belum menyadari kedatangan Gi.

Tiba-tiba amarah yang menggebu-gebu itu mendadak hilang. Berganti kekecewaan. Lebih dari sekadar marah, bahkan Gi tidak sanggup untuk berkata-kata lagi.

Namun Gi tidak pergi begitu saja. Ia tetap berjalan menghampiri Ghaly dan Iris meskipun langkahnya sudah terasa berat. Apalagi tenaga Gi sudah terkuras sebelumnya.

Baru kemarin dia dibuat bahagia, tapi apa yang Gi dapatkan hari ini. Benar-benar tidak masuk akal.

"Ehm!" Ginela berdeham.
Ghaly mendongak, sedetik kemudian berdiri saat menyadari kalau Gi sudah datang.
"Gi... Kamu udah selesai latihan dancenya?"
"Berdua aja belajar kelompoknya?"
"Itu Ruri--"

Ginela malas mendengarkan penjelasan dari Ghaly. Toh dia sudah melihat secara langsung. Seharusnya Gi tidak perlu menanyakannya. Kemudian Gi memilih pergi ketika Ghaly belum sempat menyelesaikan omongannya.

"Gi?"
Ghaly mau mengejar Ginela, tapi Iris memegangi tangan Ghaly. "Setelah Tania dan Ruri, kamu mau lari dari tanggung jawab juga?"
"Argh...."
Ghaly tidak jadi menyusul Gi.

***

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang