Cari Informasi

113 18 3
                                    

"Eh! Ada Ginela di sini."

Di antara semua murid di kelas Ghaly yang Ginela kenal, Ruri keluar lebih dulu. Tentu saja Ruri tidak akan mungkin mengabaikan Ginela begitu saja.

"Sendirian aja nih? Mana temennya?"
Ruri mengharapkan orang lain datang bersama Ginela tapi kenyataannya Ginela memang hanya sendiri.
"Gue nungguin Ghaly. Mana dia?"

Ruri dan Ginela sama-sama menoleh, tepat saat Ghaly melangkah ke luar kelas. Ghaly memandangi Ginela bingung.
"Ngapain lo di sini?"
"Nungguin lo. Katanya mau pulang bareng."

"Katanya pacaran, kok kalian pakai lo gue?" tanya Ruri.
"Pacarannya boongan kali," timpal Tania yang belum lama keluar.

Padahal sudah lewat, tapi Tania masih saja menoleh ke belakang hanya untuk mengatakan itu. Namun kemudian Tania buru-buru pergi saat Iris muncul di ambang pintu. Tania sudah berjanji pada Iris kalau dia tidak akan ikut campur soal Ghaly lagi. Apalagi menyeret-nyeret Iris.

Ginela melihat Iris juga, lantas lekas menggandeng tangan Ghaly.
"Emang kenapa sih Ri? Kalau pacaran harus banget pakai aku-kamu. Gue kan ngikutin Ghaly aja. Yang penting kan nyaman," ucap Ginela.
Ruri tertawa kecil. "Ya enggak apa-apa sih Gi."
"Gue ada kumpul sama anak-anak futsal dulu bentar."
"Latihan?"
"Paling main sekali."
"Ya udah gue tunggu. Eh!" Ginela menarik Ghaly, lalu berkata, "Awas mantan lo mau lewat."

Iris berlalu di sebelah Ghaly, dan Ginela masih belum selesai. Ia menutupi kedua mata Ghaly dengan tangannya.
"Jangan sampai lo lihat."
Ruri tertawa lagi.
"Gi!" Ghaly menurunkan tangan Ginela secara paksa. "Ck."
"Jangan lihat!"
"Iya enggak!"
"Lagian mereka kan sekelas Gi, kalau lo nggak ada juga masih bisa lihat-lihatan."
Ginela melirik Ghaly tajam.
"Ruri, kalau sampai mereka lihat-lihatan, lo harus lapor ya sama gue!"
"Kalau nggak sengaja lihat?"
"Kalau lo mau gue kasih tau sesuatu tentang Joy, lo harus laporin apapun yang lo ketahui ke gue! Deal?"
Ruri langsung menyengir dan menjabat tangan Ginela. "Deal!" jawabnya penuh semangat.

Ghaly pun lekas mengambil tangan Ginela dan membawanya pergi.

"Ruri! Ayo ikut kita!" teriak Ginela dengan kepala yang menoleh ke belakang sementara ia terus berjalan digandeng Ghaly. "Gue suruh Joy datang!"
"Serius? Okey!" Ruri pun berlari menyusul.
***

Ghaly sudah berkumpul dengan teman-teman futsalnya yang lain, sementara Ginela mengambil tempat duduk di deretan bangku penonton bersama dengan Ruri.

"Mana Joy?"
"Dia udah pulang, tapi katanya otw balik ke sini lagi. Masih di jalan."
"Kok lo tau sih Gi?"
"Ya karena gue itu orangnya peka."
"Bantuin gue dong Gi."
"Setiap lo kasih informasi tentang Ghaly, gue kasih informasi tentang Joy. Gimana?"
"Oke! Gue tau banyak tentang Ghaly. Lo mau tau tentang apa? Sebut aja! Gue bakalan jawab semuanya!"
"Kenapa Ghaly sama Iris bisa putus?"

Sebelumnya Ruri sangat bersemangat. Begitu percaya diri. Siap menjawab segala pertanyaan, tapi pertanyaan Ginela itu seperti soal pertanyaan saat ulangan matematika. Yang dipelajari apa, tapi yang keluar lebih rumit dari contohnya.

"Yah Gi..."
"Kenapa? Gue tau sih ini pertanyaan susah. Kalau lo bisa jawab, gue langsung kasih 5 informasi tentang Joy. Buru."
"Masalahnya gue nggak tahu Gi kalau soal itu. Mana gue ngurusin Ghaly sampai sebegitunya."
"Hm...."

"Tapi gue bakalan kasih tau lo sesuatu yang buat lo berbunga-bunga."
"Apa?"
"Lo cewek kedua yang diajak Ghaly buat nonton dia." Ruri menaik-naikkan kedua alisnya dengan penuh percaya diri sebelum kemudian melihat Ginela memasang tampang datar.
"Lo harusnya seneng dong. Berarti lo setara sama Iris. Kalista aja nggak pernah."
"Gue juga udah tau kalau itu!"

"Tau dari mana?"
"Informan gue kan banyak. Lo mah kalau cuma bisa ngasih informasi standar, gue udah nggak perlu Ri."
"Yah... Apa dong. Lo tanya deh yang lain. Yang gue bisa jawab tapi."

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang