Diluar Dugaan

135 14 1
                                    

Dari street basketball, monster drop, maximum tum, time crisis, hockey meja, sampai yang terakhir adalah pump it up. Ghaly dan Gi mencoba satu per satu. Kecanggungan atau amarah pun perlahan mulai hilang sedikit demi sedikit. Wajah kusut sudah berubah menjadi banyak tawa.

Ginela tertawa terbahak-bahak saat melihat Ghaly sudah kehabisan tenaganya padahal baru memainkan satu lagu di pump it up.

"Ah, payah...," celetuk Gi. "Padahal kan biasanya kamu juga main futsal berjam-jam."
Ghaly berkeringat sampai bercucuran dan wajah putihnya semakin bertambah putih lagi. Namun entah mengapa, Ginela malah melihatnya jadi terpesona.

Kenapa?

"Udah ah!" rengek Ghaly.
"Sekali lagi?"
Ghaly geleng-geleng.
Gi terkekeh. Kasihan juga lihatnya. "Main capitan boneka deh, 1 kali aja? Kamu harus dapetin bonekanya buat aku, baru kita makan."
Ghaly tidak langsung menjawab. Ia tampak diam sejenak dan Gi pun menunggu.
Ghaly sudah sangat lemas. Lalu ketika semakin diperhatikan, Gi semakin cemas sendiri karena wajah Ghaly yang putihnya awalnya tampak segar, perlahan jadi memucat.
"Oke. Nevermind! Ayo kita makan!" ucap Gi.

Ginela meraih tangan Ghaly, tapi alih-alih lekas berdiri, Ghaly masih diam saja.
"Are you okay?"
Wajah Gi sudah ketar-ketir.
Untungnya Ghaly segera mengangguk-nganggukkan kepalanya dan berdiri.
***

Setelah makan, Gi dan Ghaly langsung pulang. Suasana hati Gi pun sudah membaik. Hubungan di antara keduanya juga sudah baikan. Saking lelahnya, Ginela ketiduran di sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya.

Ketika Gi membuka matanya, Ginela masih belum sadar secara sempurna, tapi ia bisa melihat ada sinar cahaya dari luar yang sudah mulai menerobos masuk ke kamar. Gi memandangi langit-langit kamarnya ling-lung.

Detik ketika Ginela menyadari kalau seharusnya dia masih bersama Ghaly tapi sekarang sudah bangun dan berada di dalam kamarnya membuat Ginela langsung bangkit dari kasur dan melompat turun. Ginela memandangi diri di depan cermin. Melihat dirinya sudah berganti baju tidur. Sontak Ginela menyilangkan tangan di depan dadanya.

Apa yang sudah terjadi?

Perlahan Ginela melangkah ke luar. Dia melongokkan kepalanya terlebih dahulu, melihat situasi di luar kamarnya yang tidak terlihat siapa-siapa. Sepi. Sunyi.

"Woy!" seru Elea yang baru keluar dari kamarnya membuat Ginela terperanjat.
"Ish! Ngagetin gue aja lo!"
Ginela pun ke luar kamar. Elea tampaknya sudah mandi, tapi dia tidak mengenakan seragam sekolahnya.
"Lo ngapain ngendap-endap gitu?"
"Lo mau ke mana? Rapi amat pagi-pagi gini? Nggak ke sekolah?"
"Hari ini hari libur woy! Terus pagi dari mana sih... Ini udah jam 1 siang!"
"Oh ya?"
"Kemarin lo habis ngapain aja emang sih? Kenapa lo tiba-tiba jadi lupa ingatan?"

"Eh iya!" Elea sudah mau pergi, tapi Ginela memegangi tangannya cepat. "Tunggu."
"Ada apa? Abbas udah nungguin gue di bawah. "
"Mau ke mana?"
"Mau jalan-jalan."
"Kemarin... Yang nganterin gue pulang siapa?"
"Cowok lo. Si... Siapa namanya... Ghaly?"
"Gue ketiduran... Yang bawa ke kamar siapa?"
"Dia juga. Ya gimana... Lo nggak bangun-bangun anjir... Gue sama Mama mana kuat gendong lo?! Lagian lo habis minum obat tidur emangnya? Kenapa nggak bangun? Mana ngorok lagi!"
"HAH?"
"Nggak-nggak... Bercanda."
Gi langsung menghela napas. Lega.
"Berarti Ghaly masuk ke kamar gue?"
"Iya..."

Mendengar jawaban itu, Ginela kembali ke kamar. Dari ujung pintu dia memperhatikan kondisi sekeliling kamarnya. Untung saja tidak berantakan dan masih rapi. Tidak membuatnya malu di depan Ghaly.
"Terus Le si--"
Ginela menoleh ke belakang berniat bertanya ke Elea lagi, tapi Elea sudah tidak ada. Lantas Ginela ikut turun dan Ginela bergabung dengan Mama, Elea, serta Abbas yang berdiri di ruang tamu.

Mamanya baru saja menerima paket-paket yang cukup banyak dan beberapa ada box berukuran besar.

"Mama habis beli apa?" tanya Gi.
"Mama? Ini punya kamu semua."
"Punya Gi?"
"Ma... Elea sama Abbas pergi dulu ya."
"Ya sayang."
Ginela masih bingung. Elea dan Abbas sudah pergi, dan Mamanya pun mulai beranjak masuk lagi.
"Itu segera diberesin ya Gi kalau udah selesai. Nggak enak kalau nanti ada tamu tapi masih ada banyak barang-barang kayak gitu."

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang