Hanya Akan Melihat Masa Depan

103 7 0
                                    

"Gi!"

Elea langsung berdiri ketika melihat Ginela berjalan ke arah mejanya. Elea masih mengkhawatirkan Ginela, tapi masa-masa buruk itu sudah berlalu. Ginela mengabaikan Elea, tujuannya hanya Ghaly seorang.

"Ghaly." Ginela mengambil tempat duduk di sebelah Ghaly. "Aku dengar, kamu udah masuk tim inti lagi?"
Ghaly manggut-manggut.
Seketika Ginela tersenyum dengan lebar dan spontan memeluk Ghaly di depan Abbas serta Elea. Ginela juga menyandarkan kepalanya di bahu Ghaly.
"Aku seneng banget deh."

"Gi! Lagi di sekolah!" sahut Elea, menyadarkan Ginela. Lantas Ginela pun melepaskan pelukannya dan sedikit memberikan jarak antara badannya dengan Ghaly.

Ekspresi Ginela kesal ketika menatap Elea, tapi berubah jadi senyuman ramah lagi ketika menoleh ke Ghaly.
"Mulai hari ini kamu bakalan latihan lagi dong?"
"Iya."
"Aku temenin ya?"
"Dengan senang hati."

"Kita pergi aja yuk Le," ajak Abbas.
"Heem. Kayaknya Ginela juga udah nggak butuh kita."

Abbas dan Elea pun benar-benar pergi. Ginela dan Ghaly saling memandang, lalu tertawa bersama, seolah dunia milik berdua.
***

Sebelum jam sekolah berakhir, Ginela dan Ghaly harus berpisah, pergi ke kelas masing-masing untuk mengambil barang-barang.

Tanpa disangka, di kelas Ghaly hanya ada Iris saja. Ghaly sempat berhenti selama beberapa detik dan hampir membalikkan badannya untuk pergi, tapi pada akhirnya dia tetap masuk ke dalam kelas.

"Sendirian aja Ris? Belum pulang?"
Iris tidak mengira kalau Ghaly akan mengajaknya berbicara. Iris mendongak dan tersenyum. "Bentar lagi."
"Tania ke mana?"
"Nggak tau sih... Masih nonton pertandingan basket kayaknya. Tasnya juga masih di sini."
"Oh...."

Ghaly pergi ke bangkunya untuk mengambil tas. Dari tempat duduknya, dia sempat memperhatikan Iris dari belakang. Ada beberapa hal yang ia pikirkan, tapi kemudian perlahan-lahan Ghaly berjalan, lewat di sebelah Iris, hendak pulang.
"Duluan ya Ris," ungkap Ghaly, membiasakan diri untuk bersikap baik-baik saja ke Iris layaknya dengan teman kelas yang lain.

Iris pun sepertinya mengusahakan hal yang sama. Iris mencoba bersikap biasa saja. Mengangguk dan tersenyum.

Namun, setelah dia pikir-pikir, sebelum Ghaly benar-benar pergi, Iris berdiri, lalu memanggil Ghaly. Hampir saja Ghaly menginjakkan kakinya ke luar kelas, tapi kemudian Ghaly membalikkan badan.

"Iya?"
"Bisa ngomong sebentar nggak?"
Ghaly berpikir mungkin Ginela akan menunggu karena mereka sudah janjian untuk segera ke parkiran setelah mengambil barang di kelas.
"Maaf... Nggak bisa deh kayaknya kalau sekarang."
"Oh... Ya udah."

Iris duduk kembali, Ghaly melanjutkan berjalan ke luar, meninggalkan kelas.

Sembari berjalan, Ghaly mengeluarkan HP-nya, berniat menghubungi Ginela. Namun ternyata Ginela juga memiliki pemikiran yang sama dan menelepon Ghaly duluan. Ghaly jadi berhenti untuk mengangkat telepon Gi.

"Hallo."
"Ghaly... Aku masih ada urusan yang harus aku selesain. Bisa nggak kamu tunggu aku sebentar?"
"Oh... Oke...."
"Nanti aku ceritain pas di mobil ya. Maaf...."
"Iya... Nggak apa-apa."

Teleponnya terhenti. Ghaly jadi kepikiran untuk kembali ke kelas, menemui Iris. Ghaly sudah berbalik, dan hanya perlu berjalan lurus, lalu belok ke kelasnya lagi, tapi ada banyak hal yang ia pikirkan.

Di satu sisi, Ghaly tidak mau membuat Ginela cemburu dan merasa tidak aman. Di sisi lainnya, memang ada yang ingin Ghaly bicarakan dan selesaikan juga dengan Iris.

Akhirnya Ghaly jadi diam saja selama beberapa saat hingga Iris sudah keluar dari kelas. Ghaly dan Iris pun berpandang-pandangan. Iris pikir Ghaly sudah pergi dari tadi.

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang