15

90 24 0
                                    

Happy Reading
Tandai Typo🌻
-


-
-



Tepat satu bulan setelah meninggalnya Suyadi tetapi orangtuanya pun tak kunjung pulang dan menemui dirinya. Dan selama satu bulan terakhir ini dirinya sudah mencari pekerjaan kesana kemari untuk nyambung kebutuhan hidupnya.

Tetapi usahanya belum ada hasilnya, sampai sekarang dirinya belum mendapatkan pekerjaan. "Aku harus gimana, uang tabungan aku juga udah mau hapus." monolog Gisga pada dirinya sendiri.

Gisga terus berjalan dan mencari pekerjaan kesana kemari sampai akhirnya dirinya melihat anak kecil yang sedang menangis dipinggir jalan.

"Dek," panggil Gisga sangtlah lembut.

Anak itupun mengangkat kepalanya dan mendapati Gisga sudah berada di depannya, "Kenapa." lanjutnya.

"Aku, aku laper kak. Dari kemaren belum makan." jawab anak tadi, Gisga merasa iba atas kehidupan anak ini.

Gisga tersenyum dan mengacak rambut anak itu dengan gemas, "Ayo ikut kakak,"

'Mau kamana kak?"

"Kamu mau makan kan? Ayo kita beli makan dulu."

Anak tersebut pun menatap Gisga dengan mata berbinar, "Kakak seriusan?"

Gisga pun mengangguk, "Ayo." ajak Gisga dan langsung mengandeng tangan munggil milik anak tersebut.

Sesampainya Gisga dan anak tersebut di rumah makan traditional, Gisga langsung memesan. "Buk, pesen nasgornya dua di bungkus ya bu, sama di kasih ayam juga ya buk."

"Oke, mbak."

Setelah menunggu kurang lebih dua puluh menit, pesanan Gisga pun sudah jadi.

"Jadi berapa buk?"

"Dua puluh lima mbk"

Gisga mengangguk lalu menyodorkan uang lima puluh ribu kepada sang penjual nasi goreng.

"Ini," anak tadi pun mendongakan kepalanya dan tersenyum manis.

"Makasih ya kak." ucapnya sambil memeluk kaki Gisga.

Gisga pun menyesuaikan tinggi anak tersebut, "sama-sama." jawabnya sambil mengacak rambut anak tersebut dengan gemas.

"Kakak mau ikut aku ketemu sama temen-temen aku engk kak?"

"Eumm, boleh. Ayok."

Setelah sampai Gisga sangat terkejut dengan kondisi anak-anak yang ada di sini,

Ya, Gisga sekarang berada di bawah jembatan. Gisga sangat terkejut lantaran anak-anak di sini jauh dari kata sehat, bagaimana tidak anak-anak yang seumuran mereka seharusnya makan makanan yang bergizi bukan makan hasil dari tong sampah.

"Kak," panggil anak itu dengan sedikit menggoyangkan tangan Gisga.

"Ayo." lanjutnya dan menarik tangan Gisga.

GISGA | TAMAT√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang