33 END

165 11 5
                                    

Happy reading
Tandai typo 🌻

***

"Gisga!"

Sudah satu minggu setelah kecelakaan tapi Gisga masih belum ditemukan. Tim pencarian pun masih berlanjut, dikarenakan pesawat terjatuh dilaut, itu membuat pencarian sulit diakses.

"Gisga!" ucapnya dengan tatapan kosong.

"Gisga, aku egois ya?" lanjutnya yang masih menatap depan dengan tatapan kosong.

Satu minggu setelah kecelakaan pesawat, Adam seperti manusia tanpa nyawa. Adam benar-benar seperti orang yang kehilangan cahaya kehidupanya.

Hidupnya sekarang dipenuhi dengan rasa sesal yang begitu dalam, Adam juga selalu bertanya-tanya pada dirinya, Apakah dirinya sudah cukup baik untuk Gisga? Apakah Gisga sudah bahagia bila bersamanya. Tapi sepeetinya Adam belum pernah membuat Gisga bahagia, Jangankan membuat Gisga bahagia, Adam juga belum pernah mengajak Gisga ketempat favoritenya.

"Gisga, maafin aku ... Aku mohon Gis, jangan hukum aku kaya gini."

"Mau sampe kapan lo bakalan kaya gini terus? Kalo Dia tau lo kaya gini gimana?" suara Bagas terdengar begitu dingin.

Yang dimaksud Bagas 'Dia' adalah Gisga.

"Dia nggak bakalan suka sama lo, kalo lo kaya gini terus. Lo harus serahin ini sama yang diatas, kalaupun hal buruk yang bakalan terjadi iklasin, iklasin dia pergi dengan tenang."

"Tapi Gas, gue bahkan belum bisa buat Gisga bahagia."

Bagas menghela nafasnya, "Ada satu hal yang belum lo tau tentang Dia."

"Apa?"

"Ikut gue!"

Akhirnya Adam mengikuti Bagas dari belakang, seperti anak ayam yang mengekori induknya.

Setelah berjalan kurang lebih satu jam akhirnya keduanya sampai di tempat dimana Gisga menghabiskan tawanya bersama anak-anak jalanan.

Adam nampak bingung, kenapa Bagas membawanya ketempat seperti ini. Bagas berjalan lebih dulu, dulu "Sebelum om Tata ngajakin Gisga buat tinggal bareng dia, dia menghabiskan waktunya disini."

"Dia ngajarin anak-anak disini belajar membaca menulis dan ngajarin ilmu agama juga, Waktu itu Gisga belum separah Om ngajakin dia."

"Seharusnya lo bangga punya pacar kaya Dia, Dia sama sekali nggak pernah nuntuk lo buat seperti cowo yang lain, Dia cuman mau lo jadi diri lo sendiri."

Lagi-lagi Adam dikejutkan dengan kebenaran tentang Gisga.

"Ayo masuk! Gue kenalin lo sama anak-anak disini."

Bagas masuk terlebih dahulu dan disusul dengan Adam dibelakangnya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalam, .... Kak Bagas." anak-anak yang menyadari kehadiran Bagas langsung berhampuran menghampiri Bagas.

"Kak!" Bagas menoleh kepada anak yang memanggilnya, "Iya?" jawabnya.

"Itu siapa?" tunjuk Nur pada Adam, yang sedang berdiri kaku. Bagas melihat arah tunjuk Nur dan tersenyum pada Nur.

"Dia pacarnya kak Gisga, namanya kak Adam."

"Halo kak Adam, aku Nurazizah, panggil aja Nur!"

Adam yang masih berdiri kaku, akhirnya berjongkok menyamakan tingginya dengan tinggi badan Nur.

Setelah seharian bersama anak-anak, Adam dan Bagas berpamitan untuk pulang.

Di perjalanan pulang Adam dan Bagas  berpisah, di pertengahan jalan setelah berpisah dengan Bagas, Adam bertemu dengan irfan—Bapak Gisga.

"Dimana Gisga?" tanyanya tepat didepan hadapan Adam, Adam terkekeh, "Ngapain om nyariin Gisga?"

"Gisga itu anak saya!"

"Anak? Emang selama ini Om memperlakukan Gisga sebagai Anak om?"

"Jawab pertanyaan saya!"

"Om mau jawabanya kan? Baik, Gisga udah pergi jauh dimana kita nggak bakalan bisa nyusul dia." jawabnya dengan kekehan sumbang.

"Maksuduh kamu apa? Bicara yang jelas!"

"Gisga ada di pesawat Airasia yang menuju kesingapore, dan pesawat itu mengalami kecelakaan karna badai datang secara tiba-tiba." jelas Adam dengan suara yang bergetar.

"Om nggak tau kan, kalo Gisga itu sakit parah? Dan om dengan tega ngusir Gisga disaat Gisga sakit parah?!"

"Kamu ini jangan ngomong omong kosong, nggak mungkin, Gisga itu sehat. Kamu jangan asal bicara ya ... Dan nggak mungkin juga Gisga ada di pesawat itu." ucapnya yang masih tak mempercayai faktanya.

"Om kalo nggak percaya, om bisa tanya kerumah sakit pelita, disana dan dirumah sakit itu yang menjadi saksi bahwa Gisga kesakitan. Tanpa orang lain tau."

"Baik, akan saya buktikan jika yang kamu ucapkan itu hanya omong kosong."

Setelahnya Irfan benar-benar pergi kerumah sakit untuk memastikan ucapan Adam.

***

Didalam ruangan dokter Nathan Ifran tak henti-hentinya menitihkan airmatanya. Ifran yang baru mengetahui faktanya terkejut bukan main, dia kira anaknya sehat-sehat saja, tapi itu hanya pemikirannya dan hasilnya anak yang dia punya sekarang telah pergi meninggalkan dirinya sendirian.

Diaaat Irfan ingin mencoba menerima Gisga, Gisga sudah pergi meninggalkannya sendiri.

Apakah ini hukuman untuknya? Karna telah membuang Gisga seperti sampah yang tak memiliki nilai dimatanya?

Jika dia bisa mengembalikan dimana Irfan terus menyiksa Gisga, Ifran ingin sekali kembali kemasa itu. Dan tidak akan mengamiaya anaknya sendiri.

Irfan telah menyesali semua perbuatanya kepada anak sulungnya, rasanya Ifran ingin ikut mati bersama dengan Gisga, sekeras apapun Ifran mencoba bunuh diri tetap saja dia masih selamat.

Setelah dua bulan kematian Gisga, Irfan menjadi gila, dan mengira Gisga masih hidup.

Adam dan Bagas yang setiap satu minggu sekali menjenguk Ifran merasa kasihan.

Dan selama dua bulan terakhir juga, Adam mengunjungi tempat-tempat yang pernah mereka kunjung.

Keadaan Adam sekarang sudah cukup baik, lantaran mendapatkan dukungan dari Bagas.

🌻🌻🌻

Tubuhnya memang sudah tidak bernyawa, tapi jiwanya hidup di dalam orang yang mencintainya, dan kini dia pergi membawa kenangan  untuk selamanya.

"Selamat tidur matahariku"

🌻🌻🌻

TAMAT!

Dengan ini saya sampaikan kepada kalian para pembaca, bahwa cerita Gisga berakhir disini, dan saya ucapan trimakasih yang masih mau membaca cerita ini sampai ending.

GISGA | TAMAT√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang