29

83 11 3
                                    

Happy reading
Tandai typo🌻





Hari berganti hari, bulan berganti bukan, sebentar lagi tahun juga akan ikut berganti. Beberapa hari yang lalu kondisi Gisga menurun secara drastis dan mau tau mau Gisga harus bolak balik rumah sakit—kerja.

Di rumah sakit pelita Gisga tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang ia bantu beberapa bulan yang lalu, "Gisga?" panggilnya untuk memastikan.

Gisga mengernyitkan dahinya bingung, atau Gisga lupa? Masih dengan menatap pria paruh baya di depannya, seolah tau dengan kebingungan Gisga akhirnya bapak itu kembali membuka suara.

"Saya, yang kamu tolong beberapa bulan yang lalu dan kamu juga yang membawa saya ke sini."

Gisga masih berusaha mengingatnya, Oh bapak itu tuh, iya-iya saya baru inget pak." jawabnya dengan cengiran kuda.

"Kamu ngapain di sini?"

"Saya—"

"Gisga." ucapnya terpotong kala dokter Nathan memanggil namanya dan menghampiri dirinya.

"Hey Nathan?" seru pria paruh baya pada dokter Nathan, dan menepuk pundak dokter Nathan.

"Hey bang, apa kabar?" jawabnya sambil memeluk pria paruh baya yang tak diketahui namanya, "Udah lama ya kita nggak ketemu."

Sendari tadi Gisga hanya mendengarkan obrolan dari dua pria yang berbeda geberasi itu, mulai jengah dengan obrolan mereka Gisga memutuskan memanggil dokter Nathan. "Dokter!"

"Sebentar Gisga, saya baru aja ketemu kakak kelas saya waktu masih sekolah dulu."

"Ck! Ya udah kalo gitu Gisga mau kerja dulu."

"Eh, iya iya. Gisga, besok kamu bisa panggil bapak kamu buat temuin saya dan dokter Ilham?"

"Berapa kali Gisga harus bilang ke dokter, Gisga nggak bakalan ngasih tau bapak tentang ini."

"Tapi Gisga, bapak kamu harus tau dengan kondisi kamu yang sekarang. Atau kamu bisa panggil pacar kamu itu untuk kemari."

"Maaf dokter saya nggak bisa kasih tau mereka," finalnya "Permisi dok." setelahnya Gisga benar-benar meninggalkan dokter Nathan dan pria paruh baya itu.

Setelah Gisga hilang dari pandangan dokter Nathan, pria paruh baya itu menoleh ke arah dokter Nathan. "Ada apa sama Gisga?"

"Lo kenal sama Gisga bang?" bukannya menjawab dokter Nathan malah balik bertanya.

"Nggak begitu kenal sih, tapi beberapa bulan yang lalu dia pernah nolongin gue."

"Kasih tau tentang Gisga yang lo tau."

"ngobrol di ruangan gue aja bang!"

Setelahnya keduanya berlalu dari situ dan pergi menuju ruangan dokter Nathan.

"Setengah tahun yang lalu kalo nggak salah, gue yang nanganin oprasi susum tulang belakang dia, dia ngedinorin buat pacarnya yang sedang sangat membutuhkan pendonor dan saat itu dia di temani dengan kakaknya."

Dokter Nathan menghela nafas berat, "Tak lama setelah dia oprasi, orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Yang meningal Ibu dan adeknya."

"Jadi Gisga tinggal sama siapa?" pertanyaan itu tak ada jawabannya, lantaran dokter Nathan pun tak tau tentang itu.

"Dan setelah itu dia nggak pernah kesini lagi, sampai kejadian yang bener-bener buat dia trauma."

"Apa?"

"kakak laki-lakinya meninggal akibat kecelakaan, tapi sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya. Dia sempet cerita ke gue bang, katanya semenjak ibu dan Adeknya meningal. Gisga, selalu di perlakukan seperti hewan, dihina sama ayah kandungnya. Selain mendapatkan kekerasan fisik, Gisga juga mendapat tekanan batin."

GISGA | TAMAT√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang