28

71 7 1
                                    

Happy reading
Tandai typo🌻



Malam ini Gisga tak tau harus pulang kemana, tak mungkin dirinya pulang ke rumah pakwonya. Hingga satu tempat terlintah di kepalanya dan Gisga segera melangkah dimana ia harus kesana.

Disini lah Gisga berada, Di bawah jembatan bersama anak-anak yang ia temui beberapa kali, Di sini Gisga mengajari anak-anak itu membawa dan menulis. Karna anak-anak itu kebanyakan belum bisa baca dan tulis.

Berhubung jam masih menunjukan pukul 21.10 Gisga masih melanjutkan kegiatanya mengajari anak-anak sampai ia harus menghentikan aktifitasnya dan sedikit menjauh dari jangkauan anak-anak.

Gisga merasakan sakit di bagian kepala dan perut bawah bagian kiri, Gisga menahan sakit itu dengan menekan bagian perutnya dan memukul kepalanya, berharap rasa sakitnya berkurang. Tapi, bukanya membaik rasa sakitnya semakin menjadi-jadi.

"Kak, ngapain disini .... Ayo ke sana sama yang lain!" panggil Ami—Ami Asturias, yang masih setia memandangi punggung Gisga.

Gisga tersentak kaget dan segera membalikan badannya menghadap Ami, dan langsung mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Ami. Mati-matian Gisga menutupi sakitnya dengan susah payah di hadapan Ami dan anak-anak di sana yang tengah mempeehatikan dari kejauhan.

"Ami, kalo kakak tidur disini boleh nggak?" tanyanya pada bocah umur sembilan tahun. Ami mengangguk dengan binar di matanya, "Kakak beneran mau tidur sama kita?"

"Iya kakak beneran, boleh kan?" jawabnya dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.

"Boleh kak boleh, temen-temen pasti seneng kalo kakak mau tidur di sini."

"Beli makan dulu yuk, sama kakak mau beli baju buat kakak ganti. Soalnya kakak bakalan lama di sini sama kalian." sekali lagi Ami mengangguk antusias dan langsung mengandeng tangan Gisga.

Kami membeli beberapa makanan ringan seperti batagor, cilor, bakso kuah, empek-empek, martabak. Setelah selesai membeli makanan Gisga menuju penjual baju obralan, disana Gisga sibuk memilih baju yang akan ia beli.

Gisga tak banyak membeli baju, hanya dua baju dan satu androk hitam, dan dua hijab. Gisga sudah memutuskan akan mengenakan hijab mulai besok, Gisga tak mau semua orang mencurigai dirinya lantaran lama kelamaan rambut Gisga akan segera habis.

Di rasa sudah cukup berbelanja pada malam ini, Gisga dan Ami segera kembali pada anak-anak. Di sepanjang perjalanan Gisga sesekali meringkis kesakitan, Gisga melihat apotek masih buka dan Gisga memutuskan akan membeli obat tidur.

"Ami, tunggu disini dulu ya. Kakak mau beli vitamin dulu di apotek." ucapnya sambil menunjuk apotek di depan sana, Ami hanya menggung dan Gisga segera berlalu meninggalkan Ami.

Sesampainya Gisga di apotek Gisga langsung membeli obat dan vitamin yang akan dirinya beli, setelah membayar obat dan vitamin yang ia beli, Gisga langsung kembali menghampiri Ami.

***

Di dalam kamar bernuasa serba krim, Adam menatap bulan dan bintang dari balkon kamarnya.

Sudah hampir satu jam lamanya Adam memandangi langit yang cerah ini, angin malam yang menerpa tubuhnya  tak membuat Adam kedingin.

Sekelebetan banyangan Gisga yang sedang tertawa muncul di sela-sela lamunannya, Adam merindukan Gisga sudah tiga hari semenjak pulang dari pantai Adam tak mengunjungi Gisga. Adam sangat ingin menemui Gisga tapi ancaman yang ayahnya berikan membuat Adam tak bisa berbuat apa-apa.

Notif dari Gisga sendari tadi berbunyi, tapi Adam enggan untuk membalasnya. Jangankan membalas, membawa pesannya saja Adam malas. Bukan malas, hanya saja mager berlajan wkwk.

"Maafin aku Gis, aku janji bakalan jagain kamu semampu yang aku bisa."

"Besok pulang sekolah aku bakalan temuin kamu di tempat kerja."

"Good night sayang." gumannya pada angin yang menerpa wajahnya seolah-olah Gisga bisa mendengarkannya, walau mustahil jika suara Adam bisa di dengar Gisga.

Adam bangkit lalu melangkahkan kakinya menuju dapur, tiba-tiba saja Adam ingin memakan mie instan.

Disaat sedang fokus membuat mie, bik Minah tiba-tiba mengagetkan Adam. "Den Adam buat apa?"

"Astaghfirullahaladzim bik, Adam kaget." ucapnya sambil mengelus dadanya, bagaimana Adam tidak kaget bik Minah muncul dengan masker putih yang menempel di seluruh wajahnya.

Bik Minah menyengir kuda dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "Maaf den, tadi bibik denger ada suara dari dapur, bibik kira itu maling. Makanya bibik belum sempet cuci muka."

Adam yang mendengar penjelasan bik Minah mengangukan kepalanya dan kembali pada kegiatanya yang tertunda, "Bik, temenin Adam makan mie ya bik."

Bik Minah mengangguk dan izin untuk membersihkan wajahnya.

Setelah selesai Adam membawa mangkuk yang berisi mie ke meja makan, Di sana Adam banyak menceritakan tentang Gisga pada bik Minah.

"Bik tau pacar Adam nggak? Pacar Adam tuh cewe yang kuat dan tabah loh bik." ceritanya sangat antusias, dan bik Minah masih fokus pada kegiatan makan anak majikanya itu.

"Tapi Gisga udah nggak sekolah lagi, trus sekarang dia kerja di rumah makan lesehan."

"Bibik tau nggak, apa aja yang dia suka?" bik Minah menggeleng sebagai jawabnya.

"Gisga itu suka banget sama bunga matahari, katanya sih dia mau menyinari penduduk bumi. Gisga pernah bilang, aku akan membawa sinar untuk menghilangkan kegelapan, walaupun ujung-ujungnya malam datang tapi aku akan selalu datang kembali dan menyinari banyak orang." jelasnya sambil mengingat perkataan yang pernah Gisga ucapkan mengenai bunga kesukaanya bunga matahari.

"Gisga juga suka sama hujan, tapi dia nggak suka sama petir. Eumm—"

Adam sedikit mengingat kembali apa saja yang Gisga suka, "Akhir-akhir ini Gisga juga suka sama mawar putih, waktu aku tanya kenapa harus mawar putih? Dia malah cuman bales sama senyum dia."

Bik Minah yang sendari tadi menyimak cerita Adam seketika menatap Adam dengan tatapan kasihan, entah Adam menyadari perubahan wajah pada bik Minah atau tidak.

"Kira-kira Mawar putih ada maknanya nggak ya bik?"

"Ada deh," jawab bik Minah serasa tersenyum simpul.

Baru saja Adam ingin melempar pertanyaan tapi sudah kepotong dengan suara bik Minah. "Nanti Aden juga bakalan tau sendiri." jawabnya seolah tau apa yang akan Adam tanyakan.

Memilih untuk mengabaikan Bik Minah, Adam kembali menyendokkan mie kedalam mulut nya.

***


Adam ini sebenarnya bukan tipe cowo yang bodoh, hanya saja Adam ini tidak peka dengan perasaan perempuan. Adam juga bukan tipe cowo yang kepoan seperti para readers kebanyakan, wkwk, canda ya readers.

GISGA | TAMAT√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang