31

62 11 0
                                    

"Menjadi penghibur di saat kamu sedih,
Dan menjadi penonton di saat kamu bahagia."

—Prahma—

Happy reading
Tandai typo🌻

***
Satu minggu setelah kemotrapi, kondisi Gisga masih sama dan tidak ada perubahan sama sekali. Dan mau tak mau Gisga harus menjalani pengobatanya di luar negri yaitu di Singapore.

Hari ini adalah hari keberangkatanya ke Singapore, dua hari sebelum berangkat Gisga sudah mengundurkan diri dari pekerjaanya, sebelumnya Gisga masih bekerja seperti biasanya dan mencoba menutupi pada semuanya  termasuk Adam.

Ya, Gisga sudah kembali berkomunikasi dengan Adam. Tapi Gisga tak memberi tahunya, Gisga hanya mengelak dirinya kehabisan pulsa dan paket data.

Dengan alasan itu Adam pun percaya atas apa yang Gisga katakan.

Adam <3
Dam, besok aku mau jalan-jalan ke Singapore.

Jalan-jalan?

Iya sayang.

Sama siapa by?

Eumm, sama temen kerja aku. Rame-rame kok kamu tenang aja.

Berapa hari by?

Kurang tau juga.
Aku, mau packing dulu by. See you ❤

Setelahnya Gisga benae-benar mematikan hpnya, dan merebahkan tubuhnya di kasur.

Gisga memandangi langit-langit kamarnya dan secara bersamaan dengan Gisga menghela nafas pintu kamar Gisga terbuka menampilkan sosok ayah yang ada dibalik pintu.

"Ayah!" panggilnya dan segera duduk dipinggiran kasar.

Tata berjalan menghampiri Gisga, dan ikut duduk disebelahnya. "Udah beres?" tanyanya untuk memastikan.

Gisga mengagguk dan tersenyum, "Udah."

"Gisga istirahat aja dulu, besokkan kita berangkat pagi."

Lagi dan lagi Gisga hanya mampu mengaggukan kepalanya dan langsung beranjak untuk tidur, Tata yang menemani Gisga tidur tak berpindah posisinya.

Setelah memastikan Gisga benar-benar tidur Tata akhirnya keluar, sebelum keluar Tata menyempatkan dirinya untuk mengelus pundak Gisga.

***

Gisga dan Tata sudah sampai di bandara, mereka berangkat sekitar jam 08.00 dan sekarang masih jam 07.40 itu tandanya mereka masih sempat untuk sarapan.

"Gisga mau makan apa?"

"Roti aja Yah."

Tata mengagguk dan mencari toko yang menjual roti pesanan Gisga, tak lupa juga Tata membelikan vitamin untuk Gisga.

Hampir Lima menit Tata mengantri untuk membayar rotinya, Tata seperti melihat sosok yang ia kenali.

"Orang itu ..... Ah, rasanya nggak mungkin dia ada disini." ucapnya dalam hati.

Setelah membayar roti Tata segera menghampiri Gisga dan memberikan rotinya tak lupa juga Tata membelikan air putih untuk Gisga.

"Ayah, ini pertama kalinya Gisga naik pesawat." ucapnya pada sang Ayah.

"Seriusan?" entah bagaimana Gisga harus membalas respon Tata, Gisga hanya mengagguk dan menyengir canggung.

Tata yang melihat kecanggungan dari raut wajah Gisga, lantas menggaruk tengkunya yang tak gatal. Jujur saja Tata lupa jika Gisga tak pernah naik pesawat, jangankan naik pesawat, naik mobil bagus aja Gisga nyaris tak pernah.

"Gisga nggak mau ngabarin Adam dulu? Sebelum Gisga berangkat?" ucapnya untuk mengalihkan pembahasan.

"Hehehe, Gisga lupa yah."

Tata menggelengkan kepalanya, "Bisa-bisanya sama pacar sendiri lupa."

"Hehe bentar ya yah, Gisga mau ngabarin Adam dulu." Gisga sedikit menyingkir dari kerumunan.

Gisga mencari kontak dengan nama Adam, setelah dapat Gisga menekan tombol telfon.

Berdering!

Tak lama Adam menganggakat telfonnya. "Halo, Assalamualaikum adam."

"Wa'alaikumussalam,"

"Aku udah mau berangkat nih, kamu juga diri baik-baik ya. Aku Sayang kamu."

"Berangakat jam berapa?"

"Jam delapan."

Adam hanya ber-oh ria, "Aku aja belum bangun kamu udah mau berangkat aja."

"Begadang lagi?"

"Iya, tugasnya makin kesini makin banyak."

"Semangat dong, katanya mau masuk universitas international. Masa baru dapet tugas segini aja udah ngeluh sih."

"Enggak ngeluh kok Sayang, cuman laporan aja."

"Kamu ini ya, Ada aja balesanya."

"Ya udah aku duluan ya."

Gisga pun mengakhiri telfonnya dan kembali bersama dengan Tata.

***

GISGA | TAMAT√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang