CHAPTER 13 - PATRONUS CHARM

612 97 3
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

13. Patronus charm

Mereka keluar bersama-sama dari kantor Snape dan pergi menuju Aula besar. Zee tak bisa berhenti tersenyum ketika dia mengingat tak akan ada detensi sampai bulan maret, itu artinya dia bisa menggunakan waktu luangnya untuk mengerjakan PR dan hadir di pertemuan DA sepenuhnya. Umbridge mungkin tak akan tahu, dia menyerahkan seluruh tanggung jawabnya untuk detensi Zee pada Snape. Tetapi apa yang membuat Snape sangat sibuk sehingga dia tak dapat meluangkan waktunya walau hanya untuk sekadar membuat tugas detensi?

Zee mengira, mungkin dia lelah. Sekejam apapun Snape pada anak-anak Gryffindor, dia tak akan memberikan detensi selama yang Zee dapat dari Umbridge. Atau ... Apakah itu hanya akal-akalannya saja agar Zee bisa beristirahat dengan cukup? Tidurnya memang kurang nyenyak, dia telah berhenti menggunakan ramuan penenang semenjak liburan musim dingin tiba.

Snape peduli padanya. Mungkinkah?

Kenapa Zee harus berpikir untuk itu? Dia telah mendapat sikap peduli ayah angkatnya meskipun itu tak ditunjukkan secara langsung. Oh, jangan lupakan Snape yang menggendongnya saat lututnya terluka, bukankah itu sudah membuktikan bahwa dia menjalankan tugasnya sebagai wali dibalik profesi guru ramuannya?

“Kenapa kau?” Zee menggerling pada Draco yang lebih banyak diam selama mereka melangkahkan kakinya.

“Apa?” tanyanya muram.

Kemudian Zee memasang tampang keheranan, “apanya yang apa? Aku bertanya padamu.”

“Tidak,” balas Draco tak berminat.

Zee mendecih. Kenapa pemuda itu jadi bersikap layaknya seorang gadis yang tengah mengalami datang bulan? Padahal di kantor Snape dia biasa-biasa saja, malah terkesan gembira. Tentang pelarian sepuluh Pelahap Maut, Zee teringat Bellatrix Lastrange, dia dan Narcissa bersaudara, yang berarti wanita itu merupakan bibi Draco.

“Kita masih bisa bertemu diluar jam pelajaran,” kata Zee mencoba memahaminya.

Draco mengangkat kepalanya perlahan dan mulai mau menatapnya lagi. Lalu Zee berkata, “kalau kau mau, ajak saja aku.”

“Kau membujukku sekarang?” tanya Draco berusaha untuk tidak menyeringai.

“Bukan seperti itu ...” gumam Zee, sejujurnya dia tak mengerti kenapa dirinya harus mencoba memahami Draco sedangkan beberapa hari terakhir ini dia terus memikirkan cara agar bisa menghindari pemuda itu.

“Ah, ya ... Kita harus bertemu untuk melanjutkan kegiatan kita malam it—”

“DRACO, MAU KU PUKUL KEPALA MU SAMPAI KAU GEGER OTAK?” Teriak Zee dengan berang.

Draco terbahak dan segera merangkulnya. Dia mengacak rambut hitam yang selembut sutra itu sampai mendapat pukulan keras di dadanya. Beberapa saat lalu dia merasa jengkel karena Snape meliburkan jadwal detensi Zee selama satu bulan, padahal Itu satu-satu cara bagi Draco agar bisa menghabiskan waktu bersama gadis itu. Tetapi mendengarnya berkata dia bisa mengajaknya bertemu diluar jam pelajaran, Draco akan dengan senang hati melakukannya, dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

“Aku sudah menatanya dengan baik tadi!” kata Zee tak terima seraya merapikan rambutnya yang acak-acakan.

“Biar ku bantu, Love.”

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang