CHAPTER 23 - AMORTENTIA

827 83 11
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

23. Amortentia

Draco menatapnya lekat-lekat. Pikiran liar terlintas dibenaknya tetapi sebelum dia bisa berkata apa-apa, Zee sudah bangkit lalu kemudian menjauhinya dan kembali ke kamarnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Tujuan pertamanya untuk mengambil air minum urung, daripada menemani Draco sampai selesai, lebih baik dia tidur sekarang. Lagipula mereka tak akan tidur bersama. Sambil memijat pelipisnya sendiri dia naik ke kasur, memejamkan mata beberapa saat sebelum mendengar suara pintu kamar dibuka dari luar. Perlahan kelopak matanya terbuka, mendapati Draco berjalan mendekatinya dengan sebuah cawan yang berada di genggaman tangan kanannya.

“Aku membawakan mu air hangat, sekarang bangunlah, Love,” katanya, membantu Zee duduk.

Ketika gadis itu meminumnya, diam-diam dia melirik Draco, agak tidak menyangka bahwa seorang Malfoy sepertinya bersedia membawakannya minum sekaligus juga membantunya. Bagaimanapun situasinya dia telah hidup dikelilingi kemewahan, terbiasa diperlakukan seperti pangeran yang berharga oleh kedua orang tuanya, atau bahkan-tanpa sadar oleh teman-temannya sendiri. Dia biasa dilayani, Seumur hidupnya-mungkin, Draco tidak pernah juga tidak akan sudi melayani orang lain selain Voldemort. Namun malam ini-

“Tidak perlu menatap ku seperti itu, aku tahu aku tampan,” kata Draco dengan kepercayaan diri yang penuh.

Zee tersedak sampai batuk-batuk karena mendengar penuturannya, dia memutar bola mata malas kemudian memberikan cawan kosong itu sebelum mengubah posisinya agar kembali berbaring di tempat tidur dan menarik selimut, berpaling sehingga memunggunginya. Sesaat dia berpikir Draco akan mengucapkan selamat tidur lalu keluar dari kamarnya, akan tetapi Zee justru merasakan sebuah telapak tangan menyentuh keningnya, mengalirkan kehangatan juga-entah bagaimana, sebuah kenyamanan.

“Kau masih mual?” tanya Draco.

Zee menggeleng, tanpa berbalik dia berkata, “itu hanya perasaan sesaat.”

Draco terdiam sejenak, sekali lagi bertanya, “dan apa kau merasa jauh lebih baik sekarang?”

Tetapi Zee tidak menjawab, dia hanya mengeratkan selimut di sekeliling tubuhnya dan bernapas sangat pelan, karena itu Draco berkata, “aku akan mengantar mu ke Madam Pomfrey kalau kau mau.”

“Tidak,” balas Zee, “daripada itu, Drake, kenapa kau belum keluar? Ini sudah tengah malam.”

Draco bergeming seraya memandangi sisi wajah yang seakan-akan dipahat dengan sempurna, dia mendadak merasa bangga menyadari bahwa gadis ini, gadis cantik ini, adalah miliknya sekarang. Kalau bukan karena kondisinya yang kurang sehat, betapa dia sangat ingin menyentuhnya. Itu adalah pengalaman pertamanya, dan, tentu saja, pengalaman pertama gadisnya. Namun Draco tak mau egois, dia tidak boleh mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memikirkan kesehatan gadisnya. Karena jika dia bersikeras, dia bisa menyakitinya.

Dan ketika dia mendapati Zee sudah terlelap, dia beranjak ke sisi lain ranjangnya lalu naik, turut berbaring sebelum kemudian menarik kelambu disekitar mereka, mencium pelipisnya dan berkata, “selamat tidur.”

•••

Pagi-pagi sekali, Zee bangun dari tidurnya dengan keadaan yang belum sepenuhnya sadar, dia mengernyit, matanya menyipit dan pandangannya menjadi sedikit kabur. Sambil meraba-raba sesuatu yang terasa kokoh di bawah tubuhnya, gadis itu berusaha bangkit, tangannya berkeliaran tergesa-gesa di atas sesuatu sebelum kemudian melotot seolah bola matanya hendak melompat keluar. Hal pertama yang dia lihat saat dia berhasil duduk adalah seorang laki-laki berambut pirang platina yang berada di bawahnya. Zee bahkan sedang menduduki perutnya sekarang. Dengan jantung yang berdebar-debar dia menunduk pada pakaiannya sendiri, menelusurinya diikuti rasa panik dan baru menjadi agak tenang setelah memastikan segalanya masih tetap utuh.

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang