CHAPTER 28 - PUMPKIN JUICE

582 79 18
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

28. Pumpkin Juice

“Kau benar-benar tidak waras!” seru Ginny menggebrak meja perpustakaan.

Zee merengut sambil memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Berciuman di tempat umum memang bukan pilihan yang tepat. Meski dia telah memastikan tak ada seorang pun di koridor itu selain mereka berdua, tak dapat dipungkiri bahwa bisa saja ada orang yang memerhatikan dari kejauhan. Inilah akibatnya, dia sampai menembuskan napas kasar untuk yang kesekian kalinya lantaran cemas sekaligus takut. Bagaimana tidak? Ketika Zee memutuskan untuk mengakhiri ciumannya bersama Draco tanpa melakukan hal lebih, mereka pergi ke Aula Besar dengan kesepakatan bahwa Draco tak akan berbuat macam-macam. Anehnya saat dia duduk di meja Gryffindor Ginny dan juga Hermione menatapnya dengan tatapan tajam. Mereka kemudian mengajaknya ke perpustakaan dengan alasan ingin mengerjakan pekerjaan rumah, namun ternyata keduanya justru memarahinya habis-habisan.

“Aku tahu kau tak sepolos yang terlihat, tapi—berciuman dengan Malfoy? Kurasa otak mu itu harus diperiksa ke St Mungo!” kata Ginny, seakan tak berniat berhenti melontarkan ocehan kepadanya.

“Aku tidak segila itu,” kata Zee tidak terima, dagunya bertumpu di atas lutut.

“Kau tidak gila, tapi sinting!”

Zee memejamkan matanya. Dalam hati dia mengeluh. Kemudian telinganya menangkap suara Hermione yang tak kalah berang dari Ginny, “kau bebas mencium siapapun. Asalkan tidak dengan Malfoy. Apa yang akan Harry katakan jika dia mengetahuinya?”

Well, kurasa dia akan membuangnya dari daftar teman baik,” kata Ginny kasar.

“Tapi dia tak mengetahuinya, kan?” kata Zee putus asa.

Tampaknya Ginny semakin jengkel. Dia melempar punggungnya ke sandaran kursi dan menatap Zee dengan terang-terangan, “katakan bahwa itu bukan hal yang disengaja.”

“Ya, Zee, katakan bahwa Malfoy yang memaksamu,” kata Hermione, yang duduk di samping Ginny.

“Itu ... Dia tidak memaksaku,” lirih Zee, suaranya nyaris hilang dan digantikan oleh bisikan.

Ginny dan Hermione saling pandang karena shock berat, lantas berkata dengan tidak sabar, “jangan bilang kau menyukainya!”

Zee mengangguk, entah karena alasan apa matanya mulai berkaca-kaca, “lebih dari itu.”

“Ka-kau mencintainya?!" Hermione tercengang.

“Ya,” jawab Zee mutlak.

Ginny dan Hermione sampai kehabisan kata-kata karena shock yang mereka alami. Keduanya menggeleng tak habis pikir. Setelah hening beberapa saat, baru Ginny berkata dengan suara sebal yang nyaris tak tertahankan, “tapi—tapi dia seorang Malfoy!”

“Dan aku mencintainya,” ulang Zee, membenamkan wajahnya diantara lututnya kemudian terisak.

“Bagiku dia tak seburuk yang kalian pikirkan. Aku-aku tak tahu sejak kapan aku mencintainya, tapi—kedekatan kami dimulai lagi ketika—”

“Dimulai—lagi?” sela Hermione.

Zee mengangguk kecil, suaranya teredam, “kami sudah dekat dari dulu. Aku menyukainya di kelas tiga tetapi saat Harry jatuh di pertandingan melawan Hufflepuff, dan aku kembali dari rumah sakit setelah mengunjunginya, Daphne mengajakku pergi ke ruang rekreasi Slytherin. Di sana mereka merayakan pesta atas kekalahan kita, dan—dan aku melihat Malfoy berciuman dengan Parkinson diantara kerumunan.”

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang