CHAPTER 20 - TASK SECRETS

676 105 7
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

20. Task secrets

Zee mengira Snape sedang gila. Dia benar-benar membuat Sumpah-Tak-Terlanggar kepada Narcissa untuk melindungi Draco dalam upayanya memenuhi perintah Voldemort dengan Bellatrix berperan sebagai pengikat mereka. Dan ketika dua orang wanita itu pergi, Zee tercenung. Dia sama sekali tak bergerak dari posisinya; duduk di lantai dengan lutut yang ditekuk seraya menyender pada dinding sedangkan kedua tangannya bertumpu di atas perutnya.

Dan jika Draco sampai gagal, bersediakah kau melaksanakan tugas yang diamanatkan Pangeran Kegelapan kepada Draco?’ perkataan Bellatrix beberapa saat lalu terngiang-ngiang di kepalanya. Zee sama sekali tidak mengerti, tetapi lima menit kemudian dia mulai cemas, dugaan Narcissa tentang Voldemort yang ingin menghukum Lucius melalui putranya ternyata benar, karena di saat-saat tertentu, Snape mengatakan bahwa tuan mereka sangat marah.

“Apa yang kau lakukan?”

Zee tersentak dan nyaris mengumpat ketika telinganya menangkap suara rendah yang ia ketahui adalah milik Ayah angkatnya sendiri. Dengan jantung yang berdegup cukup kencang, dia bangkit, menghadap Snape yang telah berdiri di hadapan pintu kamarnya-dia tidak tahu berapa lama Snape berada di sana (karena terlalu banyak yang dipikirkan), dia bahkan tidak sadar kapan Snape membuka pintunya.

“Oh itu ... Aku sedang—tidak, maksud ku, Severus ... Apa yang—” dia berbicara tidak jelas saking gugupnya. Bagaimana kalau sampai Snape tahu dia sedang mencuri dengar?

“Kau tahu betul maksud dari kedatangan Narcissa,” kata Snape datar.

Zee meneguk ludah kasar. Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri lantaran tidak langsung kembali ke kasur dan berpura-pura tidur. Dengan demikian, Snape mungkin tak akan datang dan menjumpainya. Tetapi semua itu sudah terlambat sekarang, Snape telah menangkap basah dirinya yang sedang duduk di dekat pintu dengan telinga-menjulur yang tergulung dalam kepalan tangannya. Betapa bodohnya dia, dan dia sangat-sangat menyadari hal tersebut, ditambah lagi dengan muka bantal dan rambutnya yang masih awut-awutan, itu membuatnya lebih tampak seperti anak idiot.

“Maafkan aku, tapi aku penasaran,” kata Zee putus asa. Berusaha menghindari tatapan mata dingin Ayah angkatnya.

“Aku membiarkan benda konyol itu tetap di belakang lemari agar kau bisa mendengarnya,” kata Snape dingin.

Kemudian dia melanjutkan, “apakah kau berpikir aku tak akan memberitahu mu tentang hal ini?”

Sontak dia memandang ke arahnya, dengan mata yang terbelalak dan ketidakpercayaan yang kental, “a-apa maksud mu, Severus?”

“Ya, Zee. Itulah yang ingin kubicarakan. Pangeran Kegelapan telah menjadikan Draco bagian dari Pelahap Mautnya, dan aku sudah menduga ibunya akan datang ke sini untuk meminta bantuan ku,” kata Snape, tangannya bertautan di belakang punggungnya.

“Tapi—tapi kenapa kau tak mengatakannya lebih awal! Kalau seperti itu aku tak akan repot-repot menyelundupkan ini!” Zee mengangkat kepalan tangan kanannya sejajar dengan perutnya dan membukanya, menunjukkan telinga-menjulur tergeletak di atas telapak tangannya.

Well, kudengar dari ibumu kau sedang tidak enak badan,” Snape menatap telinga-menjulur itu sekilas, lalu kembali kepadanya, “oleh karena itu aku memberi mu waktu istirahat.”

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang