CHAPTER 19 - RED THREAD TIES

1.3K 107 4
                                    

21++
For minors, please be wise when reading. The scenes below will refer to adult matters, so, skip that part.

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

19. Red thread ties

Hati Zee mencelos saat matanya dengan sungguh-sungguh menangkap gambar tengkorak berlidah kepala ular di lengan kiri Draco, menjulur keluar agak panjang dan tampak mengerikan dengan warnanya yang hitam pekat. Nyaris membuat Zee jantungan kalau saja dia tak berhasil mengendalikan dirinya sendiri. Tetapi-dia bingung harus bereaksi bagaimana, tubuhnya tak dibiarkan bereaksi seperti seharusnya, kaku dan tegang, seolah dibelit tali tak kasat mata sehingga membuatnya mendadak merasa kesulitan bernapas, seakan-akan ada benda keras yang menyumbat paru-parunya.

Kalau bukan karena gambarnya yang hampir menyerupai lukisan yang dipahat sempurna oleh seniman berbakat, dan menyatu tanpa celah pada kulit Draco yang putih pucat, Zee tak akan percaya, dia mungkin akan tertawa geli dan menganggap lelucon Draco sangat garing.

Tetapi pada kenyataannya, tanda Pelahap Maut itu nyata.

“Draco ...” lirihnya, dengan setengah mati menahan rasa takut.

“Aku tak punya pilihan,” kata Draco, menatap lurus kepadanya, “Pangeran Kegelapan menginginkan ku.”

Zee mengalihkan pandangannya ke samping, agak menunduk untuk menghindari tatapan Draco, dan diam-diam mencengkram celananya yang pendek.

“J-jadi ...” napas gadis itu pendek-pendek, “itulah alasan dibalik kenapa kau menghilang selama satu bulan ini.”

“Kau—” tenggorokannya tercekat, “kau telah mendapatkan tandanya.”

Draco maju satu langkah ke hadapannya, memegang wajahnya supaya dia mau menatapnya, dan ketika Zee mendongak, pemuda itu berkata seolah memahami ketakutannya, “aku tak akan menyakiti mu.”

“Ibu berpikir, Pangeran Kegelapan menandai ku untuk menghukum Ayah karena dia gagal mendapat ramalan,” Draco melanjutkan, “aku diberi tugas diluar kemampuan ku, dan jika aku gagal, dia akan membunuhku.”

“Zee aku—”

Tak disangka-sangka, gadis itu langsung memeluknya, membuat kalimatnya bergantung di udara begitu saja. Zee melingkarkan tangannya dengan erat di bahu Draco, dia menggigit bibir bawahnya yang bergetar, membiarkan Draco memeluk pinggangnya erat-erat bersamaan dagunya yang ia tempatkan di pundaknya, seolah-olah sedang membutuhkan perlindungan.

Matanya memanas dengan sendirinya, pandangannya mendadak buram dikarenakan air mata yang sudah menggenang di pelupuk, sebelum kemudian dia mengedip dan membuat buliran air hangat itu meluncur bebas pada pipinya. Yang ada dalam pelukannya saat ini adalah Seorang Pelahap Maut. Jika orang lain tahu, mereka mungkin akan berpikir tak seharusnya dia melakukan kontak fisik dengannya, atau bahkan—berada di dekatnya saja dia sudah salah. Tetapi perasaannya mengatakan bahwa siapapun Draco, dan apapun keadaannya, dia tak boleh meninggalkannya.

“Kumohon jangan tinggalkan aku,” kata Draco, dia menunduk sehingga dahinya bertumpu pada pundak Zee.

Sambil mengulas senyum, Zee mundur satu langkah untuk melepas pelukannya, membuat Draco perlahan mengangkat kepalanya lagi, sehingga pandangan mereka bertemu, dan gadis itu segera meraih lengan kiri Draco, menurunkan pakaiannya sampai tanda kemuliaannya tertutup kembali.

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang