CHAPTER 31 - ZABINI HOUSE

567 59 19
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

31. Zabini House

Setelah perdebatan rumit yang terjadi diantara mereka berdua, akhirnya Zee mengalah dan memakai gaun yang direkomendasikan Daphne kepadanya. Diiringi perasaan tidak nyaman gadis itu berdiri di depan cermin, menghela napas panjang berulang kali dan sebisa mungkin bersikap tenang ketika mendapati punggungnya tak tertutupi dengan benar—seakan-akan tak mengenakan bra sama sekali. Yang membuatnya agak lega adalah; Daphne sepakat mengenakan gaun yang sama pendeknya dengan dirinya.

Zee jadi berpikir berapa banyak pakaian terbuka yang dia miliki sehingga ada beberapa yang belum terpakai.

Sedikitnya jarak Greengrass House dan Zabini House membuat Mr Greengrass mengantar mereka menggunakan mobil. Tak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk sampai, keduanya keluar bersama-sama lalu mengucapkan sampai jumpa setelah mendapat ucapan ‘selamat bersenang-senang’ dari Ayah Daphne. Melihat banyaknya kendaraan yang terparkir di halaman rumah Zabini, mendadak Zee berubah pikiran. Dia enggan masuk dengan pakaian yang dikenakannya saat ini sekaligus ragu apakah Draco akan merubah sikapnya?

“Daphne—I don't wanna wear these fucking clothes!katanya kesal saat Daphne mendorong-dorong punggungnya.

Juat trust me okey? He would definitely—OH, HEI MATTHEO!”

Deg.

Zee membeku begitu nama itu disebutkan. Melalui Zabini dia tahu Mattheo ada di sini. Tetapi sekalipun dia tak pernah membayangkan mereka akan bertemu bahkan sebelum dia menginjakkan kaki ditengah-tengah pesta. Gadis itu telah membuat rencana dengan menjauhi keadaan jika seandainya Mattheo berada di sana, dan sekarang justru laki-laki berambut ikal itu menuruni teras sebelum kemudian menghampiri mereka; Daphne yang gembira melambaikan tangannya.

“Kalian baru sampai?” tanyanya berhenti.

Sejenak netra ungu gelap dan cokelat tua itu bertemu. Lantas Zee memalingkan pandangannya ke arah lain, Daphne berkata dengan riang, “ya! tapi sepertinya kami belum terlambat?”

“Tentu. Pestanya baru dimulai,” kata Mattheo tanpa ekspresi, “dan Nott menanyakan mu. Dia berpikir kau tak akan datang.”

Dari sudut matanya, Zee melihat Daphne bersemu, “di mana dia sekarang?”

Dengan nada yang seakan-akan penuh minat, Mattheo berkata, “lantai dua.”

“Kurasa kau harus segera menemuinya, Greengrass.”

“Oh, yeah, tentu. Kalau begitu sampai jumpa!” seru Daphne, yang sontak membuat Zee menoleh panik kearahnya.

“Jangan—”

“Aku akan menunggumu!” sambarnya tanpa beban.

Zee mengutuk keras di dalam hatinya. Dia benar-benar sebal. Entah ini disengaja atau tidak, tak sepantasnya dia ditinggalkan. Lebih-lebih bersama Mattheo—orang yang sedari awal dia ingin hindari bagaimanapun caranya. Sebab, jika bukan karena ingin menjaga sikapnya agar tetap anggun, dia pasti sudah menjerit tidak terima dan mengejar Daphne dengan kecepatan penuh meski sepatu berhak tinggi menjadi sedikit bagian dari penghambat yang ia miliki.

Demi Jenggot Merlin, Zee bersumpah dia akan membalasnya.

“Hai?” sapa suara Mattheo, membuyarkan niatnya untuk balas dendam.

“H-hai?” Gadis itu agak gugup. Jantungnya berdebar-debar tak karuan.

Mattheo melangkah satu kali di hadapannya, membuat jarak diantara mereka menjadi lebih dekat dari seharusnya. “Kau cantik.”

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang