CHAPTER 29 - MID DECEMBER

518 55 17
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓
Happy Reading
┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛

29. Mid December

Natal hampir tiba. Suatu hari dipertengahan Desember, Hogwarts terbangun dalam keadaan sudah berselimut salju setebal kira-kira satu meter. Danau sudah keras membeku dan sedikit burung hantu yang berhasil menembus langit berbadai salju untuk mengantar surat, harus dirawat Hagrid sampai sehat sebelum mereka bisa terbang lagi. Semua sudah tak sabar menunggu datangnya liburan. Walaupun ruang rekreasi Ketua Murid dan Aula Besar punya perapian yang menyala-nyala, koridor-koridor yang biasa berangin telah menjadi sedingin es.

Zee duduk di salah satu kursi panjang berlengan di ruang rekreasi Ketua Murid. Draco menidurkan kepalanya di pangkuannya. Ditemani Theodore—yang kebetulan bisa masuk lantaran Draco memberitahu kata kuncinya, menghangatkan diri bersama Daphne. Crabbe dan Goyle tidak ada karena mereka tak sedekat yang orang-orang kira. Sedangkan Zabini, pemuda itu bilang dia akan datang terlambat.

“Apakah baik memberitahu kami kata kunci asrama Ketua Murid?” kata Daphne, memerhatikan setiap sudut ruangan.

“Malam ini Violet akan menggantinya lagi,” balas Draco, yang sekarang tengah memejamkan kata seraya bersedekap dada.

Zee menimpali, “dia biasa mengganti kata kunci dua minggu sekali.”

Setelah melemparkan bungkus permen yang ia pilin ke dalam perapian, Theodore berkata curiga, “apakah kalian tidur bersama?”

Tangan yang tadinya membelai rambut pirang itu berhenti. Zee nyaris jantungan ketika indera telinganya menangkap pertanyaan yang dilontarkan Theodore. Dia gelagapan. Kemudian berkata dengan suara yang kurang meyakinkan, “untuk apa ada dua kamar kalau kami tidur bersama?”

“Ngomong-ngomong, aku merasa Goyle semakin tampan,” celetuknya mengalihkan pembicaraan, membuat Draco yang tadinya menyeringai langsung membuka mata dan menatapnya dengan dahi yang berkerut tidak suka.

“Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan, Mrs Malfoy?” tanya menuntut pemuda itu.

Zee menahan senyumnya, “aku bicara jujur.”

“Dia bahkan lebih tampan darimu, Theo,” kata Daphne memanas-manasi.

Sontak Theodore mengerang kesal, “kenapa aku?!”

Tanpa menghiraukan Draco yang masih mempertahankan ekspresi tidak terimanya, Zee tertawa kecil. Dia tak berbohong tentang Goyle yang menurut pendapatnya semakin tahun semakin tampan. Ron bahkan mengakuinya. Namun kemudian senyum di wajah cantik itu pudar ketika Draco berkata, “apa miliknya juga besar?”

Beruntungnya tak ada yang mendengar pertanyaan tak bermutu itu selain daripada gadisnya sendiri. Daphne dan Theodore terlalu sibuk memperdebatkan siapa yang paling tampan, kemudian Zee memutar bola mata malas ketika mendapati Draco terkekeh sambil berusaha menyembunyikan wajahnya di perutnya. Dengan sebal gadis itu menariknya hingga ia bangkit, “jangan dekat-dekat denganku lagi.”

Draco terbahak bersamaan sebuah suara langkah kaki datang dari arah lubang lukisan, dia merangkulnya meski tangannya terus ditepis oleh sang empunya, “kau selalu saja membahas yang itu.”

“Yang mana?” alis Draco terangkat sebelah.

“Aku tidak tahu,” kata Zee kesal, namun belum sepuluh detik ia cemberut, gadis itu kembali tersenyum dan menyambut kedatangan Zabini.

FROM DARKNESS INTO LIGHT || Draco Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang