JENNIE POV!
Aku terbangun ditengah tidurku karena suara ketukan pintu. Aku memang mudah terbangun, jadi meskipun suatanya pelan, aku akan tetap terusik. Menyebalkan memang.
Aku memakai sandal berbulu yang berwarna putih dengan motif kelinci itu. Berjalan menuju pintu, memegang kenop nya dan membukanya. Itu dia!
Ya, tentu saja. Tidak ada yang berani mengetuk pintu kamarku di tengah malam seperti ini kecuali Lisa.
Aku panik. Bagaimana tidak? Dia menangis sesenggukan dengan nafasnya yang tak teratur. Menatapku dengan air mata yang senantiasa terus membasahi pipinya.
"A-ada apa ini? Mengapa kau menangis?" Aku bertanya. Namun Lisa tak menjawabnya, dia memelukku tanpa berkata apapun.
Aku lebih pendek darinya, jadi wajahku tenggelam di dadanya dan dia menyembunyikan wajahnya diceruk leherku.
Aku mengelus punggung Lisa dengan lembut sembari terus mengatakan kata-kata yang mungkin akan sedikit menenangkannya.
Dia melepaskan pelukannya, mengucek matanya yang berair. "Hiks... Aku.. a-aku mengalami mimpi buruk, Nini. Aku takut... Hiks" dia mengadu.
Aku penasaran, tapi aku mengesampingkan itu. Membawa Lisa masuk ke dalam kamar, menutup pintunya dan menguncinya.
Aku membawanya duduk di sisi ranjang, dan aku disampingnya. Aku menggenggam tangannya dan menatapnya.
"Aigo... Aigoo! Sebenarnya apa yang kau memimpikan, hm?" Tanyaku, satu tanganku aku gunakan untuk menghapus air matanya.
"Peri tidur tidak menjagaku dengan baik. A-aku ketakutan... Karena disana.. disana kau meninggalkanku, Nini" Dia menjelaskan dengan nafas tersengalnya.
Aku tersenyum, Lisa menggemaskan yang selalu menangis ketika mimpi buruk. Yah, itu tidak ada bedanya denganku. Aku akui itu. Aku juga selalu menangis jika mimpi buruk, dan eomma adalah pelindungku.
Aku kembali memeluknya dan mengusap-usap punggung nya. "Gwaenchanh-a, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku disini, bersamamu." Kataku selembut mungkin.
Lisa masih sesenggukan dan aku merasa kasihan padanya. Dia pasti kesulitan untuk mengambil nafasnya. Aku tersenyum ketika mengingat bagaimana lucunya Lisa ketika menangis pertama kalinya.
Dia bilang dia jarang menangis, bahkan hampir tidak pernah. Waktu itu dia menangis di pelukan eomma karena baru pertama kalinya dipeluk oleh seorang ibu. Dia benar-benar panik dan mengadu padaku jika dia kesulitan bernafas. Dan aku menyuruhnya untuk berhenti menangis. Dia tertawa bak anak kecil ketika nafasnya sudah kembali seperti biasanya. Lisa memang penuh kejutan dan sangat menggemaskan.
Aku melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipinya dan menghapus air matanya dengan ibu jariku.
"Berhentilah menangis atau kau akan kesulitan bernafas lagi." Kataku dan terkekeh diakhir.
Lisa menarik nafasnya, menghembuskan nya dan terus seperti itu sampai nafasnya kembali teratur.
"Lebih baik?" Tanyaku, dia menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Itu bagus. Sekarang ayo kembali tidur, aku akan memelukmu semalaman dan aku juga akan menyuruh peri tidur untuk menjagamu dengan baik."
Kami merebahkan tubuh kami. Lisa menyamping ke arahku begitupun denganku. Dia meringsek ke dalam pelukanku. Rasa geli menghampiriku ketika aku mulai merasakan nafasnya di leherku.
Aku mengusap-usap kepala bagian belakang nya, menyimpan anakan rambutnya ke belakang telinganya.
Lisa tak bergeming. Mungkin dia sudah kembali tidur. Begitu pikirku. Namun aku salah. Dia mengeratkan pelukannya dan semakin meringsek.

KAMU SEDANG MEMBACA
TARZAN [END]
Fanfiction[JENLISA] Lalisa, wanita cantik berusia 25 tahun yang tinggal seorang diri disebuah pulau kecil. Tidak memiliki teman, keluarga juga sahabat. Hidupnya dikelilingi oleh alam, tumbuhan dan hewan. Tak tahu dirinya putri dari siapa dan seperti apa ke...