TARZAN | SEVENTEEN

3.5K 493 12
                                    

Happy reading





























Ruangan santai itu entah mengapa rasanya berubah menjadi begitu panas, juga terasa sesak di dada. Aura kecanggungan melingkupi. Manusia-manusia di dalamnya terus membisu, diam seribu bahasa.

   "Aku minta maaf."

Akhirnya satu diantara mereka membuka mulut. Ia menatap seseorang di depannya. Sedangkan yang di tatap malah meneteskan air matanya. Menangis tak bersuara.

   "Aku tidak bisa bersamamu. Tidak, bukan aku yang tidak bisa, tetapi keadaan yang membuatnya menjadi seperti ini. Kau tahu maksudku bukan?" Si wanita yang memiliki mata hazel kembali melanjutkan.

  "Apa salah jika kita bersama? Aku ingin terus disampingmu. A-aku... Aku tahu kita berbeda derajat, tapi apa itu benar-benar menjadi masalahnya?"

Si pemilik mata hazel menghela nafas panjang. "Bukan hanya kita saja yang berbeda derajat, tetapi kita juga sesama jenis. Dan itu membuat kita semakin tak memiliki peluang untuk bersama. Kau mengerti maksudku?" Tanyanya di akhir.

  Si mata hazel menatap seseorang didepannya. "Aku pemimpin negara. Dan tentunya aku juga harus memiliki keturunan. Kita tidak bisa mengadopsi anak sebagai calon pemimpin dimasa depan, kau juga sudah tahu aturan nya bukan?" Ujarnya lagi.

Seseorang itu menatapnya, dengan pipi yang basah juga mata yang sedikit memerah.

   "Bukankah negara mu tak mempermasalahkannya? Maksudku, kita yang sesama. Dan soal keturunan... Kita hidup di zaman yang memiliki teknologi modern, Lisa. Kita bisa membuatnya....."

Lisa, dia kembali menghela nafasnya. "Nini, negaraku memang tak mempermasalahkannya. Tapi bukan berarti pemimpin mereka juga harus seperti itu bukan? Jika kita bersama, mereka akan menyimpulkan bahwa  hal itu benar-benar diperbolehkan. Lalu bagaimana dengan yang homophobia? Aku juga harus memikirkan mereka. Kini prioritas ku bukan hanya kau saja, tapi rakyatku juga." Jawab Lisa panjang lebar.

Jennie kembali terisak, ia menundukkan kepalanya. Lisa benar. Sekarang prioritas nya bukan hanya dirinya saja. Dia juga harus berusaha semaksimal mungkin supaya negaranya aman. Memang, terlihat nya mereka seperti mendukung atau tak mempermasalahkan itu. Mereka cukup toleran. Tapi apakah kenyataan nya memang seperti itu? Tidak, Jennie tidak mengetahuinya.

   "A-apa kita benar-benar tidak-- tidak bisa bersama?" Tanya Jennie dengan susah-susah, suaranya bergetar, ia juga berbicara dengan pelan. Bersyukur karena Lisa masih bisa mendengarnya.

  "Aku minta maaf."

  "Aku akan menunggumu." Jennie kembali berucap, dia menatap Lisa penuh keyakinan. Seolah dirinya benar-benar yakin bahwa ia bisa menunggu wanita pujaannya.

Lisa menggelengkan kepalanya, tak setuju. "Jangan egois, Nini. Kau bisa menungguku, tapi apakah kau yakin jika aku adalah jodohmu? Tidak ada yang tahu tentang rencana Tuhan."

   "Aku ingin terus mencintaimu. Tak perduli jika ternyata kita tidak berjodoh."

Lisa menyenderkan punggungnya disofa, ia menghela nafas. "Kau hanya akan membuang-buang waktumu."

   "Seluruh waktuku hanya untukmu." Ucap Jennie tegas. Tak ada sedikit pun keraguan dimatanya.

Lisa terdiam. Mau bagaimana pun dia juga mencintai si mandu ini, tapi dia tidak bisa. Dia menanggung beban berat di pundaknya. Dia tidak bisa mengalah pada cinta. Tapi keadaan membuat dirinya terpaksa harus meninggalkan cinta itu, cinta pertamanya.

TARZAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang